KabarMakkah.Com – Banyaknya pencekalan ataupun pembubaran oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainnya sering kita lihat atau dengar di media massa dan media sosial. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pihak yang mencekal atau membubarkan suatu majelis menuduh bahwa pihak pemateri merupakan seseorang yang menuduh sesat kepada kelompok lain dan bermaksud hendak memecah belah umat Islam.
Sementara di pihak penyelenggara menuduh bahwa pihak pembubarlah yang telah melakukan provokasi dan menyebarkan fitnah.
Lalu manakah yang benar? Manakah juga yang salah?
Kita semua tahu dan telah menyepakati bahwa suatu reaksi timbul karena adanya aksi. Tak mungkin ada asap jika tidak ada api.
Memang bahwa ketika seseorang atau suatu kelompok dituduh telah sesat, seketika itu juga kemarahan dari pihak yang dituduh akan langsung terlihat. Sebuah hal yang wajar dan semua sudah memahami hal tersebut. Sama halnya ketika seorang guru dituduh tersesat, maka murid-muridnya akan langsung naik pitam. Semua merupakan hal yang wajar dan semua murid akan merasakan hal itu.
Inilah sebuah kenyataan dan realita yng terjadi sekarang ini dimana banyak kita dapati beragam ceramah di media sosial ataupun sebuah situs yng isinya banyak menuduh suatu kelompok atau seseorang sesat. Dan perbuatan itu akan dilihat oleh banyak orang, oleh banyak kalangan.
Inilah yang menjadi inti permasalahannya, jika kita mau jujur mengakuinya.
Selama kita beranggapan dan menuduh orang atau pihak lain sesat serta disiarkan di media yang banyak dilihat oleh dunia, maka tentulah kemarahan demi kemarahan akan muncul dan menyeruak hingga tidak bisa ditahan.
Sehingga jangan salah jika pengajian suatu perkumpulan ilmu yang mudah menyatakan suatu golongan sesat akan dibubarkan oleh kelompok lain. Jangan mencari kambing hitam karena kita sudah tahu siapa penyebabnya yang tak lain adalah diri kita sendiri. Cara kita dalam berdakwah itulah yang menjadikan kenapa banyak sekarang ini setiap kelompok saling tuding menuding ketika terjadi perselisihan.
Moga ini jadi pembelajaran untuk kita semua agar jangan langsung menyebut suatu kelompok sesat dengan mengatasnamakan suatu golongan ataupun pribadi tanpa berpikir dampak jauhnya. Karena akibatnya sudah dipastikan bahwa golongan atau kelompok penuduh akan dicekal diakibatkan seringnya kelompok tersebut menyatakan sesat kepada kelompok yang lain di media sosial ataupun media lainnya.
Wallahu A’lam
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pihak yang mencekal atau membubarkan suatu majelis menuduh bahwa pihak pemateri merupakan seseorang yang menuduh sesat kepada kelompok lain dan bermaksud hendak memecah belah umat Islam.
Sementara di pihak penyelenggara menuduh bahwa pihak pembubarlah yang telah melakukan provokasi dan menyebarkan fitnah.
Lalu manakah yang benar? Manakah juga yang salah?
Kita semua tahu dan telah menyepakati bahwa suatu reaksi timbul karena adanya aksi. Tak mungkin ada asap jika tidak ada api.
Memang bahwa ketika seseorang atau suatu kelompok dituduh telah sesat, seketika itu juga kemarahan dari pihak yang dituduh akan langsung terlihat. Sebuah hal yang wajar dan semua sudah memahami hal tersebut. Sama halnya ketika seorang guru dituduh tersesat, maka murid-muridnya akan langsung naik pitam. Semua merupakan hal yang wajar dan semua murid akan merasakan hal itu.
Inilah sebuah kenyataan dan realita yng terjadi sekarang ini dimana banyak kita dapati beragam ceramah di media sosial ataupun sebuah situs yng isinya banyak menuduh suatu kelompok atau seseorang sesat. Dan perbuatan itu akan dilihat oleh banyak orang, oleh banyak kalangan.
Inilah yang menjadi inti permasalahannya, jika kita mau jujur mengakuinya.
Selama kita beranggapan dan menuduh orang atau pihak lain sesat serta disiarkan di media yang banyak dilihat oleh dunia, maka tentulah kemarahan demi kemarahan akan muncul dan menyeruak hingga tidak bisa ditahan.
Sehingga jangan salah jika pengajian suatu perkumpulan ilmu yang mudah menyatakan suatu golongan sesat akan dibubarkan oleh kelompok lain. Jangan mencari kambing hitam karena kita sudah tahu siapa penyebabnya yang tak lain adalah diri kita sendiri. Cara kita dalam berdakwah itulah yang menjadikan kenapa banyak sekarang ini setiap kelompok saling tuding menuding ketika terjadi perselisihan.
Moga ini jadi pembelajaran untuk kita semua agar jangan langsung menyebut suatu kelompok sesat dengan mengatasnamakan suatu golongan ataupun pribadi tanpa berpikir dampak jauhnya. Karena akibatnya sudah dipastikan bahwa golongan atau kelompok penuduh akan dicekal diakibatkan seringnya kelompok tersebut menyatakan sesat kepada kelompok yang lain di media sosial ataupun media lainnya.
Wallahu A’lam