KabarMakkah.Com – Bercanda ataupun memiliki sifat yang humoris tidaklah disalahkan selama unsur humor atau lelucon didalamnya tidak dicampuri dengan kebohongan atau menyebabkan seseorang menjadi keluar dari akidah Islam.
Sifat humoris seperti inilah yang digunakan oleh banyak ulama untuk bisa menyampaikan nasehatnya. Contohnya seperti ulama ini yang dengan lelucon cerdasnya, ia tidak menyusupi dengan kebohongan. Dengannya pula menjadi sebab mengapa ia bisa berumur panjang dan sehat.
Pada suatu waktu, ulama bermadzab Syafii dan cerdas dalam berhumor ini melakukan perjalanan menyusuri lautan bersama dengan murid-muridnya. Ketika perahu mendekati pantai, sang ulama yang berusia 80 tahun tersebut langsung meloncat dari atas perahu dengan tangkasnya.
Terheran-heran melihat gurunya melakukan aksi tersebut, murid-muridnya yang berusia muda kemudian mengikuti. Mereka pun satu persatu meloncat dari atas perahu ke bibir pantai. Namun hampir semuanya tidak ada yang setangkas sang ulama. Beberapa diantaranya ada yang jatuh dan diantaranya pula ada yang terpeleset.
Mereka pun bertanya kepada sang guru, “Wahai guru, apa rahasianya engkau bisa melakukan hal itu?”
Sang guru kemudian membeberkan rahasia ketangkasannya, “Badan ini telah kami jaga sejak kecil, hingga Allah Ta’ala pun menjaganya.”
Kisah-kisah sang ulama cerdas itu pun telah direkam dengan baik oleh Dr Aidh Al Qarni yang beberapa hari yang lalu telah ditembaki oleh seseorang tidak dikenal saat berada di Filipina. Beliau menuliskan kisah ulama cerdas tersebut dalam bukunya, Kisah-kisah Inspiratif.
Cara yang ditempuh tukang sepatu setiap kali sang ulama datang adalah dengan meletakkan sepatu tersebut dalam sebuah ember yang telah berisi air. Harapannya agar sang ulama tahu bahwa sepatu tersebut masih diperbaiki dan belum bisa digunakan.
Namun bukan ulama cerdas namanya jika terus dibodohi oleh tukang sepatu. Melihat kelakuan tukang sepatu tersebut yang belum juga memperbaiki sepatunya, sang ulama kemudian berkelakar atau membuat lelucon cerdas, “Saya mengantarkan sepatu itu kepadamu untuk diperbaiki, bukan untuk diajarkan berenang.”
Sang tukang sepatu itu pun tertunduk malu mendengar lelucon dari ulama kharismatik tersebut.
Siapakah ulama cerdas dan selalu melontarkan lelucon yang berisi nasehat tersebut? Ternyata ia adalah Abu Thayyib Ath Thabari Rahimahullah.
Selain beliau, terdapat juga ulama yang cerdas dalam memberikan lelucon. Saat itu ketika sedang melakukan dialog tentang agama, ia ditanya oleh seseorang, “Siapakah nama istri setan?”
Dengan santainya sang ulama menjawab, “Wah, saya tidak tahu karena saya tidak diundang saat mereka menikah.”
Jadi membuat lelucon merupakan hal yang diperbolehkan. Yang jelas jangan menambahkan unsur kebohongan maupun berlebih-lebihan dalam menyampaikannya.
Bahkan sebenarnya jika melihat hadist Rasulullah, manusia pilihan Allah tersebut juga pernah berhumor cerdas.
Saat itu ketika Rasulullah dan para sahabat berbuka puasa, sebuah sajian kurma terhidang di hadapan mereka. Mereka pun memakannya dan menyimpan bijinya di tempat mereka masing-masing.
Namun rupanya Ali bin Abi Thalib makan kurma terlalu banyak dan ia pun melihat tumpukan biji miliknya lebih banyak dari yang lain. Dengan keisengannya, Ali pun memindahkan biji kurma miliknya ke tempat Rasulullah tanpa diketahui Rasul. Dengan enteng Ali menggoda Rasulullah.
“Wahai Nabi tampaknya engkau begitu lapar, sehingga makan kurma begitu banyak. Lihat biji kurma di tempatmu menumpuk begitu banyak.”
Nabi bukannya marah ataupun terkejut, namun justru ia tersenyum dan berucap, “Ali tampaknya kamulah yang sangat lapar, sehingga engkau makan berikut biji kurmanya. Lihatlah, tak ada biji tersisa di depanmu.”
Sungguh sebuah lelucon cerdas namun penuh nasehat dan tidak dipenuhi dengan kebohongan. Berbeda dengan humor yang dipertontonkan para komedian saat ini dimana unsur kebohongan masih kental terasa.
Semoga kita bisa mencontoh Rasulullah dan para ulama dalam membuat lelucon yang cerdas serta berisi nasehat yang bijak. Aamiin
Sifat humoris seperti inilah yang digunakan oleh banyak ulama untuk bisa menyampaikan nasehatnya. Contohnya seperti ulama ini yang dengan lelucon cerdasnya, ia tidak menyusupi dengan kebohongan. Dengannya pula menjadi sebab mengapa ia bisa berumur panjang dan sehat.
Pada suatu waktu, ulama bermadzab Syafii dan cerdas dalam berhumor ini melakukan perjalanan menyusuri lautan bersama dengan murid-muridnya. Ketika perahu mendekati pantai, sang ulama yang berusia 80 tahun tersebut langsung meloncat dari atas perahu dengan tangkasnya.
Terheran-heran melihat gurunya melakukan aksi tersebut, murid-muridnya yang berusia muda kemudian mengikuti. Mereka pun satu persatu meloncat dari atas perahu ke bibir pantai. Namun hampir semuanya tidak ada yang setangkas sang ulama. Beberapa diantaranya ada yang jatuh dan diantaranya pula ada yang terpeleset.
Mereka pun bertanya kepada sang guru, “Wahai guru, apa rahasianya engkau bisa melakukan hal itu?”
Sang guru kemudian membeberkan rahasia ketangkasannya, “Badan ini telah kami jaga sejak kecil, hingga Allah Ta’ala pun menjaganya.”
Kisah-kisah sang ulama cerdas itu pun telah direkam dengan baik oleh Dr Aidh Al Qarni yang beberapa hari yang lalu telah ditembaki oleh seseorang tidak dikenal saat berada di Filipina. Beliau menuliskan kisah ulama cerdas tersebut dalam bukunya, Kisah-kisah Inspiratif.
Baca juga: Innaalillahi.. Penulis Laa Tahzan, Dr Aidh Al Qarni Ditembak Di FilipinaPada suatu hari, sang ulama membawa sepatunya yang rusak untuk diperbaiki kepada tukang sepatu. Namun ternyata tukang sepatu yang ditemuinya bersikap lalai dan kurang memberi perhatian kepada sang ulama. Ia dengan sengaja tidak menyegerakan untuk memperbaiki sepatu tersebut. Padahal sang ulama hampir setiap hari melewati tempat tukang sepatu itu melakukan aktivitas usahanya.
Cara yang ditempuh tukang sepatu setiap kali sang ulama datang adalah dengan meletakkan sepatu tersebut dalam sebuah ember yang telah berisi air. Harapannya agar sang ulama tahu bahwa sepatu tersebut masih diperbaiki dan belum bisa digunakan.
Namun bukan ulama cerdas namanya jika terus dibodohi oleh tukang sepatu. Melihat kelakuan tukang sepatu tersebut yang belum juga memperbaiki sepatunya, sang ulama kemudian berkelakar atau membuat lelucon cerdas, “Saya mengantarkan sepatu itu kepadamu untuk diperbaiki, bukan untuk diajarkan berenang.”
Sang tukang sepatu itu pun tertunduk malu mendengar lelucon dari ulama kharismatik tersebut.
Siapakah ulama cerdas dan selalu melontarkan lelucon yang berisi nasehat tersebut? Ternyata ia adalah Abu Thayyib Ath Thabari Rahimahullah.
Selain beliau, terdapat juga ulama yang cerdas dalam memberikan lelucon. Saat itu ketika sedang melakukan dialog tentang agama, ia ditanya oleh seseorang, “Siapakah nama istri setan?”
Dengan santainya sang ulama menjawab, “Wah, saya tidak tahu karena saya tidak diundang saat mereka menikah.”
Jadi membuat lelucon merupakan hal yang diperbolehkan. Yang jelas jangan menambahkan unsur kebohongan maupun berlebih-lebihan dalam menyampaikannya.
Bahkan sebenarnya jika melihat hadist Rasulullah, manusia pilihan Allah tersebut juga pernah berhumor cerdas.
Saat itu ketika Rasulullah dan para sahabat berbuka puasa, sebuah sajian kurma terhidang di hadapan mereka. Mereka pun memakannya dan menyimpan bijinya di tempat mereka masing-masing.
Namun rupanya Ali bin Abi Thalib makan kurma terlalu banyak dan ia pun melihat tumpukan biji miliknya lebih banyak dari yang lain. Dengan keisengannya, Ali pun memindahkan biji kurma miliknya ke tempat Rasulullah tanpa diketahui Rasul. Dengan enteng Ali menggoda Rasulullah.
“Wahai Nabi tampaknya engkau begitu lapar, sehingga makan kurma begitu banyak. Lihat biji kurma di tempatmu menumpuk begitu banyak.”
Nabi bukannya marah ataupun terkejut, namun justru ia tersenyum dan berucap, “Ali tampaknya kamulah yang sangat lapar, sehingga engkau makan berikut biji kurmanya. Lihatlah, tak ada biji tersisa di depanmu.”
Sungguh sebuah lelucon cerdas namun penuh nasehat dan tidak dipenuhi dengan kebohongan. Berbeda dengan humor yang dipertontonkan para komedian saat ini dimana unsur kebohongan masih kental terasa.
Semoga kita bisa mencontoh Rasulullah dan para ulama dalam membuat lelucon yang cerdas serta berisi nasehat yang bijak. Aamiin