KabarMakkah.Com – Sahabat Rasul ini merupakan potret seorang yang faqir namun bisa bersifat dermawan. Bagaimana itu bisa terjadi? Yang kita tahu, kedermawanan hanya bisa dicapai oleh mereka yang memiliki harta berlebih. Sementara sahabat ini hanyalah seorang yang tidak memiliki apa-apa.
Dialah Ulbah bin Zaid, seorang yang faqir namun ingin sekali bisa bersedekah. Saat itu tersiar kabar bahwa pasukan bangsa Romawi akan menyerang kaum muslimin karena merasa tidak rela terhadap kemenangan pasukan muslimin saat Perang Mut’ah dahulu. Perang dengan pasukan Romawi yang kedua ini dikenal luas dengan sebutan Perang Tabuk.
Saat itu Rasulullah hanya membolehkan kaum muslimin yang memiliki kendaraan saja yang boleh ikut berperang dikarenakan jauhnya tempat untuk berperang. Maka seketika itu juga para muslimin yang dari daerah lain berdatangan ke Madinah untuk mengumpulkan kekuatan. Mereka sangat berkeinginan untuk mendapatkan surga Allah lewat berjihad. Tak hanya berjuang di medan perang, Rasulullah juga mengajak para dermawan untuk menginfakkan harta mereka guna keperluan pasukan yang akan berangkat ke medan perang. Peristiwa tersebut dikenal dengan nama Jaisyul Usroh.
Sementara Ulbah bin Zaid yang merupakan suku Anshor hanya bisa tertunduk dan bersedih karena ia merupakan seseorang yang tak memiliki harta sedikit pun untuk diinfaqkan. Yang ia bisa hanyalah menyaksikan kesibukan kaum muslimin yang sedang menyiapkan persenjataan seperti baju besi, tombak dan mempersiapkan kendaraan seperti kuda dan unta. Semakin sedihlah ia melihat kesibukan muslimin yang lain.
Pagi itu ketika selesai shalat subuh, Rasulullah memberi nasehat kepada kaum muslimin bahwa barang siapa yang mempersiapkan peperangan tersebut, maka baginya surga. Semakin bingung bercampur sedihlah Ulbah dengan seruan Rasulullah tersebut. Bagaimana tidak, Rasulullah telah memberi jaminan surga kepada setiap muslimin yang akan ikut berperang dan berderma untuk berbagai keperluan perang. Sementara dirinya tak bisa ikut berperang karena tidak memiliki kelengkapan seperti kuda maupun tombak. Apalagi memiliki harta untuk didermakan.
Para sahabat yang mulai berdatangan untuk menderma diantaranya Abu Bakar yang menyerahkan 4000 dirham untuk Rasulullah. Umar pun datang dengan membawa 1000 dinar untuk keperluan peperangan tersebut. Para sahabat yang lain tak kalah banyak memberikan apa mereka miliki kepada Rasulullah.
Pulanglah Ulbah dalam keadaan sedih sehingga malam pun dilaluinya tanpa tertidur sedikit pun karena memikirkan tidak bisa berinfaq. Ia hanya bisa berguling di tikarnya yang sudah lusuh. Setelah meratapi kesedihannya, Ulbah pun seketika itu beranjak dari tikarnya dan berwudhu. Ia laksanakan shalat malam disertai dengan tangisan.
Setelah shalat, ia lantas berdoa, “Ya Allah, Engkau memerintahkan berjihad, sedangkan Engkau tidak memberikan aku sesuatu yang dapat aku bawa berjihad bersama RasulMu dan Engkau tidak memberikan di tangan RasulMu sesuatu yang dapat membawaku berangkat. Maka saksikanlah bahwa sesungguhnya aku telah bersedekah kepada setiap muslim dari semua perbuatan dzolim mereka terhadapku dari perkara harta, raga dan kehormatan.”
Ulbah pun terus memanjatkan kata-kata tertsebut dan di akhir doa, ia berucap,
“Ya Allah, tidak ada yang dapat aku infakkan sebagaimana yang lainnya telah berinfaq. Seandainya aku memiliki seperti yang mereka punya, aku akan lakukan untukMu, demi jihad di jalanMu. Yang aku punya hanyalah kehormatan, kalau Engkau bisa menerimanya, maka saksikanlah bahwa semua kehormatanku telah aku sedekahkan untukMu malam ini!”
Malam pun berganti dan Ulbah mengikuti shalat subuh sebagaimana biasanya yang diimami oleh Rasulullah. Ia mulai bisa menghilangkan tangisannya, namun Allah tidaklah menyia-nyiakan apa yng telah dipanjatkannya.
Dengan izin Allah, malaikat Jibril langsung Allah utus kepada Rasulullah untuk menceritakan tentang Ulbah. Maka Rasulullah kemudian bersabda, “Siapa yang tadi malam telah bersedekah? Hendaklah ia berdiri.”
Karena memang para sahabat tidak merasa bersedekah, maka mereka pun tidak ada yang berdiri. Begitu juga dengan Ulbah yang tidak merasa telah bersedekah. Rasulullah kemudian menghampirinya dan berkata, “Bergembiralah Ulbah. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, sesungguhnya sedekahmu tadi malam telah ditetapkan sebagai sedekah yang diterima.”
Alangkah terkejut bercampur bahagianya Ulbah. Sebuah doa yang dipanjatkan oleh orang yang faqir dan tak memiliki apa-apa telah Allah dengar dan kabulkan.
***
Kisah tersebut memberikan pelajaran bagi kita semua bahwa bersedekah tidak harus selalu dengan harta. Bagi mereka yang tidak memiliki apa-apa untuk disedekahkan, maka sebuah senyuman ataupun tasbih yang diucapkan adalah sedekah di hadapan Allah.
Sungguh sebuah kemudahan yang Allah berikan tersebut sudah sepatutnya untuk kita lakukan sehingga setiap hari bahkan setiap detik, kita selalu bersedekah.
Wallahu A’lam
Dialah Ulbah bin Zaid, seorang yang faqir namun ingin sekali bisa bersedekah. Saat itu tersiar kabar bahwa pasukan bangsa Romawi akan menyerang kaum muslimin karena merasa tidak rela terhadap kemenangan pasukan muslimin saat Perang Mut’ah dahulu. Perang dengan pasukan Romawi yang kedua ini dikenal luas dengan sebutan Perang Tabuk.
Saat itu Rasulullah hanya membolehkan kaum muslimin yang memiliki kendaraan saja yang boleh ikut berperang dikarenakan jauhnya tempat untuk berperang. Maka seketika itu juga para muslimin yang dari daerah lain berdatangan ke Madinah untuk mengumpulkan kekuatan. Mereka sangat berkeinginan untuk mendapatkan surga Allah lewat berjihad. Tak hanya berjuang di medan perang, Rasulullah juga mengajak para dermawan untuk menginfakkan harta mereka guna keperluan pasukan yang akan berangkat ke medan perang. Peristiwa tersebut dikenal dengan nama Jaisyul Usroh.
Sementara Ulbah bin Zaid yang merupakan suku Anshor hanya bisa tertunduk dan bersedih karena ia merupakan seseorang yang tak memiliki harta sedikit pun untuk diinfaqkan. Yang ia bisa hanyalah menyaksikan kesibukan kaum muslimin yang sedang menyiapkan persenjataan seperti baju besi, tombak dan mempersiapkan kendaraan seperti kuda dan unta. Semakin sedihlah ia melihat kesibukan muslimin yang lain.
Pagi itu ketika selesai shalat subuh, Rasulullah memberi nasehat kepada kaum muslimin bahwa barang siapa yang mempersiapkan peperangan tersebut, maka baginya surga. Semakin bingung bercampur sedihlah Ulbah dengan seruan Rasulullah tersebut. Bagaimana tidak, Rasulullah telah memberi jaminan surga kepada setiap muslimin yang akan ikut berperang dan berderma untuk berbagai keperluan perang. Sementara dirinya tak bisa ikut berperang karena tidak memiliki kelengkapan seperti kuda maupun tombak. Apalagi memiliki harta untuk didermakan.
Para sahabat yang mulai berdatangan untuk menderma diantaranya Abu Bakar yang menyerahkan 4000 dirham untuk Rasulullah. Umar pun datang dengan membawa 1000 dinar untuk keperluan peperangan tersebut. Para sahabat yang lain tak kalah banyak memberikan apa mereka miliki kepada Rasulullah.
Pulanglah Ulbah dalam keadaan sedih sehingga malam pun dilaluinya tanpa tertidur sedikit pun karena memikirkan tidak bisa berinfaq. Ia hanya bisa berguling di tikarnya yang sudah lusuh. Setelah meratapi kesedihannya, Ulbah pun seketika itu beranjak dari tikarnya dan berwudhu. Ia laksanakan shalat malam disertai dengan tangisan.
Setelah shalat, ia lantas berdoa, “Ya Allah, Engkau memerintahkan berjihad, sedangkan Engkau tidak memberikan aku sesuatu yang dapat aku bawa berjihad bersama RasulMu dan Engkau tidak memberikan di tangan RasulMu sesuatu yang dapat membawaku berangkat. Maka saksikanlah bahwa sesungguhnya aku telah bersedekah kepada setiap muslim dari semua perbuatan dzolim mereka terhadapku dari perkara harta, raga dan kehormatan.”
Ulbah pun terus memanjatkan kata-kata tertsebut dan di akhir doa, ia berucap,
“Ya Allah, tidak ada yang dapat aku infakkan sebagaimana yang lainnya telah berinfaq. Seandainya aku memiliki seperti yang mereka punya, aku akan lakukan untukMu, demi jihad di jalanMu. Yang aku punya hanyalah kehormatan, kalau Engkau bisa menerimanya, maka saksikanlah bahwa semua kehormatanku telah aku sedekahkan untukMu malam ini!”
Malam pun berganti dan Ulbah mengikuti shalat subuh sebagaimana biasanya yang diimami oleh Rasulullah. Ia mulai bisa menghilangkan tangisannya, namun Allah tidaklah menyia-nyiakan apa yng telah dipanjatkannya.
Dengan izin Allah, malaikat Jibril langsung Allah utus kepada Rasulullah untuk menceritakan tentang Ulbah. Maka Rasulullah kemudian bersabda, “Siapa yang tadi malam telah bersedekah? Hendaklah ia berdiri.”
Karena memang para sahabat tidak merasa bersedekah, maka mereka pun tidak ada yang berdiri. Begitu juga dengan Ulbah yang tidak merasa telah bersedekah. Rasulullah kemudian menghampirinya dan berkata, “Bergembiralah Ulbah. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, sesungguhnya sedekahmu tadi malam telah ditetapkan sebagai sedekah yang diterima.”
Alangkah terkejut bercampur bahagianya Ulbah. Sebuah doa yang dipanjatkan oleh orang yang faqir dan tak memiliki apa-apa telah Allah dengar dan kabulkan.
***
Kisah tersebut memberikan pelajaran bagi kita semua bahwa bersedekah tidak harus selalu dengan harta. Bagi mereka yang tidak memiliki apa-apa untuk disedekahkan, maka sebuah senyuman ataupun tasbih yang diucapkan adalah sedekah di hadapan Allah.
Sungguh sebuah kemudahan yang Allah berikan tersebut sudah sepatutnya untuk kita lakukan sehingga setiap hari bahkan setiap detik, kita selalu bersedekah.
Wallahu A’lam