KabarMakkah.Com – Mendramatisir kehidupan yang kita jalani seringkali justru menghasilkan berbagai masalah. Kita akan lebih banyak mengalami penderitaan akibat apa yang kita lakukan, apa yang kita ucapkan dan apa yang kita khawatirkan. Bukan karena apa yang orang lain katakan, yang lain ucapkan ataupun yang orang lain khawatirkan.
Hal itulah yang membuat hidup merasa tertekan hingga seperti tak ada celah untuk bisa keluar dari pemasalahan. Padahal jika kita sadari dan sikapi dengan bijak disertai dengan kepala dan pikiran yang dingin, sebenarnya kita tidak perlu kerepotan dalam menghadapi segala kenyataan yang ada di hadapan.
Sebagai contoh adalah ketika seseorang dilanda sakit pinggang. Karena terasa sakit, ia pun memutuskan untuk pergi ke dokter. Namun dalam perjalanan, ia bertemu dengan temannya dan dengan entengnya ia menceritakan sakit yang diderita. Ia pun menyampaikan kekhawatiran jika apa yang dideritanya merupakan efek dari penyakit ginjal. Ia kemudian akan berpikir yang berlebihan dimana harus menghadapi berbagai operasi dan perawatan yang tidaklah murah. Ia pun kemudian membayangkan bagaimana kondisi ekonominya ketika dinyatakan gagal ginjal dan harus cuci darah setiap minggu atau bulannya.
Semakin terus dipenuhi dengan ketakutan dan kekhawatiran, semakin besar pula beban yang harus ia tanggung dalam pikiran dan jiwanya. Akhirnya stres yang berkepanjangan justru membuat dirinya menjadi hilang nafsu makan, hilang semangat dan hilang harapan. Padahal ketakutan dan kekhawatiran tersebut hanya sebatas perkiraan dan dugaan saja. Ia pun belum beranjak menuju dokter yang akan menjelaskan secara benar apa yang ia derita.
Inilah yang terjadi pada kebanyakan manusia dimana penderitaan yang terjadi dalam benaknya hanya karena terus diliputi kekhawatiran yang berlebihan dan tidak berdasarkan fakta yang ada.
Karenanya jika sudah mengetahui apa yang menjadi penyebab beban tersebut, segeralah kendalikan dan janganlah mendramatisir keadaan yang tengah terjadi. Hilangkan jebakan-jebakan sikap yang justru mempersulit diri. Karena jka terus tumbuh dan membesar, kita sendirilah yang akan menderita dan mengalami kerugian.
Allah sendiri telah berfirman dalam Al Quran bahwa Allah tidak membebani diri manusia.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar kesanggupannya.” (QS Al Baqarah 286)
Subhaanallah, bagaimana Allah tidak membebani diri manusia kecuali menurut kadar kemampuannya masing-masing. Semua yang Allah berikan kepada makhlukNya sudah sangat terukur tanpa kurang ataupun lebih sehingga tak ada masalah berat yang tak bisa dihadapi. Justru yang menjadikan kita tak mampu menghadapinya adalah karena kurangnya ilmu serta iman. Kita pun akan menjadi keliru dalam menyikapi apa yang telah Allah takdirkan tersebut.
Ketahuilah bahwa apa yang terjadi dalam hidup ini bagaikan siang dan malam. Saat siang, kita siap menghadapi terangnya bumi karena kita tahu persis apa yang harus kita lakukan. Malam pun demikian, kita tidak akan panik dengan gelapnya bumi karena kita tahu persis bagaimana menyikapi kondisi seperti itu.
Tak jarang di saat malam, kita begitu mengharapkan siang karena di saat itulah kita tahu apa yang akan dikerjakan. Pun demikian di saat siang, kita akan berharap segera malam karena manfaat yang terasa di waktu tersebut.
Jadi bukanlah sebuah alasan bagi kita untuk mendramatisir sebuah keadaan sehingga sesuatu yang harusnya ringan menjadi terasa berat dan tertekan. Kita pun jangan menjadikan kemalangan yang menimpa seakan sebuah nasib yang akan didapatkan terus menerus tanpa ada kebahagiaan sedikit pun.
Maka bersyukurlah karena Allah masih memberikan nikmatNya dan hilangkanlah pikiran mendramatisir yang justru malah memperburuk jasmani dan rohani kita.
Wallahu A’lam
Hal itulah yang membuat hidup merasa tertekan hingga seperti tak ada celah untuk bisa keluar dari pemasalahan. Padahal jika kita sadari dan sikapi dengan bijak disertai dengan kepala dan pikiran yang dingin, sebenarnya kita tidak perlu kerepotan dalam menghadapi segala kenyataan yang ada di hadapan.
Sebagai contoh adalah ketika seseorang dilanda sakit pinggang. Karena terasa sakit, ia pun memutuskan untuk pergi ke dokter. Namun dalam perjalanan, ia bertemu dengan temannya dan dengan entengnya ia menceritakan sakit yang diderita. Ia pun menyampaikan kekhawatiran jika apa yang dideritanya merupakan efek dari penyakit ginjal. Ia kemudian akan berpikir yang berlebihan dimana harus menghadapi berbagai operasi dan perawatan yang tidaklah murah. Ia pun kemudian membayangkan bagaimana kondisi ekonominya ketika dinyatakan gagal ginjal dan harus cuci darah setiap minggu atau bulannya.
Semakin terus dipenuhi dengan ketakutan dan kekhawatiran, semakin besar pula beban yang harus ia tanggung dalam pikiran dan jiwanya. Akhirnya stres yang berkepanjangan justru membuat dirinya menjadi hilang nafsu makan, hilang semangat dan hilang harapan. Padahal ketakutan dan kekhawatiran tersebut hanya sebatas perkiraan dan dugaan saja. Ia pun belum beranjak menuju dokter yang akan menjelaskan secara benar apa yang ia derita.
Inilah yang terjadi pada kebanyakan manusia dimana penderitaan yang terjadi dalam benaknya hanya karena terus diliputi kekhawatiran yang berlebihan dan tidak berdasarkan fakta yang ada.
Karenanya jika sudah mengetahui apa yang menjadi penyebab beban tersebut, segeralah kendalikan dan janganlah mendramatisir keadaan yang tengah terjadi. Hilangkan jebakan-jebakan sikap yang justru mempersulit diri. Karena jka terus tumbuh dan membesar, kita sendirilah yang akan menderita dan mengalami kerugian.
Allah sendiri telah berfirman dalam Al Quran bahwa Allah tidak membebani diri manusia.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar kesanggupannya.” (QS Al Baqarah 286)
Subhaanallah, bagaimana Allah tidak membebani diri manusia kecuali menurut kadar kemampuannya masing-masing. Semua yang Allah berikan kepada makhlukNya sudah sangat terukur tanpa kurang ataupun lebih sehingga tak ada masalah berat yang tak bisa dihadapi. Justru yang menjadikan kita tak mampu menghadapinya adalah karena kurangnya ilmu serta iman. Kita pun akan menjadi keliru dalam menyikapi apa yang telah Allah takdirkan tersebut.
Ketahuilah bahwa apa yang terjadi dalam hidup ini bagaikan siang dan malam. Saat siang, kita siap menghadapi terangnya bumi karena kita tahu persis apa yang harus kita lakukan. Malam pun demikian, kita tidak akan panik dengan gelapnya bumi karena kita tahu persis bagaimana menyikapi kondisi seperti itu.
Tak jarang di saat malam, kita begitu mengharapkan siang karena di saat itulah kita tahu apa yang akan dikerjakan. Pun demikian di saat siang, kita akan berharap segera malam karena manfaat yang terasa di waktu tersebut.
Jadi bukanlah sebuah alasan bagi kita untuk mendramatisir sebuah keadaan sehingga sesuatu yang harusnya ringan menjadi terasa berat dan tertekan. Kita pun jangan menjadikan kemalangan yang menimpa seakan sebuah nasib yang akan didapatkan terus menerus tanpa ada kebahagiaan sedikit pun.
Maka bersyukurlah karena Allah masih memberikan nikmatNya dan hilangkanlah pikiran mendramatisir yang justru malah memperburuk jasmani dan rohani kita.
Wallahu A’lam