Berpangkat belum tentu terhormat. Banyak harta belum tentu kaya. Pintar belum tentu sadar dan benar. Bersih belum tentu suci. Bagus nggak harus mahal. Allahu Akbar!
Suatu ketika, ada seorang pria gagah dengan pakaian perlente berhenti di hadapan Socrates, salah satu filsuf Yunani yang sering disebut namanya di bangku kuliah jurusan hukum itu. Rupanya, pria tersebut adalah hamba penampilan, membanggakan lahiriah semata. Socrates bertanya padanya: "Berbicaralah agar aku tahu siapa Anda."
Kata-kata Socrates menyadarkan kita pada satu hal penting, bahwa "identitas sejati seseorang itu ada pada dalam dirinya, bukan yang tampak di luar dirinya." Bahwa kadang penampilan luar itu mewakili esensi yang ada di dalamnya adalah fakta yang mungkin saja terjadi. Namun, esensi dalam diri yang terkadang tak sama dengan apa yang ditampilkan di luar adalah realita yang juga tak bisa dipungkiri.
Orang yang begitu fasih menyebut nama-nama bisnisman sukses dan pejabat besar belum tentu dia merupakan orang besar atau sahabat dari orang besar. Bisa jadi dia hanya menghapal nama orang besar itu demi dianggap sebagai komunitas atau golongan orang-orang 'berkelas'. Sekalipun benar dia adalah bagian dari komunitas orang berkelas, belum tentu juga dia mempunayi jiwa besar.
Orang yang kesehariannya selalu berbicara tentang orang kecil belum tentu dia adalah orang kecil. Bisa jadi dialah orang besar yang dibesarkan oleh Allah SWT karena ditugasi memperhatikan, mencintai dan melayani orang-orang kecil yang tertindas. Boleh jadi namanya tak pernah masuk majalah, tak pernah disebut di koran, wajahnya tak pernah masuk TV dan perannya pun sama sekali tak pernah diliput di media, namun namanya begitu menempel di banyak hati orang-orang yang pernah bersamanya.
Bersyukurlah bagi mereka yang penampakan luar dan isi dalamnya sesuai, mereka adalah orang-orang jujur. Celakalah orang tampilan luarnya jauh lebih baik ketimbang esensi dalamnya, karena sejatinya mereka adalah pembohong dan munafik. Apa yang harus kita lakukan? Marilah selalu menata hati dan memperbaiki diri, semoga Allah menuntun kita menuju ridhoNya. Aamiin
Suatu ketika, ada seorang pria gagah dengan pakaian perlente berhenti di hadapan Socrates, salah satu filsuf Yunani yang sering disebut namanya di bangku kuliah jurusan hukum itu. Rupanya, pria tersebut adalah hamba penampilan, membanggakan lahiriah semata. Socrates bertanya padanya: "Berbicaralah agar aku tahu siapa Anda."
Kata-kata Socrates menyadarkan kita pada satu hal penting, bahwa "identitas sejati seseorang itu ada pada dalam dirinya, bukan yang tampak di luar dirinya." Bahwa kadang penampilan luar itu mewakili esensi yang ada di dalamnya adalah fakta yang mungkin saja terjadi. Namun, esensi dalam diri yang terkadang tak sama dengan apa yang ditampilkan di luar adalah realita yang juga tak bisa dipungkiri.
Orang yang begitu fasih menyebut nama-nama bisnisman sukses dan pejabat besar belum tentu dia merupakan orang besar atau sahabat dari orang besar. Bisa jadi dia hanya menghapal nama orang besar itu demi dianggap sebagai komunitas atau golongan orang-orang 'berkelas'. Sekalipun benar dia adalah bagian dari komunitas orang berkelas, belum tentu juga dia mempunayi jiwa besar.
Orang yang kesehariannya selalu berbicara tentang orang kecil belum tentu dia adalah orang kecil. Bisa jadi dialah orang besar yang dibesarkan oleh Allah SWT karena ditugasi memperhatikan, mencintai dan melayani orang-orang kecil yang tertindas. Boleh jadi namanya tak pernah masuk majalah, tak pernah disebut di koran, wajahnya tak pernah masuk TV dan perannya pun sama sekali tak pernah diliput di media, namun namanya begitu menempel di banyak hati orang-orang yang pernah bersamanya.
Bersyukurlah bagi mereka yang penampakan luar dan isi dalamnya sesuai, mereka adalah orang-orang jujur. Celakalah orang tampilan luarnya jauh lebih baik ketimbang esensi dalamnya, karena sejatinya mereka adalah pembohong dan munafik. Apa yang harus kita lakukan? Marilah selalu menata hati dan memperbaiki diri, semoga Allah menuntun kita menuju ridhoNya. Aamiin