Bagaimanakah Cara Nabi Bershalawat Kepada Dirinya Sendiri? │ Shalawat menjadi salah satu cara umat Islam untuk mencintai Rasulullah. Dengan shalawat pula, maka Rasul akan mengetahui manakah umatnya kelak di hari kiamat. Banyak sekali keutamaan yang didapat dengan membaca shalawat, tak hanya untuk akhirat, namun di dunia pun sudah bisa dirasakan.
Sehingga karenanya, setiap muslim berlomba-lomba untuk mengucapkan shalawat sebanyak-banyak kepada Nabi, baik setelah shalat ataupun dalam shalat itu sendiri. Salah satu kalimat shalawat terdapat dalam tasyahud atau tahiyat entah awal maupun akhir.
Karena menjadi sebuah bacaan wajib untuk umat Islam, maka muncul sebuah pertanyaan, “Bagaimanakah cara Rasulullah membaca kalimat shalawat yang memang ditujukan kepada dirinya yang mulia?”
Sebelum menjawabnya, kita ketahui dahulu arti bacaan tasyahud yang senantiasa kita lantunkan setiap shalat agar lebih paham akan maksud yang dituju.
“Segala ucapan selamat, salawat dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakahNya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hambaNya dan utusanNya.”
Seperti itulah terjemahan lafadz tasyahud yang disampaikan Rasulullah kepada sahabatnya yaitu Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu yang ditulis dalam Shahih Bukhari.
Di dalam kalimat tersebut terdapat beberapa kalimat yang menyatakan shalawat ataupun yang mengarah kepada diri Nabi.
Assalamu’alaika ayyuhan Nabi (mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi)
Asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuuluh (aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya)
Setelah itu kemudian kita mengucapkan shalawat seperti terjemahan berikut ini
“Ya Allah, semoga shalawat tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim” (HR Bukhari dan Muslim)
Lantas bagaimanakah Nabi membaca shalawat atau kalimat yang mengarah kepada dirinya?
Berdasarkan keterangan dari Imam Zakaria Al Anshari mengutip dalam kitab Al Adzan, Ar Rafii bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membaca tasyahud dengan kalimat, “Wa asyhadu Annii rasulullah..” (saya bersaksi bahwa saya adalah utusan Allah). Akan tetapi Imam Zakaria mengatakan bahwa ini tidak mungkin dan menyatakan bahwa cara Rasul bertasyahud sama dengan cara kita sekarang ini. Pernyataan ini diriwayatkan oleh Malik dalam Al Muwatha dan Ibnu Rifah dalam Al Kifayah.
Mula Ali Qori yang merupakan ulama madzhab Hanafi pun menyatakan bahwa tasyahud Nabi sama seperti umat Islam sekarang ini dan kalimat “asyhadu annii muhammad” adalah tertolak dan tidak memiliki dasar.
Salawat yang diucapkan oleh Rasul menurut kepada perintah Allah, “Wahai orang-orang yang beriman, berikan salawat dan salam kepadanya.” (QS Al Ahzab 56)
Dari firman Allah tersebut, maka baik Rasul ataupun orang yang beriman mengucapkan shalawat yang sama.
Dalam riwayat Ibnu Abi Hatim, Imam As Suyuthi berkata, “Apabila Allah berfirman, Wahai orang-orang yang beriman, maka segera kerjakan, karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bagian dari mereka.”
Dengan keterangan tersebut maka diketahui bahwa Rasulullah mengucapkan shalawat sama seperti yang sekarang ini kita ucapkan. Fatawa Syabakah Islamiyah pun menyatakan,
“Mengingat perintah bersalawat juga mencakup Nabi dan yang lainnya, maka tidak diragukan bahwa Nabi bershalawat untuk diri beliau sendiri. Karena beliau adalah orang yang paling bersegera melaksanakan perintah Rabbnya.”
Kesimpulan akhirnya adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membaca shalawat maupun tasyahud sama persis dengan ucapan kita sekarang dan tidak ada yang perlu dianehkan saat Nabi menyebut namanya sendiri tanpa menggantinya dengan kata ganti “saya”.
Wallahu A’lam
Sehingga karenanya, setiap muslim berlomba-lomba untuk mengucapkan shalawat sebanyak-banyak kepada Nabi, baik setelah shalat ataupun dalam shalat itu sendiri. Salah satu kalimat shalawat terdapat dalam tasyahud atau tahiyat entah awal maupun akhir.
Karena menjadi sebuah bacaan wajib untuk umat Islam, maka muncul sebuah pertanyaan, “Bagaimanakah cara Rasulullah membaca kalimat shalawat yang memang ditujukan kepada dirinya yang mulia?”
Sebelum menjawabnya, kita ketahui dahulu arti bacaan tasyahud yang senantiasa kita lantunkan setiap shalat agar lebih paham akan maksud yang dituju.
“Segala ucapan selamat, salawat dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakahNya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hambaNya dan utusanNya.”
Seperti itulah terjemahan lafadz tasyahud yang disampaikan Rasulullah kepada sahabatnya yaitu Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu yang ditulis dalam Shahih Bukhari.
Di dalam kalimat tersebut terdapat beberapa kalimat yang menyatakan shalawat ataupun yang mengarah kepada diri Nabi.
Assalamu’alaika ayyuhan Nabi (mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi)
Asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuuluh (aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya)
Setelah itu kemudian kita mengucapkan shalawat seperti terjemahan berikut ini
“Ya Allah, semoga shalawat tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim” (HR Bukhari dan Muslim)
Lantas bagaimanakah Nabi membaca shalawat atau kalimat yang mengarah kepada dirinya?
Berdasarkan keterangan dari Imam Zakaria Al Anshari mengutip dalam kitab Al Adzan, Ar Rafii bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membaca tasyahud dengan kalimat, “Wa asyhadu Annii rasulullah..” (saya bersaksi bahwa saya adalah utusan Allah). Akan tetapi Imam Zakaria mengatakan bahwa ini tidak mungkin dan menyatakan bahwa cara Rasul bertasyahud sama dengan cara kita sekarang ini. Pernyataan ini diriwayatkan oleh Malik dalam Al Muwatha dan Ibnu Rifah dalam Al Kifayah.
Mula Ali Qori yang merupakan ulama madzhab Hanafi pun menyatakan bahwa tasyahud Nabi sama seperti umat Islam sekarang ini dan kalimat “asyhadu annii muhammad” adalah tertolak dan tidak memiliki dasar.
Salawat yang diucapkan oleh Rasul menurut kepada perintah Allah, “Wahai orang-orang yang beriman, berikan salawat dan salam kepadanya.” (QS Al Ahzab 56)
Dari firman Allah tersebut, maka baik Rasul ataupun orang yang beriman mengucapkan shalawat yang sama.
Dalam riwayat Ibnu Abi Hatim, Imam As Suyuthi berkata, “Apabila Allah berfirman, Wahai orang-orang yang beriman, maka segera kerjakan, karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bagian dari mereka.”
Dengan keterangan tersebut maka diketahui bahwa Rasulullah mengucapkan shalawat sama seperti yang sekarang ini kita ucapkan. Fatawa Syabakah Islamiyah pun menyatakan,
“Mengingat perintah bersalawat juga mencakup Nabi dan yang lainnya, maka tidak diragukan bahwa Nabi bershalawat untuk diri beliau sendiri. Karena beliau adalah orang yang paling bersegera melaksanakan perintah Rabbnya.”
Kesimpulan akhirnya adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membaca shalawat maupun tasyahud sama persis dengan ucapan kita sekarang dan tidak ada yang perlu dianehkan saat Nabi menyebut namanya sendiri tanpa menggantinya dengan kata ganti “saya”.
Wallahu A’lam