KabarMakkah.Com – Ibadah adalah segala tindakan yang mendatangkan ridha Allah sehingga amat rugi ketika niat akan amalan tersebut hanya dianggap sebatas sebuah kebiasaan yang tidak ada nilainya.
Islam merupakan agama yang menyeluruh dan mencakup semua bidang kehidupan. Hanya Islamlah yang mampu melingkupi manusia setiap harinya agar bernilai ibadah. Sehingga bukan hanya shalat atau ibadah seperti shaum dan haji saja yang bisa membuat seorang muslim mendapatkan pahala, melainkan perbuatan yang kadang tidak dianggap berpahala justru sebenarnya menyimpan kebaikan yang sangat banyak.
Kita semuanya sudah mengetahui bahwa tujuan diciptakannya manusia dan jin adalah untuk beribadah. Tentu jika berdasarkan pada ibadah seperti shalat dan puasa, maka kehidupan ini akan susah dijalankan. Orang-orang akan susah untuk berniaga, beraktivitas ataupun melakukan apa yang menjadi fitrah mereka. Pada akhirnya, banyak manusia yang membangkang dan tak kuat untuk melaksanakan amanat tersebut.
Berdasarkan kitab At Tauhid karangan Dr Shalih bin Fauzan, ibadah sebenarnya memiliki makna yang luas.
“Yaitu untuk setiap apa yang disukai oleh Allah dan diridhaiNya dari perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan, baik yang nampak maupun yang batin.”
Ibadah sendiri terbagi menjadi ibadah Mahdhah dan Grairu Mahdhah. Ibadah Mahdhah atau ibadah yang Muqayyad merupakan ibadah yang bersifat Taufiqi. Artinya seluruh ibadah tersebut telah diatur baik dari segi syarat hingga tata caranya melalui Al Quran maupun Assunnah. Semuanya telah menjadi suatu syariat yang tidak bisa dirubah dengan seenaknya oleh manusia.
Sementara ibadah yang Ghairu Mahdhah merupakan ibadah yang bersumber dari dalil, namun tidak dijelaskan pelaksanaannya bagaimana. Salah satu contohnya seperti dalam berbuat baik. Tidak dijelaskan bagaimana kita harus berbuat baik tersebut secara rinci. Dalam arti perbuatan tersebut hukum asalnya adalah mubah, namun bisa menjadi sesuatu yang mendatangkan pahala.
Paradigma masyarakat sekarang ini menganggap bahwa ibadah adalah yang masuk dalam kategori Mahdhah saja dan menganggap remeh yang Ghairu Mahdhah. Padahal sesuatu yang mendatangkan keridhaan dan kesukaan Allah, semuanya akan bermuara pada ibadah.
Hal yang mendasar berawal dari niat karena niat bisa membedakan antara ibadah dengan kebiasaan. Contohnya seperti yang difirmankan Allah.
“Makan dan minumlah.” (QS Al A’rof 31)
Perbuatan seperti makan dan minum adalah perbuatan yang menjadi sebuah kebiasaan makhluk hidup. Namun jika diniatkan karena Allah dengan tujuan untuk bisa menjadi tenaga dalam beribadah atau bekerja, maka makan dan minum akan berbuah pahala.
Seorang ulama mengatakan, "Ibadah orang yang lengah adalah kebiasaan dan kebiasaan orang yang sadar adalah ibadah.”
Itulah kebanyakan sifat manusia yang telah lengah terhadap ibadah sehingga menganggapnya sebagai sebuah kebiasaan saja. Tanpa sadar mereka telah merutinkan perbuatan tersebut tanpa memaknainya sebagai sesuatu yang Allah ridhai. Sementara bagi yang menganggap kebiasaan bisa menjadi ibadah, mereka akan bersungguh-sungguh dalam perbuatannya tersebut dengan harapan mendapat keridhaan Allah.
Bahkan sekarang ini shalat pun seakan menjadi sebuah kebiasaan tanpa mendalami isi dari shalat itu sendiri. Sungguh sebuah kelalaian yang menjadikan ibadah hanya bersifat kebiasaan.
Sudah seharusnya sebagai seorang muslim untuk menyadari bahwa hidupnya adalah untuk beribadah sehingga apapun yang dilakukan selama tidak bertentangan dengan agama, maka niatkanlah untuk ibadah karena Allah.
Butuh sebuah proses untuk merubah kebiasaan menjadi bentuk ibadah. Namun bukannya mustahil untuk dilakukan karena sesungguhnya kesadaranlah yang harus dikedepankan.
Jadi sadarlah untuk menjadikan kebiasaan sebagai ladang ibadah dan tidak menjadikan ibadah sebagai kebiasaan yang tak pernah diresapi.
Wallahu A’lam
Sumber: Fida Ahmad syuhada (Hidayatullah)
Islam merupakan agama yang menyeluruh dan mencakup semua bidang kehidupan. Hanya Islamlah yang mampu melingkupi manusia setiap harinya agar bernilai ibadah. Sehingga bukan hanya shalat atau ibadah seperti shaum dan haji saja yang bisa membuat seorang muslim mendapatkan pahala, melainkan perbuatan yang kadang tidak dianggap berpahala justru sebenarnya menyimpan kebaikan yang sangat banyak.
Kita semuanya sudah mengetahui bahwa tujuan diciptakannya manusia dan jin adalah untuk beribadah. Tentu jika berdasarkan pada ibadah seperti shalat dan puasa, maka kehidupan ini akan susah dijalankan. Orang-orang akan susah untuk berniaga, beraktivitas ataupun melakukan apa yang menjadi fitrah mereka. Pada akhirnya, banyak manusia yang membangkang dan tak kuat untuk melaksanakan amanat tersebut.
Berdasarkan kitab At Tauhid karangan Dr Shalih bin Fauzan, ibadah sebenarnya memiliki makna yang luas.
“Yaitu untuk setiap apa yang disukai oleh Allah dan diridhaiNya dari perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan, baik yang nampak maupun yang batin.”
Ibadah sendiri terbagi menjadi ibadah Mahdhah dan Grairu Mahdhah. Ibadah Mahdhah atau ibadah yang Muqayyad merupakan ibadah yang bersifat Taufiqi. Artinya seluruh ibadah tersebut telah diatur baik dari segi syarat hingga tata caranya melalui Al Quran maupun Assunnah. Semuanya telah menjadi suatu syariat yang tidak bisa dirubah dengan seenaknya oleh manusia.
Sementara ibadah yang Ghairu Mahdhah merupakan ibadah yang bersumber dari dalil, namun tidak dijelaskan pelaksanaannya bagaimana. Salah satu contohnya seperti dalam berbuat baik. Tidak dijelaskan bagaimana kita harus berbuat baik tersebut secara rinci. Dalam arti perbuatan tersebut hukum asalnya adalah mubah, namun bisa menjadi sesuatu yang mendatangkan pahala.
Paradigma masyarakat sekarang ini menganggap bahwa ibadah adalah yang masuk dalam kategori Mahdhah saja dan menganggap remeh yang Ghairu Mahdhah. Padahal sesuatu yang mendatangkan keridhaan dan kesukaan Allah, semuanya akan bermuara pada ibadah.
Hal yang mendasar berawal dari niat karena niat bisa membedakan antara ibadah dengan kebiasaan. Contohnya seperti yang difirmankan Allah.
“Makan dan minumlah.” (QS Al A’rof 31)
Perbuatan seperti makan dan minum adalah perbuatan yang menjadi sebuah kebiasaan makhluk hidup. Namun jika diniatkan karena Allah dengan tujuan untuk bisa menjadi tenaga dalam beribadah atau bekerja, maka makan dan minum akan berbuah pahala.
Seorang ulama mengatakan, "Ibadah orang yang lengah adalah kebiasaan dan kebiasaan orang yang sadar adalah ibadah.”
Itulah kebanyakan sifat manusia yang telah lengah terhadap ibadah sehingga menganggapnya sebagai sebuah kebiasaan saja. Tanpa sadar mereka telah merutinkan perbuatan tersebut tanpa memaknainya sebagai sesuatu yang Allah ridhai. Sementara bagi yang menganggap kebiasaan bisa menjadi ibadah, mereka akan bersungguh-sungguh dalam perbuatannya tersebut dengan harapan mendapat keridhaan Allah.
Bahkan sekarang ini shalat pun seakan menjadi sebuah kebiasaan tanpa mendalami isi dari shalat itu sendiri. Sungguh sebuah kelalaian yang menjadikan ibadah hanya bersifat kebiasaan.
Sudah seharusnya sebagai seorang muslim untuk menyadari bahwa hidupnya adalah untuk beribadah sehingga apapun yang dilakukan selama tidak bertentangan dengan agama, maka niatkanlah untuk ibadah karena Allah.
Butuh sebuah proses untuk merubah kebiasaan menjadi bentuk ibadah. Namun bukannya mustahil untuk dilakukan karena sesungguhnya kesadaranlah yang harus dikedepankan.
Jadi sadarlah untuk menjadikan kebiasaan sebagai ladang ibadah dan tidak menjadikan ibadah sebagai kebiasaan yang tak pernah diresapi.
Wallahu A’lam
Sumber: Fida Ahmad syuhada (Hidayatullah)