KabarMakkah.Com - Shalat adalah ibadah wajib bagi setiap muslim yang banyak memberikan keuntungan baik bagi kesehatan raga maupun bagi kesehatan jiwa. Ia pun kelak menjadi amalan pertama yang dipertanyakan di akhirat. Ia laksana sebuah tiket yang mampu mengantarkan siapa saja untuk bisa untuk bisa masuk ke dalam surga, tempat yang dipenuhi dengan segala kenikmatan. Namun bagaimana jika shalat telah mengutuk pelakunya?
Apabila shalat telah mengutuk pelakunya, maka tak ada lagi yang bisa diharapkan. Amalan apa lagi selainnya yang dapat menyelamatkan diri kita dari terjun bebas ke dalam lembah kemurkaan. Karena jika buruk shalat seseorang, maka pasti buruk pula amalannya. Maka dari itu kita harus senantiasa memeriksa, intropeksi terhadap kondisi shalat kita. Jangan sampai shalat yang kita kira akan berbuah pahala, justru berbuah kutukan bagi diri kita.
Shalat yang bagaimanakah yang justru mengutuk pelakunya?
Anas Radhiallahu ‘Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “....Apabila seseorang tidak menjaga shalatnya dan tidak mengambil wudhu dengan sempurna , dan qiyam, ruku dan sujudnya juga tidak dilakukan dengan tertib, maka shalatnya akan membuat wajahnya gelap dan buruk, serta akan mengutuk orang itu dengan kata-kata: ‘Semoga Allah Ta’ala membinasakanmu sebagaimana engkau telah membinasakanku’. Lalu shalatnya dilemparkan ke muka orang itu seperti kain yang buruk”. (HR. Thabrani)
Jadi jika seseorang tidak mau menjaga shalatnya dalam artian sering melalaikan shalat bahkan meninggalkannya, atau jika pun ia mengerjakan shalat namun ia tidak mengerjakannya dengan wudhu yang sempurna serta berdiri, ruku dan sujudnya tidak dilakukan dengan tertib, maka shalat yang seperti ini bukan mendo’akan keselamatan baginya namun justru mengutuknya. Maka tak heran jika sekarang Islam tengah berada dalam kemunduran yang mengarah pada kehancuran di segala bidang.
Fakta memperlihatkan bahwa shalat umat Islam zaman sekarang sudah begitu jauh dari yang dicontohkan Rasul-Nya. Mereka ruku dan sujud dengan begitu cepat ibarat burung gagak yang mematuk biji-bijian. Jangankan mendalami bacaan shalat hingga timbul perasaan penuh harap akan ampunan Robb-nya dan cemas akan keselamatan dirinya, jika bacaan shalat yang dibacanya dengan begitu cepat itu diperdengarkan maka tidak akan ada seorang pun yang dapat memahami apa yang dia ucapkan.
Maka shalat yang seperti ini akan mengutuknya dengan mendo’akan kebinasaan sebagaimana ia telah membinasakan shalat itu. Lalu shalat tersebut kelak akan dilemparkan ke mukanya seperti kain yang buruk yang siapa pun tidak ingin menerimanya.
Maka mari kita perhatikan kondisi shalat kita wahai saudaraku...
Mari kita perhatikan bagaimana ruku dan sujud kita....
Jika tulang punggung belum lurus, namun kita sudah mengangkat kembali badan maka berhati-hatilah jangan-jangan ruku kita belum tertib. Jika kening kita menyentuh tempat sujud hanya dalam hitungan detik, kemudian cepat-cepat diangkat kembali, maka berhati-hatilah jangan-jangan sujud kita belum tertib.
Abdullah bin Abu Qotadah Radhiallahu ‘Anhu menceritakan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Pencuri yang paling buruk adalah yang mencuri dalam shalatnya”. Para sahabat bertanya: “Apakah yang dimaksud mencuri dalam shalat?”. Beliau menjawab: “ Yaitu orang yang tidak menyempurnakan ruku dan sujud dalam shalatnya”.
Perbuatan mencuri adalah perbuatan yang memalukan dan dibenci semua orang. Ganjaran bagi si pencuri juga tiada lain adalah hukuman demi hukuman. Apalagi yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yaitu sebagai ‘Pencuri yang paling buruk’, maka tak terbayang apa yang akan diterimanya kelak dari perbuatan mencurinya.
Ubaidillah Radhiallahu ‘Anhu pun pernah berkata : “Yang pertama kali akan dicabut adalah khusyu dalam shalat. Engkau akan melihat, tidak seorang pun dalam jama’ah yang mengerjakan shalat dengan khusyu”. Maka shalatlah dengan menyempurnakan ruku dan sujud hingga timbul kekhusyuan dalam diri kita, hingga shalat akan menjadi cahaya dan mendo’akan keselamatan kita.
Sebagaimana awal hadist yang pertama di atas: “Apabila seseorang mengerjakan shalat pada waktu-waktu yang telah ditetapkan dengan wudhu yang sempurna, dengan perasaan rendah diri dan tawadhu dan dengan qiyam, ruku, sujud dilakukan dengan baik, maka shalat yang demikian itu akan berupa cahaya yang indah yang akan mendo’akan orang itu dengan kata-kata: ‘Semoga Allah memelihara engkau seperti engkau telah memeliharaku’....” (HR. Thabrani)
Maka sekali lagi periksalah kondisi shalat kita, periksalah kondisi ruku dan sujud kita. Karena jika shalat telah mengutuk pelakunya, maka tidak ada yang dapat diharapkan dari ibadahnya kecuali kebinasaan di atas kebinasaan.
Wallahu A’lam
Apabila shalat telah mengutuk pelakunya, maka tak ada lagi yang bisa diharapkan. Amalan apa lagi selainnya yang dapat menyelamatkan diri kita dari terjun bebas ke dalam lembah kemurkaan. Karena jika buruk shalat seseorang, maka pasti buruk pula amalannya. Maka dari itu kita harus senantiasa memeriksa, intropeksi terhadap kondisi shalat kita. Jangan sampai shalat yang kita kira akan berbuah pahala, justru berbuah kutukan bagi diri kita.
Shalat yang bagaimanakah yang justru mengutuk pelakunya?
Anas Radhiallahu ‘Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “....Apabila seseorang tidak menjaga shalatnya dan tidak mengambil wudhu dengan sempurna , dan qiyam, ruku dan sujudnya juga tidak dilakukan dengan tertib, maka shalatnya akan membuat wajahnya gelap dan buruk, serta akan mengutuk orang itu dengan kata-kata: ‘Semoga Allah Ta’ala membinasakanmu sebagaimana engkau telah membinasakanku’. Lalu shalatnya dilemparkan ke muka orang itu seperti kain yang buruk”. (HR. Thabrani)
Jadi jika seseorang tidak mau menjaga shalatnya dalam artian sering melalaikan shalat bahkan meninggalkannya, atau jika pun ia mengerjakan shalat namun ia tidak mengerjakannya dengan wudhu yang sempurna serta berdiri, ruku dan sujudnya tidak dilakukan dengan tertib, maka shalat yang seperti ini bukan mendo’akan keselamatan baginya namun justru mengutuknya. Maka tak heran jika sekarang Islam tengah berada dalam kemunduran yang mengarah pada kehancuran di segala bidang.
Fakta memperlihatkan bahwa shalat umat Islam zaman sekarang sudah begitu jauh dari yang dicontohkan Rasul-Nya. Mereka ruku dan sujud dengan begitu cepat ibarat burung gagak yang mematuk biji-bijian. Jangankan mendalami bacaan shalat hingga timbul perasaan penuh harap akan ampunan Robb-nya dan cemas akan keselamatan dirinya, jika bacaan shalat yang dibacanya dengan begitu cepat itu diperdengarkan maka tidak akan ada seorang pun yang dapat memahami apa yang dia ucapkan.
Maka shalat yang seperti ini akan mengutuknya dengan mendo’akan kebinasaan sebagaimana ia telah membinasakan shalat itu. Lalu shalat tersebut kelak akan dilemparkan ke mukanya seperti kain yang buruk yang siapa pun tidak ingin menerimanya.
Maka mari kita perhatikan kondisi shalat kita wahai saudaraku...
Mari kita perhatikan bagaimana ruku dan sujud kita....
Jika tulang punggung belum lurus, namun kita sudah mengangkat kembali badan maka berhati-hatilah jangan-jangan ruku kita belum tertib. Jika kening kita menyentuh tempat sujud hanya dalam hitungan detik, kemudian cepat-cepat diangkat kembali, maka berhati-hatilah jangan-jangan sujud kita belum tertib.
Abdullah bin Abu Qotadah Radhiallahu ‘Anhu menceritakan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Pencuri yang paling buruk adalah yang mencuri dalam shalatnya”. Para sahabat bertanya: “Apakah yang dimaksud mencuri dalam shalat?”. Beliau menjawab: “ Yaitu orang yang tidak menyempurnakan ruku dan sujud dalam shalatnya”.
Perbuatan mencuri adalah perbuatan yang memalukan dan dibenci semua orang. Ganjaran bagi si pencuri juga tiada lain adalah hukuman demi hukuman. Apalagi yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yaitu sebagai ‘Pencuri yang paling buruk’, maka tak terbayang apa yang akan diterimanya kelak dari perbuatan mencurinya.
Ubaidillah Radhiallahu ‘Anhu pun pernah berkata : “Yang pertama kali akan dicabut adalah khusyu dalam shalat. Engkau akan melihat, tidak seorang pun dalam jama’ah yang mengerjakan shalat dengan khusyu”. Maka shalatlah dengan menyempurnakan ruku dan sujud hingga timbul kekhusyuan dalam diri kita, hingga shalat akan menjadi cahaya dan mendo’akan keselamatan kita.
Sebagaimana awal hadist yang pertama di atas: “Apabila seseorang mengerjakan shalat pada waktu-waktu yang telah ditetapkan dengan wudhu yang sempurna, dengan perasaan rendah diri dan tawadhu dan dengan qiyam, ruku, sujud dilakukan dengan baik, maka shalat yang demikian itu akan berupa cahaya yang indah yang akan mendo’akan orang itu dengan kata-kata: ‘Semoga Allah memelihara engkau seperti engkau telah memeliharaku’....” (HR. Thabrani)
Maka sekali lagi periksalah kondisi shalat kita, periksalah kondisi ruku dan sujud kita. Karena jika shalat telah mengutuk pelakunya, maka tidak ada yang dapat diharapkan dari ibadahnya kecuali kebinasaan di atas kebinasaan.
Wallahu A’lam