AGAKNYA, hari ini kita semua perlu melek sedikit tentang urgensi Habluminannas dalam kehidupan bermasyarakat. Ibadah gak melulu perkara sholat, shaum, zakat, haji dan hal-hal yang sifatnya ‘ritual’. Apapun yang kita lakukan sepanjang diniatkan untuk mencari Ridho ALLAH, mengikuti aturan-aturannya, In Syaa Allah akan bernilai ibadah juga.
Seringkali kita terlampau sibuk dengan berbagai aktivitas ibadah kita. Tilawah sehari bisa lima juz. Sholat sunnah, diborong semua. Shaum senin kamis jalan terus.
Sedekah pol-polan. Ehhh, giliran sama tetangga kok pelit? Giliran disuruh matiin asep rokok aja, harus melotot dulu. Giliran di angkot, diminta geser dikit aja langsung manyun. Giliran urunan buat teman kerja yang sakit, susahnya minta ampun. Ketika bersuara, yang keluar kata-kata menyakitkan. Sekalinya diam, ngambek, ngeliatin orang yang dianggapnya gak sealim dia dengan mata sinis merendahkan.
Astaghfirullah…
Astaghfirullah…
Astaghfirullah…
Lantas, Apa kabar akhlaq?
Ketika ditegur, diabaikan. Toh yang menegur, dianggap tidak sepadan dengannya. Ehh pas diomongon di belakang, langsung nyari dalil tentang bahaya ghibah dan pentingnya menjaga harga diri sesama muslim.
Padahal boleh jadi, orang bersikap demikian karena kita gagal menjaga sikap. Kita terlalu angkuh, merasa dengan semua amal ibadah kita yang extra itu, lantas bisa petantang-petenteng merendahkan orang lain. Luput dari ingatan kita, bagaimana Rasulullah Saw tetap berdiri ketika ada jenazah seorang Yahudi yang lewat di hadapan Beliau. Sebagai tanda Rasulullah Saw ‘memanusiakan manusia’ siapapun dia.
Dunia ini sudah terlalu banyak manusia-manusia egois,
Dunia ini sudah penuh dengan kebencian dan dendam …
Janganlah kita menambah populasi manusia-manusia seperti itu.
Ramahlah terhadap orang lain. Peka terhadap keperluan orang lain. Jaga perasan satu sama lain. Tak peduli, siapapun dia. Kastanya apa? Karena kita tidak pernah tahu suatu saat ketika musibah menyapa kita, siapa yang ALLAH kirimkan untuk jadi penolong kita.
Karena kita tidak pernah tahu, mungkin musibah datang dari do’a-do’a orang yang tanpa sengaja, telah kita aniaya. Atau sebaliknya, berbagai berkah dalam hidup kita berawal dari do’a orang-orang yang terkesan dengan perangai kita yang baik dan ramah.
Sumber: Newisha Alifa
Seringkali kita terlampau sibuk dengan berbagai aktivitas ibadah kita. Tilawah sehari bisa lima juz. Sholat sunnah, diborong semua. Shaum senin kamis jalan terus.
Ilustrasi |
Astaghfirullah…
Astaghfirullah…
Astaghfirullah…
Lantas, Apa kabar akhlaq?
Ketika ditegur, diabaikan. Toh yang menegur, dianggap tidak sepadan dengannya. Ehh pas diomongon di belakang, langsung nyari dalil tentang bahaya ghibah dan pentingnya menjaga harga diri sesama muslim.
Padahal boleh jadi, orang bersikap demikian karena kita gagal menjaga sikap. Kita terlalu angkuh, merasa dengan semua amal ibadah kita yang extra itu, lantas bisa petantang-petenteng merendahkan orang lain. Luput dari ingatan kita, bagaimana Rasulullah Saw tetap berdiri ketika ada jenazah seorang Yahudi yang lewat di hadapan Beliau. Sebagai tanda Rasulullah Saw ‘memanusiakan manusia’ siapapun dia.
Dunia ini sudah terlalu banyak manusia-manusia egois,
Dunia ini sudah penuh dengan kebencian dan dendam …
Janganlah kita menambah populasi manusia-manusia seperti itu.
Ramahlah terhadap orang lain. Peka terhadap keperluan orang lain. Jaga perasan satu sama lain. Tak peduli, siapapun dia. Kastanya apa? Karena kita tidak pernah tahu suatu saat ketika musibah menyapa kita, siapa yang ALLAH kirimkan untuk jadi penolong kita.
Karena kita tidak pernah tahu, mungkin musibah datang dari do’a-do’a orang yang tanpa sengaja, telah kita aniaya. Atau sebaliknya, berbagai berkah dalam hidup kita berawal dari do’a orang-orang yang terkesan dengan perangai kita yang baik dan ramah.
Sumber: Newisha Alifa