KabarMakkah.Com - Alhamdulillah sekarang ini telah banyak lahir mubaligh muda yang bergerak dalam amar ma’ruf munkar. Hal ini patut disyukuri demi kejayaan Islam dan perbaikan umat di tengah kondisi masyarakat yang semakin kacau. Namun kadang ada beberapa kesalahan mubaligh dalam menyampaikan dakwahnya yang tanpa ia sadari justru merusak nama Islam dan menurunkan kualitas umat.
Hal ini sungguh disayangkan, dengan proses penyampaian yang tidak tepat, tujuan yang semula baik justru membuahkan hasil yang buruk. Tulisan ini bukan untuk menjudge siapa pun tapi untuk sama-sama mengintrospeksi diri, karena penulis sadar bahwa diri penulis pun jauh dari kesempurnaan.
Berikut diantaranya 3 kesalahan mubaligh dalam menyampaikan dakwahnya:
1. Menasihati Orang Yang Melakukan Kesalahan Tersembunyi Di Depan Khalayak Ramai
Imam Syafi’i Rahimahullah berkata: “Barangsiapa menasihati saudaranya secara tersembunyi (empat mata) maka sungguh ia telah menasihati sekaligus memperindah (nasihat)nya. Namun barangsiapa menasihati saudaranya secara terang-terangan (di kahalayak ramai) maka sungguh ia telah membuka aib sekaligus mengkhianatinya....”. (Hilyatul Auliyaa’: Abu Nu’aim)
Cara berdakwah yang benar yaitu menasihati orang secara tertutup untuk kesalahan-kesalahan yang tersembunyi. Sedangkan untuk kesalahan-kesalahan yang dilakukan secara terang-terangan, nasihat dilakukan secara terbuka. Itu pun disampaikan dengan cara yang baik, sehingga nasihat itu tidak berakibat buruk dan orang yang bersalah itu tidak merasa malu atau merasa sakit hati.
Banyak diantara kita yang mengira bahwa menasihati seseorang untuk kesalahan-kesalahan yang tersembunyi di depan orang lain adalah suatu kebaikan. Kita mengira bahwa orang yang turut menyaksikan akan turut pula mengambil pelajaran. Namun kita lupa pada tujuan utama kita yakni merubah sifat dan sikap orang yang bersalah tersebut hingga ia tak mengulangi kesalahannya.
Jika kita menasihati orang yang melakukan kesalahan tersembunyi di depan khalayak umum maka sungguh kita telah membuka aib kesalahannya dan dengan kata lain kita telah mengkhianatinya. Padahal dalam sebuah hadist yang diterima dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Barangsiapa menutupi aib saudaranya (yang muslim), maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat. Dan barangsiapa membuka aib saudaranya yang muslim, maka Allah akan membuka aibnya sehingga Allah mempermalukan dia karena aibnya di rumahnya sendiri”. (HR. Ibnu Majah)
Maka hendaklah seorang mubaligh dengan sungguh-sungguh menjaga kehormatan saudaranya yang muslim dan berusaha menutupi aibnya. Jika tidak, Allah yang akan langsung membalasnya dengan membuka aib kita sendiri hingga kita dipermalukan.
2. Mengabaikan Etika Dan Adab Yang Baik
Pernah seorang mubaligh berkata kasar di hadapan sultan Ma’mun Ar Rassyid, maka sang sultan pun berkata: “Bersopan santun dan beradablah terhadap saya, karena Fir’aun lebih kejam daripada saya, sedangkan Musa ‘Alaihi Sallam dan Harun ‘Alaihi Sallam lebih baik daripadamu, tetapi ketika mereka akan berdakwah kepada Fir’aun, Allah berfirman:
“Berkatalah kamu kepadanya (Fir’aun) dengan lemah lembut agar dia mengikuti jalan yang benar atau dia takut kepada-Ku”. (QS. Thaha: 44)
Dengan berkata kasar, tujuan utama dakwah tidak akan tercapai malah dia justru merusak nama baik Islam. Islam akan dikenal sebagai agama yang kasar dan penuh dengan kekerasan. Maka berdakwahlah dengan sikap dan bahasa yang lemah lembut hingga orang yang didakwahi merasa tertarik dan dengan idzin Allah, dia mau mengikuti jalan yang benar.
3. Menyangka Bahwa Dakwah Hanyalah Berjenis Kata-Kata Di Atas Mimbar
Banyak pula mubaligh yang beranggapan bahwa dakwah itu hanyalah menyampaikan kata-kata penuh nasihat di atas mimbar hingga mereka pun mengabaikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Padahal dakwah banyak jenisnya serta terintegrasi pada setiap gerak dan langkah kehidupan sehari-hari.
Seorang mustami (orang yang mendengarkan mubaligh), akan menilai bagaimana mubaligh tersebut mengaplikasikan hal yang dinasihatkannya dalam kehidupan pribadinya. Laksana seorang guru yang mengajarkan bahaya rokok dan menganjurkan agar murid-muridnya tidak merokok, namun pada jam istirahat ia sendiri asyik menghisap benda berbahaya tersebut. Maka akan adakah murid yang menuruti nasihatnya?
Demikian 3 kesalahan mubaligh dalam menyampaikan dakwahnya. Semoga tulisan ini menjadi bahan instropeksi diri bagi kita semua.
Hal ini sungguh disayangkan, dengan proses penyampaian yang tidak tepat, tujuan yang semula baik justru membuahkan hasil yang buruk. Tulisan ini bukan untuk menjudge siapa pun tapi untuk sama-sama mengintrospeksi diri, karena penulis sadar bahwa diri penulis pun jauh dari kesempurnaan.
Berikut diantaranya 3 kesalahan mubaligh dalam menyampaikan dakwahnya:
1. Menasihati Orang Yang Melakukan Kesalahan Tersembunyi Di Depan Khalayak Ramai
Imam Syafi’i Rahimahullah berkata: “Barangsiapa menasihati saudaranya secara tersembunyi (empat mata) maka sungguh ia telah menasihati sekaligus memperindah (nasihat)nya. Namun barangsiapa menasihati saudaranya secara terang-terangan (di kahalayak ramai) maka sungguh ia telah membuka aib sekaligus mengkhianatinya....”. (Hilyatul Auliyaa’: Abu Nu’aim)
Cara berdakwah yang benar yaitu menasihati orang secara tertutup untuk kesalahan-kesalahan yang tersembunyi. Sedangkan untuk kesalahan-kesalahan yang dilakukan secara terang-terangan, nasihat dilakukan secara terbuka. Itu pun disampaikan dengan cara yang baik, sehingga nasihat itu tidak berakibat buruk dan orang yang bersalah itu tidak merasa malu atau merasa sakit hati.
Banyak diantara kita yang mengira bahwa menasihati seseorang untuk kesalahan-kesalahan yang tersembunyi di depan orang lain adalah suatu kebaikan. Kita mengira bahwa orang yang turut menyaksikan akan turut pula mengambil pelajaran. Namun kita lupa pada tujuan utama kita yakni merubah sifat dan sikap orang yang bersalah tersebut hingga ia tak mengulangi kesalahannya.
Jika kita menasihati orang yang melakukan kesalahan tersembunyi di depan khalayak umum maka sungguh kita telah membuka aib kesalahannya dan dengan kata lain kita telah mengkhianatinya. Padahal dalam sebuah hadist yang diterima dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Barangsiapa menutupi aib saudaranya (yang muslim), maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat. Dan barangsiapa membuka aib saudaranya yang muslim, maka Allah akan membuka aibnya sehingga Allah mempermalukan dia karena aibnya di rumahnya sendiri”. (HR. Ibnu Majah)
Maka hendaklah seorang mubaligh dengan sungguh-sungguh menjaga kehormatan saudaranya yang muslim dan berusaha menutupi aibnya. Jika tidak, Allah yang akan langsung membalasnya dengan membuka aib kita sendiri hingga kita dipermalukan.
2. Mengabaikan Etika Dan Adab Yang Baik
Pernah seorang mubaligh berkata kasar di hadapan sultan Ma’mun Ar Rassyid, maka sang sultan pun berkata: “Bersopan santun dan beradablah terhadap saya, karena Fir’aun lebih kejam daripada saya, sedangkan Musa ‘Alaihi Sallam dan Harun ‘Alaihi Sallam lebih baik daripadamu, tetapi ketika mereka akan berdakwah kepada Fir’aun, Allah berfirman:
“Berkatalah kamu kepadanya (Fir’aun) dengan lemah lembut agar dia mengikuti jalan yang benar atau dia takut kepada-Ku”. (QS. Thaha: 44)
Dengan berkata kasar, tujuan utama dakwah tidak akan tercapai malah dia justru merusak nama baik Islam. Islam akan dikenal sebagai agama yang kasar dan penuh dengan kekerasan. Maka berdakwahlah dengan sikap dan bahasa yang lemah lembut hingga orang yang didakwahi merasa tertarik dan dengan idzin Allah, dia mau mengikuti jalan yang benar.
3. Menyangka Bahwa Dakwah Hanyalah Berjenis Kata-Kata Di Atas Mimbar
Banyak pula mubaligh yang beranggapan bahwa dakwah itu hanyalah menyampaikan kata-kata penuh nasihat di atas mimbar hingga mereka pun mengabaikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Padahal dakwah banyak jenisnya serta terintegrasi pada setiap gerak dan langkah kehidupan sehari-hari.
Seorang mustami (orang yang mendengarkan mubaligh), akan menilai bagaimana mubaligh tersebut mengaplikasikan hal yang dinasihatkannya dalam kehidupan pribadinya. Laksana seorang guru yang mengajarkan bahaya rokok dan menganjurkan agar murid-muridnya tidak merokok, namun pada jam istirahat ia sendiri asyik menghisap benda berbahaya tersebut. Maka akan adakah murid yang menuruti nasihatnya?
Demikian 3 kesalahan mubaligh dalam menyampaikan dakwahnya. Semoga tulisan ini menjadi bahan instropeksi diri bagi kita semua.