KabarMakkah.Com – Takdir yang Allah tentukan pada hamba-hambaNya seringkali mendapatkan respon yang berbeda, entah itu menerima ataupun justru menyalahkan kehidupan. Jelas-jelas bahwa yang namanya takdir merupakan salah satu dari rukun iman yang wajib kita sadari untuk menghantarkan pada keimanan yang seutuhnya.
Banyak kaum muslimin yang mempersoalkan masalah takdir terutama takdir yang buruk. Hal ini tentu akan memancing perdebatan panjang diantara kaum muslimin sendiri. Padahal Rasul melarang adanya perdebatan berkaitan dengan takdir.
Hadist ini disampaikan dari Amr bin Syuaib dari ayah dan dari kakeknya, ia berkata. “Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam keluar rumah dan orang-orang sedang memperbincangkan masalah takdir. Melihat hal itu wajah Rasulullah memerah karena marahnya dan bersabda kepada mereka:
“Kenapa kalian memukul kitab Allah satu sama lain? Karena sebab inilah orang-orang sebelum kalian binasa” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dengan hadist tersebut, maka Imam Ath Thahawi berkata, “Takdir merupakan rahasia Allah kepada setiap makhluknya. Tak ada satu malaikat atau Rasul pun yang mampu mencapainya. Maka sangat percuma mendalami dan merenungkan tentang hal itu.”
Sehingga bagi kita umat Islam, janganlah mempertanyakan mengapa Allah melakukan ini dan itu terhadap kehidupan kita ataupun orang lain karena semua telah Allah tentukan dan tercatat dalam Kitab di Lauhul Mahfudz.
Jangan pula kita berkata “seandainya” karena berarti kita sudah tidak mempercayai apa yang telah Allah atur.
Lalu bagaimana agar kita bisa menjadi orang yang mampu menerima takdir yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala?
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah memberikan wasiat kepada kita semua bagaimana cara untuk melatih keridhoan atas takdir yang telah Allah tetapkan.
1. Wasiat Rasulullah Yang Pertama
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Orang mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mu’min yang lemah. Masing-masing memiliki kebaikan. Maka bersemangatlah terhadap semua yang memberi manfaat kepadamu dan mintalah pertolongan kepada Allah, jangan bersikap lemah. Dan apabila terjadi suatu musibah, janganlah kamu berkata, “Seandainya waktu itu aku melakukan begini dan begini. Namun katakanlah Allah telah menentukan yang Dia ingin lakukan, karena berandai-andai itu membuka pintu untuk setan.”
Hadist tersebut memberi gambaran tentang bagaimana cara melatih keridhaan saat Allah menetapkan takdirnya, diantaranya yaitu bersemangat terhadap semua yang dapat memberikan manfaat, memohon pertolongan kepada Allah dan tidak cepat frustasi. Selain itu kita juga harus menyerahkan segalanya kepada takdir yang Allah tentukan. Sebagai tambahan, kita juga jangan cepat marah dan mengeluh apabila ditimpa musibah sehingga setan akan memberikan angan-angan kosong yang melemahkan iman.
2. Wasiat Rasulullah Yang Kedua
Dalam menerima takdir dimana kita harus memilih satu diantara dua pilihan, maka lakukanlah shalat istikharah dan memohon petunjukNya.
Sesungguhnya Jabir bin Abdullah Radhiallahu Anhu mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan kepada kami istikharah dalam setiap masalah yang dihadapi. Beliau berkata,:
“Jika kalian bertekad melaksanakan suatu hal, maka rukuklah dua rukuk yang tidak wajib, lalu ucapkanlah: Ya Allah aku mohon petunjukMu dengan ilmuMu, dan aku mohon ketentuanMu dengan kemampuanMu. Aku mohon padaMu keutamaanMu yang agung. Sungguh Engkau menentukan dan aku tidak menentukan. Engkau mengetahui dan aku tidak mengetahui.
Engkau maha tahu hal yang ghaib. Ya Allah Engkau mengetahui bahwa ini baik bagiku, bagi agamaku dan penghidupanku serta akibatnya untukku atau katakan: percepat urusanku atau tundalah. Tentukanlah untukku. Jika engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk bagiku, untuk agamaku, penghidupanku dan akibatnya untukku. Atau katakanlah: percepat urusanku atau tundalah, hindarilah ia dariku dan hindarilah aku darinya. Tentukan bagiku kebaikan bagaimana pun adanya. Kemudian buatlah aku ridha padanya. Maka Allah akan membereskan kebutuhannya” (HR Bukhari)
Dari hadist yang cukup panjang tersebut, kita diajarkan untuk melatih hati agar ridha dengan ketentuan Allah dan menyerahkan segalanya kepada Allah tanpa mengikut sertakan hawa nafsu diri. Dan itu semua dilakukan ketika melakukan shalat istikharah dan digunakan untuk perkara yang bersifat mubah seperti memilih pasangan, akan mengadakan perjalanan ataupun melakukan perdagangan.
3. Wasiat Rasulullah Yang Ketiga
Wasiat yang terakhir ini disampaikan oleh Rasulullah melalui sabdanya,
“Lihatlah orang yang lebih rendah dari kalian. Jangan melihat orang yang lebih tinggi dari kalian. Karena dengan itu akan membuat kalian tidak mampu merasakan nikmat Allah kepada kalian” (HR Muslim)
Melalui hadist ini, Rasulullah berpesan agar setiap umat muslimin mampu menghilangkan rasa iri dengki dan keluh kesah. Karena dengan kita berkeluh kesah, maka nikmat Allah yang ada pada diri kita tak pernah bisa disyukuri.
Tabiat manusia pun harus berusaha ditekan karena sesungguhnya manusia tidak pernah puas akan sesuatu, seperti yang dijelaskan dalam hadist berikut:
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Jika anak Adam memiliki satu lembah emas, maka ia lebih suka bila menjadi dua. Mulutnya tidak akan penuh selain oleh tanah. Allah memberi taubat kepada orang-orang yang bertaubat” (HR Bukhari)
Itulah cara melatih rasa ridho akan takdir yang Allah beri. Memang pada awalnya akan sangat sulit dan tak jarang susah untuk dilakukan. Namun seiring dengan waktu, kita bisa menerapkannya dan menerim ketentuan Allah dengan sepenuhnya.
Wallahu A'lam
Banyak kaum muslimin yang mempersoalkan masalah takdir terutama takdir yang buruk. Hal ini tentu akan memancing perdebatan panjang diantara kaum muslimin sendiri. Padahal Rasul melarang adanya perdebatan berkaitan dengan takdir.
Hadist ini disampaikan dari Amr bin Syuaib dari ayah dan dari kakeknya, ia berkata. “Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam keluar rumah dan orang-orang sedang memperbincangkan masalah takdir. Melihat hal itu wajah Rasulullah memerah karena marahnya dan bersabda kepada mereka:
“Kenapa kalian memukul kitab Allah satu sama lain? Karena sebab inilah orang-orang sebelum kalian binasa” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dengan hadist tersebut, maka Imam Ath Thahawi berkata, “Takdir merupakan rahasia Allah kepada setiap makhluknya. Tak ada satu malaikat atau Rasul pun yang mampu mencapainya. Maka sangat percuma mendalami dan merenungkan tentang hal itu.”
Sehingga bagi kita umat Islam, janganlah mempertanyakan mengapa Allah melakukan ini dan itu terhadap kehidupan kita ataupun orang lain karena semua telah Allah tentukan dan tercatat dalam Kitab di Lauhul Mahfudz.
Jangan pula kita berkata “seandainya” karena berarti kita sudah tidak mempercayai apa yang telah Allah atur.
Lalu bagaimana agar kita bisa menjadi orang yang mampu menerima takdir yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala?
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah memberikan wasiat kepada kita semua bagaimana cara untuk melatih keridhoan atas takdir yang telah Allah tetapkan.
1. Wasiat Rasulullah Yang Pertama
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Orang mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mu’min yang lemah. Masing-masing memiliki kebaikan. Maka bersemangatlah terhadap semua yang memberi manfaat kepadamu dan mintalah pertolongan kepada Allah, jangan bersikap lemah. Dan apabila terjadi suatu musibah, janganlah kamu berkata, “Seandainya waktu itu aku melakukan begini dan begini. Namun katakanlah Allah telah menentukan yang Dia ingin lakukan, karena berandai-andai itu membuka pintu untuk setan.”
Hadist tersebut memberi gambaran tentang bagaimana cara melatih keridhaan saat Allah menetapkan takdirnya, diantaranya yaitu bersemangat terhadap semua yang dapat memberikan manfaat, memohon pertolongan kepada Allah dan tidak cepat frustasi. Selain itu kita juga harus menyerahkan segalanya kepada takdir yang Allah tentukan. Sebagai tambahan, kita juga jangan cepat marah dan mengeluh apabila ditimpa musibah sehingga setan akan memberikan angan-angan kosong yang melemahkan iman.
2. Wasiat Rasulullah Yang Kedua
Dalam menerima takdir dimana kita harus memilih satu diantara dua pilihan, maka lakukanlah shalat istikharah dan memohon petunjukNya.
Sesungguhnya Jabir bin Abdullah Radhiallahu Anhu mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan kepada kami istikharah dalam setiap masalah yang dihadapi. Beliau berkata,:
“Jika kalian bertekad melaksanakan suatu hal, maka rukuklah dua rukuk yang tidak wajib, lalu ucapkanlah: Ya Allah aku mohon petunjukMu dengan ilmuMu, dan aku mohon ketentuanMu dengan kemampuanMu. Aku mohon padaMu keutamaanMu yang agung. Sungguh Engkau menentukan dan aku tidak menentukan. Engkau mengetahui dan aku tidak mengetahui.
Engkau maha tahu hal yang ghaib. Ya Allah Engkau mengetahui bahwa ini baik bagiku, bagi agamaku dan penghidupanku serta akibatnya untukku atau katakan: percepat urusanku atau tundalah. Tentukanlah untukku. Jika engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk bagiku, untuk agamaku, penghidupanku dan akibatnya untukku. Atau katakanlah: percepat urusanku atau tundalah, hindarilah ia dariku dan hindarilah aku darinya. Tentukan bagiku kebaikan bagaimana pun adanya. Kemudian buatlah aku ridha padanya. Maka Allah akan membereskan kebutuhannya” (HR Bukhari)
Dari hadist yang cukup panjang tersebut, kita diajarkan untuk melatih hati agar ridha dengan ketentuan Allah dan menyerahkan segalanya kepada Allah tanpa mengikut sertakan hawa nafsu diri. Dan itu semua dilakukan ketika melakukan shalat istikharah dan digunakan untuk perkara yang bersifat mubah seperti memilih pasangan, akan mengadakan perjalanan ataupun melakukan perdagangan.
3. Wasiat Rasulullah Yang Ketiga
Wasiat yang terakhir ini disampaikan oleh Rasulullah melalui sabdanya,
“Lihatlah orang yang lebih rendah dari kalian. Jangan melihat orang yang lebih tinggi dari kalian. Karena dengan itu akan membuat kalian tidak mampu merasakan nikmat Allah kepada kalian” (HR Muslim)
Melalui hadist ini, Rasulullah berpesan agar setiap umat muslimin mampu menghilangkan rasa iri dengki dan keluh kesah. Karena dengan kita berkeluh kesah, maka nikmat Allah yang ada pada diri kita tak pernah bisa disyukuri.
Tabiat manusia pun harus berusaha ditekan karena sesungguhnya manusia tidak pernah puas akan sesuatu, seperti yang dijelaskan dalam hadist berikut:
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Jika anak Adam memiliki satu lembah emas, maka ia lebih suka bila menjadi dua. Mulutnya tidak akan penuh selain oleh tanah. Allah memberi taubat kepada orang-orang yang bertaubat” (HR Bukhari)
Itulah cara melatih rasa ridho akan takdir yang Allah beri. Memang pada awalnya akan sangat sulit dan tak jarang susah untuk dilakukan. Namun seiring dengan waktu, kita bisa menerapkannya dan menerim ketentuan Allah dengan sepenuhnya.
Wallahu A'lam