KabarMakkah.Com - Salah satu hewan yang namanya tercantum dalam Al Qur’an dan Al Hadist adalah lebah. Apakah keistimewaan hewan kecil ini sehingga namanya diabadikan dalam Qur’an dan Hadist? Hikmah dan pengajaran apa yang bisa kita petik darinya? Mari simak lebih lanjut.
Allah SWT berfirman:
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”. (QS. An Nahl: 68-69)
Dari Abdullah bin Amr bin As Sahmi Al Quraisy, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya perumpamaan seorang mukmin seperti lebah. Dia memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik, hinggap namun tidak memecah dan merusak”. (HR. Ahmad)
Melihat hadist tersebut, maka sepatutnya manusia bisa meniru perilaku dari lebah karena sifat yang ada pada lebah merupakan wahyu Allah yang langsung diterima lebah sejak awal penciptaan.
Jika memang seorang muslim diharuskan meniru dari lebah, apa saja yang harus ditiru tersebut?
1. Hinggaplah Di Tempat Yang Bersih Dan Seraplah Hanya Yang Bersih
Lebah memiliki kelebihan lain dibandingkan dengan serangga lainnya yang lebih suka hinggap di tempat yang kotor seperti nyamuk ataupun lalat. Lebah hanya akan hinggap di tempat adanya nektar atau tempat bahan baku madu seperti yang terdapat pada pohon buah-buahan ataupun bunga-bungaan.
Begitu pun dengan seorang mukmin dimana Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepadaNya kamu menyembah.” (QS Al Baqarah 172)
2. Mengeluarkan Hanya Yang Bersih
Lebah mengeluarkan madu dari dalam tubuhnya yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Dengan kata lain apa yang dilakukan oleh lebah hasilnya adalah berupa kebaikan. Madu yang dihasilkan tak hanya untuk dirinya sendiri, melainkan bisa dibagikan dan dirasakan manfaatnya oleh seluruh makhluk hidup.
Ini juga yang seharusnya dilakukan oleh umat Islam yang mana mampu menghasilkan kebaikan dan dapat dirasakan oleh manusia seluruhnya.
Sesungguhnya dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Barang siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari kiamat” (HR Muslim)
3. Lebah Tidak Bersifat Merusak
Berdasarkan hadist diatas dijelaskan bahwa lebah tidak memiliki perilaku yang merusak atau memecah suatu tempat yang ia jadikan tempat hinggap atau tempat tinggal. Lebah begitu santun dan selalu menjaga lingkungannya.
Saat sang lebah hinggap dan menyerap sari-sari nektar pada bunga, ia tidak merusak bunga tersebut. Inilah yang perlu dilakukan oleh seorang muslim dimana ia harus tetap santun ketika mengambil manfaat dari sesuatu dan tidak hanya mementingkan dirinya sendiri. Seorang muslim harus bisa menjaga kelestarian dan tidak melakukan kerusakan.
4. Tak Pernah Melukai Kecuali Jika Mendapatkan Gangguan
Lebah tidak melakukan penyerangan terlebih dahulu. Namun saat mendapatkan gangguan ataupun terancam, barulah ia melakukan perlawanan dengan cara menyengat.
Akan tetapi apa yang dilakukan lebah sebenarnya berdampak pada kematiannya. Ketika lebah menyengat, ia akan meninggalkan sengatnya pada kulit si pengganggu. Namun bukan itu saja karena ia juga akan meninggalkan sebagian saluran pencernaan, otot dan syarafnya sehingga lambat laun lebah akan mati karena kerusakan usus.
Lebah akan melakukan perlawanan guna mempertahankan diri dan koloninya meskipun nyawa menjadi taruhannya. Itu juga yang harus dicontoh oleh seorang mukmin dimana saat ada umat Islam lain yang tersakiti, maka kita harus membantu dan berjuang bersama mereka meski nyawa taruhannya.
Jadi itulah kenapa Allah mengabadikan serangga lebah dalam Al Quran sebagai perumpamaan yang baik dan patut ditiru.
Wallahu A’lam
Allah SWT berfirman:
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”. (QS. An Nahl: 68-69)
Dari Abdullah bin Amr bin As Sahmi Al Quraisy, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya perumpamaan seorang mukmin seperti lebah. Dia memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik, hinggap namun tidak memecah dan merusak”. (HR. Ahmad)
Melihat hadist tersebut, maka sepatutnya manusia bisa meniru perilaku dari lebah karena sifat yang ada pada lebah merupakan wahyu Allah yang langsung diterima lebah sejak awal penciptaan.
Jika memang seorang muslim diharuskan meniru dari lebah, apa saja yang harus ditiru tersebut?
1. Hinggaplah Di Tempat Yang Bersih Dan Seraplah Hanya Yang Bersih
Lebah memiliki kelebihan lain dibandingkan dengan serangga lainnya yang lebih suka hinggap di tempat yang kotor seperti nyamuk ataupun lalat. Lebah hanya akan hinggap di tempat adanya nektar atau tempat bahan baku madu seperti yang terdapat pada pohon buah-buahan ataupun bunga-bungaan.
Begitu pun dengan seorang mukmin dimana Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepadaNya kamu menyembah.” (QS Al Baqarah 172)
2. Mengeluarkan Hanya Yang Bersih
Lebah mengeluarkan madu dari dalam tubuhnya yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Dengan kata lain apa yang dilakukan oleh lebah hasilnya adalah berupa kebaikan. Madu yang dihasilkan tak hanya untuk dirinya sendiri, melainkan bisa dibagikan dan dirasakan manfaatnya oleh seluruh makhluk hidup.
Ini juga yang seharusnya dilakukan oleh umat Islam yang mana mampu menghasilkan kebaikan dan dapat dirasakan oleh manusia seluruhnya.
Sesungguhnya dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Barang siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari kiamat” (HR Muslim)
3. Lebah Tidak Bersifat Merusak
Berdasarkan hadist diatas dijelaskan bahwa lebah tidak memiliki perilaku yang merusak atau memecah suatu tempat yang ia jadikan tempat hinggap atau tempat tinggal. Lebah begitu santun dan selalu menjaga lingkungannya.
Saat sang lebah hinggap dan menyerap sari-sari nektar pada bunga, ia tidak merusak bunga tersebut. Inilah yang perlu dilakukan oleh seorang muslim dimana ia harus tetap santun ketika mengambil manfaat dari sesuatu dan tidak hanya mementingkan dirinya sendiri. Seorang muslim harus bisa menjaga kelestarian dan tidak melakukan kerusakan.
4. Tak Pernah Melukai Kecuali Jika Mendapatkan Gangguan
Lebah tidak melakukan penyerangan terlebih dahulu. Namun saat mendapatkan gangguan ataupun terancam, barulah ia melakukan perlawanan dengan cara menyengat.
Akan tetapi apa yang dilakukan lebah sebenarnya berdampak pada kematiannya. Ketika lebah menyengat, ia akan meninggalkan sengatnya pada kulit si pengganggu. Namun bukan itu saja karena ia juga akan meninggalkan sebagian saluran pencernaan, otot dan syarafnya sehingga lambat laun lebah akan mati karena kerusakan usus.
Lebah akan melakukan perlawanan guna mempertahankan diri dan koloninya meskipun nyawa menjadi taruhannya. Itu juga yang harus dicontoh oleh seorang mukmin dimana saat ada umat Islam lain yang tersakiti, maka kita harus membantu dan berjuang bersama mereka meski nyawa taruhannya.
Jadi itulah kenapa Allah mengabadikan serangga lebah dalam Al Quran sebagai perumpamaan yang baik dan patut ditiru.
Wallahu A’lam