KabarMakkah.Com – Sesungguhnya Allah berfirman:
“Dan janganlah sekali-kali orang-orang yang kafir menyangka bahwa penangguhan Kami pada mereka adalah baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami menangguhkan mereka agar bertambah-tambah dosa mereka dan bagi mereka adzab yang menghinakan.” (QS Ali Imran 178)
Lihatlah bagaimana Allah membuat makar kepada para pendosa dengan mengulurkan waktu dan adzabNya. Allah juga menambahkan karuniaNya selama di dunia kepada mereka sebagai bentuk Istidraj atau penghinaan.
Dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 54, Allah berfirman:
“Bila Allah menginginkan kebaikan bagi hambaNya yang berdosa, maka Dia akan membalas dosanya dan mengingatkannya untuk meminta ampun. Dan bila Allah menginginkan keburukan hambaNya yang berdosa, maka dia akan memberinya (tambahan) kenikmatan guna melalaikannya dari meminta ampun. Allah berfirman: “Orang-orang kafir itu (mencoba) membuat tipu daya dan Allah membalas tipu daya mereka. Dan sesungguhnya Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS Ali Imran 54)
Makar yang Allah buat untuk para pendosa adalah dengan menjadikan mereka ujub terhadap dirinya. Dengannya, ia akan merasa bangga atas perbuatan baik yang dilakukan. Ia pun akan membesar-besarkan serta merasa puas dengan kebaikan tersebut.
Seseorang yang telah dimakarkan oleh Allah akan merasa terkesima oleh dirinya sendiri dan merasa bebas dari kekurangan serta merasa dialah yang berjasa melakukan kebaikan itu tanpa merasa adanya pertolongan Allah.
Seperti itulah orang yang disebutkan Allah dalam Al Quran.
“Dan bagaimana dengan orang yang diperhiaskan perbuatan buruknya sehingga ia melihatnya sebagai kebaikan?” (QS Fathir 8)
Ketahuilah bahwa sebelum melakukan pembangkangan kepada Allah, Iblis adalah makhluk yang Allah sejajarkan dengan para malaikat. Ia pun menjadi makhluk yang rajin beribadah sekaligus memiliki kecerdasan yang lebih diantara makhluk-makhluk yang Allah ciptakan saat itu. Namun karena merasa diri lebih baik, timbullah rasa ujub. Ia pun merasa lebih mulia karena diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah. Padahal tidak ada keterangan jelas tentang mulianya api dibandingkan dengan tanah. Di situlah Allah menipu iblis yang telah merasa ujub akan amalannya.
Rasulullah dalam sabdanya mengatakan bahwa Allah berkata kepada Nabi Daud untuk menyampaikan kabar gembira bagi para pendosa dan memberi peringatan kepada mereka yang melakukan keshalehan.
Nabi Daud pun mempertanyakan tentang bagaimana untuk menyampaikan kabar gembira untuk para pendosa dan bagaimana pula caranya untuk menyampikan peringatan kepada kaum yang shaleh.
Allah kemudian menyuruh agar Nabi Daud untuk memberitahukan kepada para pendosa bahwa Allah telah menerima taubat mereka. Sedangkan untuk orang yang shaleh, Allah perintahkan Nabi Daud untuk mengatakan kepada mereka supaya tidak memiliki sifat ujub atas perbuatan mereka.
Renungan bagi kita semua yang kini sedang melakukan keshalehan. Jangan sampai keshalehan yang kita lakukan akhirnya hanya menjadi sebuah kerugian karena rasa ujub yang ada dalam diri dan menganggap bahwa apa yang kita lakukan adalah hasil jerih payah kita sendiri.
Sangat sulit memang karena sejatinya manusia senang untuk mendapatkan pujian. Namun bukan berarti kita tidak bisa berusaha sekuat tenaga. Pertahankan rasa keimanan dan kerendahan hati dengan mengingat kemuliaan Allah dan kehinaan diri di hadapanNya.
Wallahu A’lam
“Dan janganlah sekali-kali orang-orang yang kafir menyangka bahwa penangguhan Kami pada mereka adalah baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami menangguhkan mereka agar bertambah-tambah dosa mereka dan bagi mereka adzab yang menghinakan.” (QS Ali Imran 178)
Lihatlah bagaimana Allah membuat makar kepada para pendosa dengan mengulurkan waktu dan adzabNya. Allah juga menambahkan karuniaNya selama di dunia kepada mereka sebagai bentuk Istidraj atau penghinaan.
Dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 54, Allah berfirman:
“Bila Allah menginginkan kebaikan bagi hambaNya yang berdosa, maka Dia akan membalas dosanya dan mengingatkannya untuk meminta ampun. Dan bila Allah menginginkan keburukan hambaNya yang berdosa, maka dia akan memberinya (tambahan) kenikmatan guna melalaikannya dari meminta ampun. Allah berfirman: “Orang-orang kafir itu (mencoba) membuat tipu daya dan Allah membalas tipu daya mereka. Dan sesungguhnya Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS Ali Imran 54)
Makar yang Allah buat untuk para pendosa adalah dengan menjadikan mereka ujub terhadap dirinya. Dengannya, ia akan merasa bangga atas perbuatan baik yang dilakukan. Ia pun akan membesar-besarkan serta merasa puas dengan kebaikan tersebut.
Seseorang yang telah dimakarkan oleh Allah akan merasa terkesima oleh dirinya sendiri dan merasa bebas dari kekurangan serta merasa dialah yang berjasa melakukan kebaikan itu tanpa merasa adanya pertolongan Allah.
Seperti itulah orang yang disebutkan Allah dalam Al Quran.
“Dan bagaimana dengan orang yang diperhiaskan perbuatan buruknya sehingga ia melihatnya sebagai kebaikan?” (QS Fathir 8)
Ketahuilah bahwa sebelum melakukan pembangkangan kepada Allah, Iblis adalah makhluk yang Allah sejajarkan dengan para malaikat. Ia pun menjadi makhluk yang rajin beribadah sekaligus memiliki kecerdasan yang lebih diantara makhluk-makhluk yang Allah ciptakan saat itu. Namun karena merasa diri lebih baik, timbullah rasa ujub. Ia pun merasa lebih mulia karena diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah. Padahal tidak ada keterangan jelas tentang mulianya api dibandingkan dengan tanah. Di situlah Allah menipu iblis yang telah merasa ujub akan amalannya.
Rasulullah dalam sabdanya mengatakan bahwa Allah berkata kepada Nabi Daud untuk menyampaikan kabar gembira bagi para pendosa dan memberi peringatan kepada mereka yang melakukan keshalehan.
Nabi Daud pun mempertanyakan tentang bagaimana untuk menyampaikan kabar gembira untuk para pendosa dan bagaimana pula caranya untuk menyampikan peringatan kepada kaum yang shaleh.
Allah kemudian menyuruh agar Nabi Daud untuk memberitahukan kepada para pendosa bahwa Allah telah menerima taubat mereka. Sedangkan untuk orang yang shaleh, Allah perintahkan Nabi Daud untuk mengatakan kepada mereka supaya tidak memiliki sifat ujub atas perbuatan mereka.
Renungan bagi kita semua yang kini sedang melakukan keshalehan. Jangan sampai keshalehan yang kita lakukan akhirnya hanya menjadi sebuah kerugian karena rasa ujub yang ada dalam diri dan menganggap bahwa apa yang kita lakukan adalah hasil jerih payah kita sendiri.
Sangat sulit memang karena sejatinya manusia senang untuk mendapatkan pujian. Namun bukan berarti kita tidak bisa berusaha sekuat tenaga. Pertahankan rasa keimanan dan kerendahan hati dengan mengingat kemuliaan Allah dan kehinaan diri di hadapanNya.
Wallahu A’lam