KabarMakkah.Com – Rasulullah begitu banyak diriwayatkan memiliki rasa kasih sayang kepada seluruh umat manusia. Dengan bukti tersebut menunjukkan bahwa Islam yang dibawa oleh Rasulullah merupakan agama yang cinta akan perdamaian dan tidak sedikit pun mengarah pada pertumpahan darah ataupun menghilangkan nyawa orang lain secara membabi buta.
Dalam suatu riwayat Imam Muslim, sahabat Rasulullah yakni Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, laknatilah orang-orang musyrik itu.”
Ucapan yang keluar dari lisan sahabatnya di depan kaum kafir dan musyrikin hanya dibalas dengan sebuah senyuman dari Rasul. Kemudian Rasulullah menjawab dengan lembut, “Sungguh aku diutus bukan untuk menjadi tukang laknat. Aku hanya diutus sebagai pembawa rahmat kasih sayang.”
Itulah misi Rasul yang mulia yakni menjadi pembawa kasih sayang. Beliau adalah seorang da’i yang mengajak manusia untuk taat kepada Allah, bukan justru memvonis seorang manusia apakah akan di neraka ataukah di surga.
Riwayat tersebut merupakan penjelas dari firman Allah
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al Anbiya 107)
Keterangan yang memperkuat akan firman Allah tersebut ditafsirkan oleh Imam Qurthubi
“Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dinobatkan sebagai rahmat bagi semesta alam. Sebab siapa yang menjadi pengikutnya akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan siapa yang mengingkarinya tidak serta merta dibenamkan dan ditenggelamkan sebagaimana dialami orang-orang kafir terdahulu, umat para Nabi sebelum beliau.”
Ibnu Katsir pun dalam meriwayatkan firman Allah tersebut memiliki kemiripan dengan Imam Quthubi. Beliau mengatakan,
“Siapa yang menerima ajaran Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mensyukurinya sebagai rahmat, dia akan beruntung di dunia dan akhirat. Sedangkan yang menolak dan ingkar kepada ajarannya, dia telah berpaling dan menjauhkan dirinya dari kasih sayang.”
Riwayat ini telah menjawab telak bagi mereka yang menjadi pendukung kebebasan dan sekularisme dimana mereka mengatakan, “Jika LGBT menyerupai Nabi Luth, mengapa Allah tidak menurunkan adzab kepada mereka?”
Demikianlah. Semoga menjadi bahan renungan bagi kita bahwa sesungguhnya Allah masih menyayangi umat Rasulullah sehingga menangguhkan adzabNya.
Dalam suatu riwayat Imam Muslim, sahabat Rasulullah yakni Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, laknatilah orang-orang musyrik itu.”
Ucapan yang keluar dari lisan sahabatnya di depan kaum kafir dan musyrikin hanya dibalas dengan sebuah senyuman dari Rasul. Kemudian Rasulullah menjawab dengan lembut, “Sungguh aku diutus bukan untuk menjadi tukang laknat. Aku hanya diutus sebagai pembawa rahmat kasih sayang.”
Itulah misi Rasul yang mulia yakni menjadi pembawa kasih sayang. Beliau adalah seorang da’i yang mengajak manusia untuk taat kepada Allah, bukan justru memvonis seorang manusia apakah akan di neraka ataukah di surga.
Riwayat tersebut merupakan penjelas dari firman Allah
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al Anbiya 107)
Keterangan yang memperkuat akan firman Allah tersebut ditafsirkan oleh Imam Qurthubi
“Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dinobatkan sebagai rahmat bagi semesta alam. Sebab siapa yang menjadi pengikutnya akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan siapa yang mengingkarinya tidak serta merta dibenamkan dan ditenggelamkan sebagaimana dialami orang-orang kafir terdahulu, umat para Nabi sebelum beliau.”
Ibnu Katsir pun dalam meriwayatkan firman Allah tersebut memiliki kemiripan dengan Imam Quthubi. Beliau mengatakan,
“Siapa yang menerima ajaran Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mensyukurinya sebagai rahmat, dia akan beruntung di dunia dan akhirat. Sedangkan yang menolak dan ingkar kepada ajarannya, dia telah berpaling dan menjauhkan dirinya dari kasih sayang.”
Riwayat ini telah menjawab telak bagi mereka yang menjadi pendukung kebebasan dan sekularisme dimana mereka mengatakan, “Jika LGBT menyerupai Nabi Luth, mengapa Allah tidak menurunkan adzab kepada mereka?”
Demikianlah. Semoga menjadi bahan renungan bagi kita bahwa sesungguhnya Allah masih menyayangi umat Rasulullah sehingga menangguhkan adzabNya.