KabarMakkah.Com – Baru-baru ini media sosial dikejutkan dengan tersebarnya foto kebersamaan dua petinju legendaris yang sedang membaca Al Quran bersama-sama. Mereka adalah Muhammad Ali dan Mike Tyson.
Dalam foto tersebut nampak Muhammad Ali sedang memegang mushaf Al Quran. Sementara di sampingnya, Mike Tyson sedang duduk santai sembari menebar sebuah senyuman.
Para Netizen yang mengetahui bahwa foto tersebut benar adanya mengungkapkan rasa gembira sekaligus angkat jempol kepada kedua petinju tersebut. Tak henti-hentinya komentar positif yang dilontarkan sebagai ungkapan atas kegembiraan sesama muslim.
Foto kebersamaan keduanya pun menjadi viral dan banyak diperbincangkan di media sosial seperti Facebook. Keduanya merupakan para mualaf dari warga kulit hitam yang kini tengah taat dalam menjalani kehidupannya sebagai seorang muslim.
Perlu diketahui bahwa Muhammad Ali resmi menjadi mualaf dan memeluk agama Islam sekitar tahun 1964. Sementara Mike Tyson baru menyadari tentang kebenaran Islam dan menjadi mualaf sekitar tahun 90-an.
Mike Tyson pun mengganti nama dirinya supaya lebih Islami dengan nama Malik Abdul Azis dan alhamdulillah di tahun 2010, ia telah bisa menunaikan ibadah umrah ke Tanah Suci.
Petinju yang sempat melakukan insiden penggigitan atas lawannya tersebut mengaku bahwa kini ia sangat bangga menjadi seorang muslim. Bahkan ia menuturkan bahwa kitalah yang butuh Allah, bukan sebaliknya.
Jika mualaf saja bisa merasa bangga telah masuk Islam dan begitu giat memperdalam agama Islam, lalu bagaimana dengan kita yang sudah dilahirkan dalam keadaan Islam serta memiliki identitas dengan bertuliskan agama Islam?
Janganlah kebanggaan atas sebuah foto ataupun video mualaf yang masuk Islam ataupun mualaf yang memperdalam Islam justru menjadikan diri lalai dan tak merasa bahwa itu adalah sebuah sindiran keras kepada kaum muslimin yang ketika lahir langsung dicap sebagai muslimin.
Malulah dan buktikanlah bahwa umat Islam yang sudah berorang tuakan Islam bisa lebih Islami dibandingkan dengan para mualaf.
Semoga jadi pembelajaran berharga untuk kita karena semua yang kita lakukan sebenarnya bukan untuk kita saja, akan tetapi untuk mengharap ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Dalam foto tersebut nampak Muhammad Ali sedang memegang mushaf Al Quran. Sementara di sampingnya, Mike Tyson sedang duduk santai sembari menebar sebuah senyuman.
Para Netizen yang mengetahui bahwa foto tersebut benar adanya mengungkapkan rasa gembira sekaligus angkat jempol kepada kedua petinju tersebut. Tak henti-hentinya komentar positif yang dilontarkan sebagai ungkapan atas kegembiraan sesama muslim.
Foto kebersamaan keduanya pun menjadi viral dan banyak diperbincangkan di media sosial seperti Facebook. Keduanya merupakan para mualaf dari warga kulit hitam yang kini tengah taat dalam menjalani kehidupannya sebagai seorang muslim.
Perlu diketahui bahwa Muhammad Ali resmi menjadi mualaf dan memeluk agama Islam sekitar tahun 1964. Sementara Mike Tyson baru menyadari tentang kebenaran Islam dan menjadi mualaf sekitar tahun 90-an.
Mike Tyson pun mengganti nama dirinya supaya lebih Islami dengan nama Malik Abdul Azis dan alhamdulillah di tahun 2010, ia telah bisa menunaikan ibadah umrah ke Tanah Suci.
Petinju yang sempat melakukan insiden penggigitan atas lawannya tersebut mengaku bahwa kini ia sangat bangga menjadi seorang muslim. Bahkan ia menuturkan bahwa kitalah yang butuh Allah, bukan sebaliknya.
Jika mualaf saja bisa merasa bangga telah masuk Islam dan begitu giat memperdalam agama Islam, lalu bagaimana dengan kita yang sudah dilahirkan dalam keadaan Islam serta memiliki identitas dengan bertuliskan agama Islam?
Janganlah kebanggaan atas sebuah foto ataupun video mualaf yang masuk Islam ataupun mualaf yang memperdalam Islam justru menjadikan diri lalai dan tak merasa bahwa itu adalah sebuah sindiran keras kepada kaum muslimin yang ketika lahir langsung dicap sebagai muslimin.
Malulah dan buktikanlah bahwa umat Islam yang sudah berorang tuakan Islam bisa lebih Islami dibandingkan dengan para mualaf.
Semoga jadi pembelajaran berharga untuk kita karena semua yang kita lakukan sebenarnya bukan untuk kita saja, akan tetapi untuk mengharap ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala.