KabarMakkah.Com – Kemuliaan para sahabat Rasulullah sudah tercatat dalam sejarah sebagai seorang yang memiliki kelimpahan amal shaleh dan segudang prestasi yang membuat kaum muslimin wajib mencontohnya. Keburukan yang ada pada diri para sahabat pun tidak layak untuk dibesar-besarkan apalagi dipermasalahkan.
Bahkan suatu kelompok ataupun perseorangan yang senang melontarkan kata-kata negatif tentang para sahabat Rasul, akan langsung dicap sebagai kelompok yang sesat dan harus segera menyadari kesalahannya. Jika tidak, sungguh tak pantas dirinya ada dalam barisan umat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Pelajaran dari kisah sahabat yang enggan beramal ini selayaknya menjadikan kita untuk lebih bersemangat dalam meraih pahala selama di dunia. Terlebih lagi Allah dan RasulNya telah menjanjikan pahala yang berlimpah ruah bagi siapa saja yang melaksanakannya.
Bermula pada peperangan Khandaq, pasukan muslimin menjadi pesimis. Pasalnya dari segi jumlah, mereka sangat sedikit. Sementara pasukan musuh siap menghadang dari berbagai penjuru. Atas karunia Allah, muncullah Salman Al Farisi yang mengemukakan strategi perang yang sebelumnya tidak pernah dipraktekkan di kawasan Arab.
Jika bukan karena pertolongan Allah berupa malaikat yang diturunkan ke bumi serta strategi perang yang disampaikan oleh Salman, para kaum muslimin saat itu mungkin sudah kalah sebelum berperang.
Selain mendapatkan kepungan dari berbagai penjuru, kota Madinah juga dilanda cuaca yang ekstrim sehingga masalah yang benar-benar terasa adalah dari segi ketersediaan bahan makanan. Tak ayal, Rasulullah yang mulia pun harus mengganjal perutnya dengan batu demi menahan lapar yang melanda.
Suasana peperangan saat itu juga terganjal oleh para sahabat yang enggan untuk beramal. Padahal sebelum peperangan tersebut, mereka sangat rajin dan selalu menjadi yang terdepan ketika ditawarkan suatu tugas oleh Rasul.
Kejadian tersebut terjadi pada saat malam hari dimana Rasulullah menawarkan kepada para sahabatnya untuk mencari berita tentang musuh.
“Adakah yang bersedia mencari berita tentang musuh dan melaporkannya kepadaku?” Tawar Rasul kepada para sahabat. Apa yang dikatakan Rasul bukanlah sebuah tugas tanpa ada imbalan yang besar. Maka Rasul kemudian berucap, “Mudah-mudahan Allah menjadikan dia (yang mau menerima tugas tersebut) bersamaku pada hari kiamat.”
Sungguh saat itu suasana langsung hening. Para sahabat yang biasanya berebut jika diberi tugas, malam itu duduk terdiam seakan-akan tidak sanggup untuk melaksanakan tugas yang ditawarkan Rasul. Raut wajah mereka tertunduk seakan tidak ingin ditunjuk oleh sosok manusia yang mulia tersebut.
Setelah cukup lama tidak ada yang bersedia, akhirnya Rasul menyebut satu nama, “Wahai Hudzaifah, bangkitlah! Carikan informasi (tentang musuh) dan laporkan kepadaku.”
Meski bisa mengungkapkan segudang alasan untuk menolaknya, namun Hudzaifah bangkit dan bergegas melakukan perintah Rasul tersebut. Ia pun bertutur, “Tidak boleh tidak, Aku harus bangkit karena beliau menyebut namaku.”
Hudzaifah kemudian segera menuju barak musuh dan mengintai keadaan di sana tanpa perlu melakukan serangan apapun. Meski saat itu ia memiliki kesempatan untuk membunuh Abu Sufyan, namun pendirian Hudzaifah tetap teguh. Apa yang tidak diperintahkan oleh Rasul, haram baginya untuk dilanggar.
Itulah sebuah ketaatan yang ditunjukkan oleh seorang sahabat yang telah mendapatkan perintah meski harus menuju ke medan musuh di tengah cuaca yang ekstrim dan dalam keadaan yang sangat lapar sekalipun.
Jika harus diaplikasikan dalam kehidupan sekarang ini, adakah yang mau dan langsung bergegas ketika Rasul memberi perintah? Rasanya sangat kecil kemungkinannya untuk melakukan hal tersebut. Karena umat yang sekarang ini, untuk menghadiri Majelis Taklim atau bersegera ke masjid pun susahnya minta ampun meski hanya dihadang dengan cuaca yang sedikit gerimis. Kita pun akan banyak beralasan hanya karena sebuah rasa kemalasan yang mendera.
Wallahu A’lam
Bahkan suatu kelompok ataupun perseorangan yang senang melontarkan kata-kata negatif tentang para sahabat Rasul, akan langsung dicap sebagai kelompok yang sesat dan harus segera menyadari kesalahannya. Jika tidak, sungguh tak pantas dirinya ada dalam barisan umat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Pelajaran dari kisah sahabat yang enggan beramal ini selayaknya menjadikan kita untuk lebih bersemangat dalam meraih pahala selama di dunia. Terlebih lagi Allah dan RasulNya telah menjanjikan pahala yang berlimpah ruah bagi siapa saja yang melaksanakannya.
Bermula pada peperangan Khandaq, pasukan muslimin menjadi pesimis. Pasalnya dari segi jumlah, mereka sangat sedikit. Sementara pasukan musuh siap menghadang dari berbagai penjuru. Atas karunia Allah, muncullah Salman Al Farisi yang mengemukakan strategi perang yang sebelumnya tidak pernah dipraktekkan di kawasan Arab.
Jika bukan karena pertolongan Allah berupa malaikat yang diturunkan ke bumi serta strategi perang yang disampaikan oleh Salman, para kaum muslimin saat itu mungkin sudah kalah sebelum berperang.
Selain mendapatkan kepungan dari berbagai penjuru, kota Madinah juga dilanda cuaca yang ekstrim sehingga masalah yang benar-benar terasa adalah dari segi ketersediaan bahan makanan. Tak ayal, Rasulullah yang mulia pun harus mengganjal perutnya dengan batu demi menahan lapar yang melanda.
Suasana peperangan saat itu juga terganjal oleh para sahabat yang enggan untuk beramal. Padahal sebelum peperangan tersebut, mereka sangat rajin dan selalu menjadi yang terdepan ketika ditawarkan suatu tugas oleh Rasul.
Kejadian tersebut terjadi pada saat malam hari dimana Rasulullah menawarkan kepada para sahabatnya untuk mencari berita tentang musuh.
“Adakah yang bersedia mencari berita tentang musuh dan melaporkannya kepadaku?” Tawar Rasul kepada para sahabat. Apa yang dikatakan Rasul bukanlah sebuah tugas tanpa ada imbalan yang besar. Maka Rasul kemudian berucap, “Mudah-mudahan Allah menjadikan dia (yang mau menerima tugas tersebut) bersamaku pada hari kiamat.”
Sungguh saat itu suasana langsung hening. Para sahabat yang biasanya berebut jika diberi tugas, malam itu duduk terdiam seakan-akan tidak sanggup untuk melaksanakan tugas yang ditawarkan Rasul. Raut wajah mereka tertunduk seakan tidak ingin ditunjuk oleh sosok manusia yang mulia tersebut.
Setelah cukup lama tidak ada yang bersedia, akhirnya Rasul menyebut satu nama, “Wahai Hudzaifah, bangkitlah! Carikan informasi (tentang musuh) dan laporkan kepadaku.”
Meski bisa mengungkapkan segudang alasan untuk menolaknya, namun Hudzaifah bangkit dan bergegas melakukan perintah Rasul tersebut. Ia pun bertutur, “Tidak boleh tidak, Aku harus bangkit karena beliau menyebut namaku.”
Hudzaifah kemudian segera menuju barak musuh dan mengintai keadaan di sana tanpa perlu melakukan serangan apapun. Meski saat itu ia memiliki kesempatan untuk membunuh Abu Sufyan, namun pendirian Hudzaifah tetap teguh. Apa yang tidak diperintahkan oleh Rasul, haram baginya untuk dilanggar.
Itulah sebuah ketaatan yang ditunjukkan oleh seorang sahabat yang telah mendapatkan perintah meski harus menuju ke medan musuh di tengah cuaca yang ekstrim dan dalam keadaan yang sangat lapar sekalipun.
Jika harus diaplikasikan dalam kehidupan sekarang ini, adakah yang mau dan langsung bergegas ketika Rasul memberi perintah? Rasanya sangat kecil kemungkinannya untuk melakukan hal tersebut. Karena umat yang sekarang ini, untuk menghadiri Majelis Taklim atau bersegera ke masjid pun susahnya minta ampun meski hanya dihadang dengan cuaca yang sedikit gerimis. Kita pun akan banyak beralasan hanya karena sebuah rasa kemalasan yang mendera.
Wallahu A’lam