KabarMakkah.Com – Tak mampu menahan beban hidup, bingung dan lelah. Itulah beberapa kata yang terngiang dalam pikiran ketika mengalami suatu masalah atau musibah. Meski yang mengalaminya merupakan seorang muslim, adakalanya keimanan yang didalam hati bisa goyah karena suatu masalah sehingga muncul perkataan seperti itu.
Dalam suatu riwayat, seorang laki-laki datang kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib. Ia kemudian berkata, “Wahai Amirul Mukminin, aku datang kepadamu karena aku sudah tidak mampu lagi menahan beban kesedihanku.”
“Aku akan bertanya kepada dua hal dan jawablah!”
Lelaki itu kemudian berkata, “Ya, tanyakanlah!”
Khalifah Ali bin Abi Thalib berkata, “Apakah engkau datang ke dunia ini dengan membawa masalah-masalah yang engkau hadapi?”
“Tentu tidak” Ucapnya.
“Apakah engkau juga akan meninggalkan dunia dengan membawa masalah ini?”
“Tidak juga” Jawabnya.
“Lalu mengapa engkau sedih atas apa yang tidak engkau bawa saat datang dan tidak pula akan mengikuti saat engkau pergi nanti?” Ucap sahabat Rasul tersebut.
Beliau melanjutkan, “Seharusnya masalah tersebut tidak membuatmu bersedih seperti sekarang ini. Sabarlah akan masalah yang ada di dunia.
Jadikan pandanganmu terhadap akhirat lebih panjang dibandingkan pandanganmu ke bumi, lalu tersenyumlah. Karena sesungguhnya rezeki dan urusan hidupnya telah Allah atur.”
Lantas diakhir pembicaraan, beliau berkata, “Seorang mukmin hidup dalam dua hal dan dua-duanya adalah sebuah nikmat jika disadari yaitu kesulitan dan kemudahan.”
Sumber yang menjadi perkataan Imam Ali bin Abi Thalib tersebut terdapat dalam Al Quran.
Pertama, kemudahan akan berbuah nikmat jika disyukuri.
“Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran 144)
Kedua, dibalik kesulitan yang dihadapi ada sebuah kesabaran.
“Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (QS Az Zumar 10)
Sehingga bagi seorang yang beriman, antara kesulitan dengan kemudahan tidak ada bedanya. Semua akan berbuah pahala jika mau disadari.
Jadi kini untuk apa bersedih dan mengatakan bahwa hidup yang dijalani penuh dengan beban yang tak sanggup dipikul.
Bukankah Allah menjelaskan bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan kepada manusia diluar batas kemampuan manusia tersebut? Jadi katakanlah kepada kesedihan itu bahwa kita masih memiliki Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Wallahu A’lam
Dalam suatu riwayat, seorang laki-laki datang kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib. Ia kemudian berkata, “Wahai Amirul Mukminin, aku datang kepadamu karena aku sudah tidak mampu lagi menahan beban kesedihanku.”
“Aku akan bertanya kepada dua hal dan jawablah!”
Lelaki itu kemudian berkata, “Ya, tanyakanlah!”
Khalifah Ali bin Abi Thalib berkata, “Apakah engkau datang ke dunia ini dengan membawa masalah-masalah yang engkau hadapi?”
“Tentu tidak” Ucapnya.
“Apakah engkau juga akan meninggalkan dunia dengan membawa masalah ini?”
“Tidak juga” Jawabnya.
“Lalu mengapa engkau sedih atas apa yang tidak engkau bawa saat datang dan tidak pula akan mengikuti saat engkau pergi nanti?” Ucap sahabat Rasul tersebut.
Beliau melanjutkan, “Seharusnya masalah tersebut tidak membuatmu bersedih seperti sekarang ini. Sabarlah akan masalah yang ada di dunia.
Jadikan pandanganmu terhadap akhirat lebih panjang dibandingkan pandanganmu ke bumi, lalu tersenyumlah. Karena sesungguhnya rezeki dan urusan hidupnya telah Allah atur.”
Lantas diakhir pembicaraan, beliau berkata, “Seorang mukmin hidup dalam dua hal dan dua-duanya adalah sebuah nikmat jika disadari yaitu kesulitan dan kemudahan.”
Sumber yang menjadi perkataan Imam Ali bin Abi Thalib tersebut terdapat dalam Al Quran.
Pertama, kemudahan akan berbuah nikmat jika disyukuri.
“Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran 144)
Kedua, dibalik kesulitan yang dihadapi ada sebuah kesabaran.
“Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (QS Az Zumar 10)
Sehingga bagi seorang yang beriman, antara kesulitan dengan kemudahan tidak ada bedanya. Semua akan berbuah pahala jika mau disadari.
Jadi kini untuk apa bersedih dan mengatakan bahwa hidup yang dijalani penuh dengan beban yang tak sanggup dipikul.
Bukankah Allah menjelaskan bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan kepada manusia diluar batas kemampuan manusia tersebut? Jadi katakanlah kepada kesedihan itu bahwa kita masih memiliki Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Wallahu A’lam