Pada musim haji tahun 2016 / 1437 H ini, Kementrian Agama Indonesia rencananya akan menerapkan penggunaan gelang berbasis Global Positioning System (GPS) bagi para jamaah haji Indonesia lansia (berusia lanjut).
Dijelaskan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saefudin, Penggunaan gelang GPS ini bertujuan untuk mengetahui lokasi jamaah haji lansia yang terpisah dari rombongannya. Dan tidak semua jamaah akan bisa memperolehnya, Karena penggunaan gelang berbasis GPS itu membutuhkan biaya tidak murah dan masih harus diuji kualitasnya.
“Kami belum dapat menerapkan gelang berbasis GPS kepada seluruh jemaah, karena ini sifatnya masih uji coba dan biayanya tidak murah. Kami akan khususkan tahun ini untuk jemaah berusia lanjut,” terangnya melalui keterangan resmi di Jakarta, Rabu (17/2/2016) seperti dilansir dari halaman resmi kementrian agama.
Jamaah yang berusia lanjut, tambah Lukman, memang memiliki potensi besar untuk terpisah dari rombongan, sehingga perlu mendapat perhatian khusus. Uji coba pemakaian gelang GPS di tahun ini juga dilakukan untuk mengetahui sejauh mana sistem kerja gelang tersebut di Arab Saudi.
Selama ini sebenarnya beberapa vendor sudah melakukan cek dan ricek di dalam negeri, namun pemerintah ingin mengetahui sejauh mana kualitas teknologi tersebut sewaktu digunakan di tanah suci dengan jumlah pengguna yang cukup banyak.
Selain gelang GPS, Lukman memastikan pemerintah juga akan melakukan perbaikan pada penyelenggaraan ibadah haji pada tahun ini. Salah satunya adalah menambah jadwal penyelenggaraan manasik haji menjadi 10 kali.
Manasik akan dijalankan sebanyak tujuh kali di tingkat kecamatan dan tiga kali di kabupaten/kota. Ini dimaksudkan agar para calon jamaah haji dapat lebih siap menjalankan haji.
"Ini tuntutan jemaah haji yang ingin memperbanyak porsi pembinaan manasik haji," pungkasnya.
 |
| Salah satu petugas haji dari Malaysia memperlihatkan gelang pintarnya di musim haji tahun 2015 |
Dijelaskan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saefudin, Penggunaan gelang GPS ini bertujuan untuk mengetahui lokasi jamaah haji lansia yang terpisah dari rombongannya. Dan tidak semua jamaah akan bisa memperolehnya, Karena penggunaan gelang berbasis GPS itu membutuhkan biaya tidak murah dan masih harus diuji kualitasnya.
“Kami belum dapat menerapkan gelang berbasis GPS kepada seluruh jemaah, karena ini sifatnya masih uji coba dan biayanya tidak murah. Kami akan khususkan tahun ini untuk jemaah berusia lanjut,” terangnya melalui keterangan resmi di Jakarta, Rabu (17/2/2016) seperti dilansir dari halaman resmi kementrian agama.
Jamaah yang berusia lanjut, tambah Lukman, memang memiliki potensi besar untuk terpisah dari rombongan, sehingga perlu mendapat perhatian khusus. Uji coba pemakaian gelang GPS di tahun ini juga dilakukan untuk mengetahui sejauh mana sistem kerja gelang tersebut di Arab Saudi.
Selama ini sebenarnya beberapa vendor sudah melakukan cek dan ricek di dalam negeri, namun pemerintah ingin mengetahui sejauh mana kualitas teknologi tersebut sewaktu digunakan di tanah suci dengan jumlah pengguna yang cukup banyak.
Selain gelang GPS, Lukman memastikan pemerintah juga akan melakukan perbaikan pada penyelenggaraan ibadah haji pada tahun ini. Salah satunya adalah menambah jadwal penyelenggaraan manasik haji menjadi 10 kali.
Manasik akan dijalankan sebanyak tujuh kali di tingkat kecamatan dan tiga kali di kabupaten/kota. Ini dimaksudkan agar para calon jamaah haji dapat lebih siap menjalankan haji.
"Ini tuntutan jemaah haji yang ingin memperbanyak porsi pembinaan manasik haji," pungkasnya.