Kisah Para Malaikat Yang Berselisih Gara-Gara Pembunuh Sadis Hendak Bertaubat Setelah Membunuh 100 orang ini mungkin sudah sangat masyhur di kalangan awam, Kembali saya tuliskan agar menjadi pengingat dan pembelajaran bersama, Bahwa Allah adalah At tawwaab (Maha menerima Taubat dari semua hambaNya).
Seperti kita ketahui, ada pepatah arab "Al-insanu mahal al-khatha' wa an-nisyan" Manusia itu memang tempat salah dan lupa. Tak ada yang terjaga dari dosa dan alpa kecuali hanya sedikit manusia pilihan yang ditunjuk untuk menerima wahyu-Nya. Oleh karenanya, tak pernah ada kata terlambat untuk bertaubat. Kembali ke jalanNya. Sujud bersimpuh penuh harap di kaki-Nya.
Sebesar apa pun dosa seorang manusia, Ampunan Allah jauh lebih besar dan lebih luas.
"Katakanlah: Wahai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Azzumar: 53)
Kendati demikian, bertaubat bukanlah perkara yang mudah untuk dikerjakan. Taubat adalah sebuah proses yang bermaksud untuk membalikkan kebiasaan dari melakukan hal yang tercela menuju ke hal yang terpuji, taubat adalah pekerjaan berat untuk membalikkan laku hidup, bahkan membalikkan anggapan orang tentang jati diri kita.
Tak jarang, ada saja orang ataupun setan yang memandang sinis atau malah sengaja mau menutup pintu tersebut. Dalam suatu kisah israiliyat disebutkan bahwa ada seorang Lelaki yang telah membunuh 99 manusia dengan cara sadis.
Suatu hari, terbersit keinginan dalam hati Lelaki tersebut untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Lelaki itu bertanya kepada orang-orang di kampungnya, siapakah orang yang paling alim di dunia ini?
Mereka pun menyarankan agar ia menemui seorang pendeta alim tersohor dengan kharisma dan keilmuannya. Setelah mengetahui tempat tinggal pendeta tersebut, Dengan penuh harap ia berjalan jauh demi menemui pendeta berharap agar dosa-dosa masa lalu diampuni, lelaki itu pun akhirnya sampai di depan sang pendeta, dengan jujur ia melakukan pengaduan dosa pada sang pendeta.
Lelaki itu mengungkapkan semua perbuatannya dengan jujur. Bahwa sepanjang hidupnya ia telah membunuh 99 orang dengan cara yang sadis.
"Apakah taubatku akan diterima?" tanyanya penuh keheranan pada sang pendeta. Tak disangka, jawaban pendeta jauh dari harapan Lelaki tersebut,
"Tidak! Tuhan takkan mengampunimu.."
Dunia pun seakan sudah gulap gulita bagi lelaki tersebut. Kalap dengan jawabannya, Pun pendeta yang terkenal alim di dunia ia bunuh juga. AKhirnya lengkap sudah 100 orang yang sudah dibunuh olehnya.
Dan sekalipun sudah membunuh 100 orang yang tak bersalah, niat lelaki tersebut untuk bertaubat belum juga luruh. Ia kembali bertanya pada orang di sekitarnya, Siapakah orang yang paling alim di dunia ini?
Mereka pun menunjukkan pada seorang alim yang lain. Di depan orang alim satu ini, ia menceritakan seluruh kelakuan bejatnya.
"Saya telah membunuh 100 orang penduduk bumi. 1 diantaranya adalah orang yang terkenal alim, Apakah diterima taubatku ini?"
Jawaban orang alim yang ini sangat berbeda dari yang alim sebelumnya. Dengan tersenyum ramah, ia sambut dengan hangat lelaki tersebut.
"Ya, masih bisa. Pergilah kau ke negeri sana. Sebab, disana ada sekelompok manusia yang menyembah Allah SWT, kemudian beribadahlah kepada Allah dengan ikhlas bersama mereka."
Mendengar jawaban tersebut, Asa pun meluap di hatinya. Ia ikuti nasehat dari orang alim tersebut dan langsung berkemas pergi hingga hampir mencapai negeri yang dimaksud.
Namun, belum sampai menginjakkan kaki disana, Baru sekira setengah perjalanan, tiba-tiba ia meninggal dunia.
Melihat kejadian ini para malaikat saling berselisih pendapat, Hendak dimasukkan ke manakah lelaki pendosa ini? Apakah Surga atau neraka tempatnya?
Malaikat pertama berkata, "Lelaki ini ahli surga, ia datang untuk bertaubat sambil mengharap rahmat Allah."
Malaikat kedua berargumen, "Dia ahli neraka, Lelaki ini belum pernah melakukan ibadah dan kebaikan secuil pun."
Kemudian, datang seorang malaikat lain yang menjadi penengah di antara keduanya.
"Ukurlah jarak antara dua negeri tersebut, dari jarak rumah si alim ke negeri yang ditunjuk, kemana ia lebih dekat letaknya, maka orang ini adalah ahlinya."
Para malaikat yang bersitegang pun sepakat untuk mengukur jarak yang dimaksud. Setelah didapati, ternyata lelaki tersebut telah sejengkal lebih dekat pada negeri yang dituju. Artinya lelaki pendosa yang telah membunuh 100 orang adalah masih dimasukkan dalam kategori ahli kebaikan.
Kisah diatas mengingatkan kita pada sebuah hadits, "Setiap anak Adam memiliki kesalahan. Dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang bertobat."
Dari kisah diatas kita bisa mendapatkan hikmah dan pembelajaran, bagaimana seorang pembunuh yang telah menghabisi 99 nyawa mempunyai tekad yang kuat untuk bertaubat. Jalannya memang tidak mudah, Namun ia tak pernah menyerah demi kembali ke jalan yang benar.
Bagaimana jika lelaki tersebut menyerah dan tak mau bertaubat setelah dijawab "tidak" oleh pendeta pertama? Malaikat tentu tak perlu berselisih. Kita pun, sebagai sesama manusia, hendaknya saling menuntun dan membuka jalan pada sesama makhluk, atau setidaknya, tidak menutup pintu bagi orang-orang yang bertaubat.
Wallahu A'lam
Seperti kita ketahui, ada pepatah arab "Al-insanu mahal al-khatha' wa an-nisyan" Manusia itu memang tempat salah dan lupa. Tak ada yang terjaga dari dosa dan alpa kecuali hanya sedikit manusia pilihan yang ditunjuk untuk menerima wahyu-Nya. Oleh karenanya, tak pernah ada kata terlambat untuk bertaubat. Kembali ke jalanNya. Sujud bersimpuh penuh harap di kaki-Nya.
Sebesar apa pun dosa seorang manusia, Ampunan Allah jauh lebih besar dan lebih luas.
"Katakanlah: Wahai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Azzumar: 53)
Kendati demikian, bertaubat bukanlah perkara yang mudah untuk dikerjakan. Taubat adalah sebuah proses yang bermaksud untuk membalikkan kebiasaan dari melakukan hal yang tercela menuju ke hal yang terpuji, taubat adalah pekerjaan berat untuk membalikkan laku hidup, bahkan membalikkan anggapan orang tentang jati diri kita.
Tak jarang, ada saja orang ataupun setan yang memandang sinis atau malah sengaja mau menutup pintu tersebut. Dalam suatu kisah israiliyat disebutkan bahwa ada seorang Lelaki yang telah membunuh 99 manusia dengan cara sadis.
Suatu hari, terbersit keinginan dalam hati Lelaki tersebut untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Lelaki itu bertanya kepada orang-orang di kampungnya, siapakah orang yang paling alim di dunia ini?
Mereka pun menyarankan agar ia menemui seorang pendeta alim tersohor dengan kharisma dan keilmuannya. Setelah mengetahui tempat tinggal pendeta tersebut, Dengan penuh harap ia berjalan jauh demi menemui pendeta berharap agar dosa-dosa masa lalu diampuni, lelaki itu pun akhirnya sampai di depan sang pendeta, dengan jujur ia melakukan pengaduan dosa pada sang pendeta.
Lelaki itu mengungkapkan semua perbuatannya dengan jujur. Bahwa sepanjang hidupnya ia telah membunuh 99 orang dengan cara yang sadis.
"Apakah taubatku akan diterima?" tanyanya penuh keheranan pada sang pendeta. Tak disangka, jawaban pendeta jauh dari harapan Lelaki tersebut,
"Tidak! Tuhan takkan mengampunimu.."
Dunia pun seakan sudah gulap gulita bagi lelaki tersebut. Kalap dengan jawabannya, Pun pendeta yang terkenal alim di dunia ia bunuh juga. AKhirnya lengkap sudah 100 orang yang sudah dibunuh olehnya.
Dan sekalipun sudah membunuh 100 orang yang tak bersalah, niat lelaki tersebut untuk bertaubat belum juga luruh. Ia kembali bertanya pada orang di sekitarnya, Siapakah orang yang paling alim di dunia ini?
Mereka pun menunjukkan pada seorang alim yang lain. Di depan orang alim satu ini, ia menceritakan seluruh kelakuan bejatnya.
"Saya telah membunuh 100 orang penduduk bumi. 1 diantaranya adalah orang yang terkenal alim, Apakah diterima taubatku ini?"
Jawaban orang alim yang ini sangat berbeda dari yang alim sebelumnya. Dengan tersenyum ramah, ia sambut dengan hangat lelaki tersebut.
"Ya, masih bisa. Pergilah kau ke negeri sana. Sebab, disana ada sekelompok manusia yang menyembah Allah SWT, kemudian beribadahlah kepada Allah dengan ikhlas bersama mereka."
Mendengar jawaban tersebut, Asa pun meluap di hatinya. Ia ikuti nasehat dari orang alim tersebut dan langsung berkemas pergi hingga hampir mencapai negeri yang dimaksud.
Namun, belum sampai menginjakkan kaki disana, Baru sekira setengah perjalanan, tiba-tiba ia meninggal dunia.
Melihat kejadian ini para malaikat saling berselisih pendapat, Hendak dimasukkan ke manakah lelaki pendosa ini? Apakah Surga atau neraka tempatnya?
Malaikat pertama berkata, "Lelaki ini ahli surga, ia datang untuk bertaubat sambil mengharap rahmat Allah."
Malaikat kedua berargumen, "Dia ahli neraka, Lelaki ini belum pernah melakukan ibadah dan kebaikan secuil pun."
Kemudian, datang seorang malaikat lain yang menjadi penengah di antara keduanya.
"Ukurlah jarak antara dua negeri tersebut, dari jarak rumah si alim ke negeri yang ditunjuk, kemana ia lebih dekat letaknya, maka orang ini adalah ahlinya."
Para malaikat yang bersitegang pun sepakat untuk mengukur jarak yang dimaksud. Setelah didapati, ternyata lelaki tersebut telah sejengkal lebih dekat pada negeri yang dituju. Artinya lelaki pendosa yang telah membunuh 100 orang adalah masih dimasukkan dalam kategori ahli kebaikan.
Kisah diatas mengingatkan kita pada sebuah hadits, "Setiap anak Adam memiliki kesalahan. Dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang bertobat."
Dari kisah diatas kita bisa mendapatkan hikmah dan pembelajaran, bagaimana seorang pembunuh yang telah menghabisi 99 nyawa mempunyai tekad yang kuat untuk bertaubat. Jalannya memang tidak mudah, Namun ia tak pernah menyerah demi kembali ke jalan yang benar.
Bagaimana jika lelaki tersebut menyerah dan tak mau bertaubat setelah dijawab "tidak" oleh pendeta pertama? Malaikat tentu tak perlu berselisih. Kita pun, sebagai sesama manusia, hendaknya saling menuntun dan membuka jalan pada sesama makhluk, atau setidaknya, tidak menutup pintu bagi orang-orang yang bertaubat.
Wallahu A'lam