KabarMakkah.Com – “Aku adalah untukmu dan kamu adalah untukku”, adalah kata-kata yang sering terucap dari sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta. Kata-kata tersebut dianggap sebagai kata-kata manis, penuh dengan romantis dan membuat bibir tersenyum manis. Namun apa jadinya jika yang berkata demikian adalah neraka Jahannam?
Tentu kita bertanya-tanya, siapakah gerangan orang yang diseru dengan seruan menyeramkan dari Jahannam tersebut?
Apa yang telah orang itu lakukan hingga Jahannam mendeklarasikan diri ‘Aku adalah untukmu dan kamu adalah untukku’?
Jangan-jangan justru diri kita yang di seru oleh seruan tersebut? Nau’dzubillahi min dzalika.
Ternyata seruan jahannam yang begitu mengerikan itu ditujukan bagi orang-orang yang meninggalkan shalat. Dan faktanya sekarang ini telah begitu banyak kaum muslimin yang mengaku diri beragama Islam namun dia begitu sibuk dengan kehidupan dunianya dan dengan tanpa merasa berdosa, enteng saja dia meninggalkan kewajiban utamanya sebagai seorang muslim.
Di dalam kitab Qurattul Uyun, Abu Laits Samarqandi menulis bahwa barangsiapa meninggalkan shalat fardhu dengan sengaja walaupun satu shalat saja, maka namanya akan tertulis pada pintu neraka yang ia harus memasukinya.
Pada suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Katakanlah: ‘Ya Allah janganlah salah seorang dari kami dijadikan orang-orang yang sengsara”. Lalu beliau bertanya pada para sahabat: “Siapakah orang-orang yang sengsara itu?”. Para sahabat menjawab: “Orang-orang yang sengsara adalah mereka yang meninggalkan shalat. Mereka tidak akan mendapatkan bagian apapun dalam Islam”.
Jadi orang-orang yang sengsara bukanlah mereka yang hidupnya serba melarat dan kekurangan hingga untuk makan saja susah. Orang-orang yang sengsara adalah mereka yang meninggalkan shalat. Walaupun ia hidup bergelimang harta namun dalam pandangan Allah dialah orang yang sengsara. Dia tidak akan mendapatkan bagian surga yang penuh dengan kenikmatan abadi.
Dia sengsara karena alih-alih mendapat kenikmatan haqiqi, dia justru harus menghabiskan waktu yang begitu panjang di neraka. Surga akan berkata padanya: “Engkau tidak akan mempunyai hubungan apapun denganku dan aku tidak diperuntukkan kepada orang-orang seperti kamu”. Sedang Jahannam akan berkata: “Mari, kemarilah, Kamu adalah untukku dan Aku adalah untukmu”.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa meninggalkan shalat hingga terlewat waktunya (tanpa alasan syar’i), lalu ia mengqadhanya, maka ia akan disiksa di dalam neraka selama satu huqub, satu huqub sama dengan 80 tahun, dan satu tahun terdiri dari 360 hari. Sedangkan ukuran satu hari (di akhirat) sama dengan 1000 tahun (di dunia).” (Majalisul Abrar)
Jangankan menghabiskan waktu beribu-ribu tahun lamanya, bertahan dan bersenda gurau di dalamnya barang sedetik saja apakah kita mampu ?
Bukankah di sana tidak akan ada kesejukan dan tidak akan ada tempat berteduh? Bukankah di sana tidak akan ada setetes air segar pun yang bisa menghilangkan dahaga? Yang ada hanyalah air mendidih bercampur nanah dan darah yang mau tidak mau harus diteguk tanpa pernah bisa menghilangkan rasa haus.
Bukankah di sana pula tidak akan ada makanan pelepas lapar? Yang ada hanyalah buah Zaqqum yang berduri tajam dan tak mengenyangkan sedikit pun.
Lalu datanglah siksaan dari segala penjuru yang akan menghancurkan tubuh para penghuni Jahannam. Namun anggota-anggota tubuh tersebut kembali utuh hingga datang kembali siksaan serupa. Begitu seterusnya hari demi hari yang akan dihabiskan oleh kita jika kita sampai masuk ke dalamnya.
Na’udzubillahi min dzalika. Maka janganlah kita meninggalkan shalat hingga karenanya jahannam menyeru, “Kamu adalah untukku dan Aku adalah untukmu”.
Wallahu A'lam
Tentu kita bertanya-tanya, siapakah gerangan orang yang diseru dengan seruan menyeramkan dari Jahannam tersebut?
Apa yang telah orang itu lakukan hingga Jahannam mendeklarasikan diri ‘Aku adalah untukmu dan kamu adalah untukku’?
Jangan-jangan justru diri kita yang di seru oleh seruan tersebut? Nau’dzubillahi min dzalika.
Ternyata seruan jahannam yang begitu mengerikan itu ditujukan bagi orang-orang yang meninggalkan shalat. Dan faktanya sekarang ini telah begitu banyak kaum muslimin yang mengaku diri beragama Islam namun dia begitu sibuk dengan kehidupan dunianya dan dengan tanpa merasa berdosa, enteng saja dia meninggalkan kewajiban utamanya sebagai seorang muslim.
Di dalam kitab Qurattul Uyun, Abu Laits Samarqandi menulis bahwa barangsiapa meninggalkan shalat fardhu dengan sengaja walaupun satu shalat saja, maka namanya akan tertulis pada pintu neraka yang ia harus memasukinya.
Pada suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Katakanlah: ‘Ya Allah janganlah salah seorang dari kami dijadikan orang-orang yang sengsara”. Lalu beliau bertanya pada para sahabat: “Siapakah orang-orang yang sengsara itu?”. Para sahabat menjawab: “Orang-orang yang sengsara adalah mereka yang meninggalkan shalat. Mereka tidak akan mendapatkan bagian apapun dalam Islam”.
Jadi orang-orang yang sengsara bukanlah mereka yang hidupnya serba melarat dan kekurangan hingga untuk makan saja susah. Orang-orang yang sengsara adalah mereka yang meninggalkan shalat. Walaupun ia hidup bergelimang harta namun dalam pandangan Allah dialah orang yang sengsara. Dia tidak akan mendapatkan bagian surga yang penuh dengan kenikmatan abadi.
Dia sengsara karena alih-alih mendapat kenikmatan haqiqi, dia justru harus menghabiskan waktu yang begitu panjang di neraka. Surga akan berkata padanya: “Engkau tidak akan mempunyai hubungan apapun denganku dan aku tidak diperuntukkan kepada orang-orang seperti kamu”. Sedang Jahannam akan berkata: “Mari, kemarilah, Kamu adalah untukku dan Aku adalah untukmu”.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa meninggalkan shalat hingga terlewat waktunya (tanpa alasan syar’i), lalu ia mengqadhanya, maka ia akan disiksa di dalam neraka selama satu huqub, satu huqub sama dengan 80 tahun, dan satu tahun terdiri dari 360 hari. Sedangkan ukuran satu hari (di akhirat) sama dengan 1000 tahun (di dunia).” (Majalisul Abrar)
Jangankan menghabiskan waktu beribu-ribu tahun lamanya, bertahan dan bersenda gurau di dalamnya barang sedetik saja apakah kita mampu ?
Bukankah di sana tidak akan ada kesejukan dan tidak akan ada tempat berteduh? Bukankah di sana tidak akan ada setetes air segar pun yang bisa menghilangkan dahaga? Yang ada hanyalah air mendidih bercampur nanah dan darah yang mau tidak mau harus diteguk tanpa pernah bisa menghilangkan rasa haus.
Bukankah di sana pula tidak akan ada makanan pelepas lapar? Yang ada hanyalah buah Zaqqum yang berduri tajam dan tak mengenyangkan sedikit pun.
Lalu datanglah siksaan dari segala penjuru yang akan menghancurkan tubuh para penghuni Jahannam. Namun anggota-anggota tubuh tersebut kembali utuh hingga datang kembali siksaan serupa. Begitu seterusnya hari demi hari yang akan dihabiskan oleh kita jika kita sampai masuk ke dalamnya.
Na’udzubillahi min dzalika. Maka janganlah kita meninggalkan shalat hingga karenanya jahannam menyeru, “Kamu adalah untukku dan Aku adalah untukmu”.
Wallahu A'lam