KabarMakkah.Com – Sesungguhnya menjadi seorang manusia kadang mudah, kadang susah. Mudah dalam artian bahwa secara fitrah manusia mengetahui kewajibannya sebagai seorng hamba yang harus selalu berada dalam jalan yang Allah ridhoi. Bisa dibilang susah karena akan banyak ujian yang menghadang di sepanjang jalan yang dilalui. Apabila di tengah jalan tergelincir, maka Allah akan mencela manusia tersebut. Hal ini telah jelas tertulis dalam Al Quran.
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri terhadap (kewajiban)mu sendiri. Padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS Al Baqarah 44)
Melihat tafsir ayat tersebut, secara khusus memang menunjuk kepada kaum Yahudi yang memiliki sifat untuk memerintahkan kepada orang lain agar taat kepada Allah, tetapi mereka sendiri ingkar. Dengan kata lain mereka menyuruh manusia berbuat baik, tetapi diri mereka sendiri terbelenggu dalam keburukan dan sangat jelas terlihat dalam bentuk amalan.
Allah kemudian berfirman:
“Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS Ash Shaff 3)
Tak hanya mendapatkan celaan, namun manusia yang seperti ini akan mendapatkan murka Allah. Siapakah yang lebih buruk dari orang yang mendapatkan celaan dari Allah? Padahal sesungguhnya Allah maha berkasih sayang kepada hamba-hambaNya.
Ancaman yang dinyatakan dalam ayat diatas juga ditujukan kepada umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Penetapan tersebut tak hanya untuk manusia dari kalangan rakyat biasa, namun juga khususnya bagi para dai yang tengah berjuang di jalan Allah.
Sebgaimana yang diterangkan dalam Al Quran bahwa berdakwah merupakan amalan terbaik seorang muslim. Bahkan tidak ada yang bisa mengungguli amalan tersebut. Akan tetapi jika aturan dalam berdakwah dilanggar, maka kehinaan dan ancaman Allah-lah yang akan diterima.
Dalam Risalah Al Mustarsyidin, Imam Al Harist Al Muhassibi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kejujuran adalah ketika kita menyeru akan sebuah kebaikan, dan kita terlebih dahulu melakukan apa yang kita seru tersebut. Begitu pun sebaliknya ketika kita melarang suatu kemaksiatan, maka kita lah yang harus pertama menjauhinya.
Beliau kemudian melanjutkan bahwa jika tidak berlaku seperti itu, bersiap-siaplah menjadi kelompok yang dicela oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Sebuah renungan bagi diri kita baik masyarakat awam atau yang mengaku sebagai seorang dai. Sudahkah kita melakukan semua kebaikan yang telah kita seru? Sudahkah menjauhi kemaksiatan yang telah kita sampaikan kepada orang banyak? Renungkanlah dan lakukanlah.
Semoga Allah Ta’ala memudahkan diri kita yang tengah berjuang menyampailkan kebenaran dengan terlebih dahulu menerapkannya kepada diri kita sendiri.
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri terhadap (kewajiban)mu sendiri. Padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS Al Baqarah 44)
Melihat tafsir ayat tersebut, secara khusus memang menunjuk kepada kaum Yahudi yang memiliki sifat untuk memerintahkan kepada orang lain agar taat kepada Allah, tetapi mereka sendiri ingkar. Dengan kata lain mereka menyuruh manusia berbuat baik, tetapi diri mereka sendiri terbelenggu dalam keburukan dan sangat jelas terlihat dalam bentuk amalan.
Allah kemudian berfirman:
“Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS Ash Shaff 3)
Tak hanya mendapatkan celaan, namun manusia yang seperti ini akan mendapatkan murka Allah. Siapakah yang lebih buruk dari orang yang mendapatkan celaan dari Allah? Padahal sesungguhnya Allah maha berkasih sayang kepada hamba-hambaNya.
Ancaman yang dinyatakan dalam ayat diatas juga ditujukan kepada umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Penetapan tersebut tak hanya untuk manusia dari kalangan rakyat biasa, namun juga khususnya bagi para dai yang tengah berjuang di jalan Allah.
Sebgaimana yang diterangkan dalam Al Quran bahwa berdakwah merupakan amalan terbaik seorang muslim. Bahkan tidak ada yang bisa mengungguli amalan tersebut. Akan tetapi jika aturan dalam berdakwah dilanggar, maka kehinaan dan ancaman Allah-lah yang akan diterima.
Dalam Risalah Al Mustarsyidin, Imam Al Harist Al Muhassibi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kejujuran adalah ketika kita menyeru akan sebuah kebaikan, dan kita terlebih dahulu melakukan apa yang kita seru tersebut. Begitu pun sebaliknya ketika kita melarang suatu kemaksiatan, maka kita lah yang harus pertama menjauhinya.
Beliau kemudian melanjutkan bahwa jika tidak berlaku seperti itu, bersiap-siaplah menjadi kelompok yang dicela oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Sebuah renungan bagi diri kita baik masyarakat awam atau yang mengaku sebagai seorang dai. Sudahkah kita melakukan semua kebaikan yang telah kita seru? Sudahkah menjauhi kemaksiatan yang telah kita sampaikan kepada orang banyak? Renungkanlah dan lakukanlah.
Semoga Allah Ta’ala memudahkan diri kita yang tengah berjuang menyampailkan kebenaran dengan terlebih dahulu menerapkannya kepada diri kita sendiri.