KabarMakkah.Com – Dalam suatu riwayat yang disampaikan oleh sahabat Jabir Radhiallahu Anhu, sesungguhnya Rasulullah duduk bersama para sahabatnya dalam sebuah majelis. Rasulullah kemudian memberitahukan kepada para sahabatnya tentang siapa saja yang akan duduk berdampingan dengan beliau di hari kiamat nanti.
Para sahabat kemudian bertanya mengenai hal tersebut dan jawaban Rasulullah dalam hadist yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi adalah, “Sungguh yang paling aku sukai diantara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku di hari kiamat nanti adalah yang paling baik akhlaknya.”
Akhlak menjadi sebuah syarat utama bagi seorang hamba untuk bisa dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Karena diutusnya Rasulullah di dunia ini adalah untuk menyempurnakan atau memperbaiki akhlak umat manusia.
Akhlak tersebut menyangkut perilaku terhadap Allah dan Rasulnya, kepada orang lain, keluarga dan yang utama sekaligus mendasar adalah kepada diri sendiri.
Adapun akhlak yang terkait dengan dirinya sendiri adalah bagaimana seorang hamba mampu untuk menuntut ilmu agar ibadah yang dilakukannya sesuai dengan tuntunan Allah dan RasulNya. Dengannya pula, seorang hamba akan mengetahui kewajiban apa saja yang menjadi prioritasnya dalam menjalani kehidupan di dunia sehingga saat nanti di Yaumul Hisab, ia bisa selamat dari pertanggung jawaban selama hidup di dunia.
Akhlak kepada Allah berkaitan dengan bagaimana seorang hamba meluruskan tauhid sehingga bersih dari kemusyrikan. Selain itu ia juga juga harus sekuat tenaga mengerjakan semua perintah dan menjauhi larangan yang telah Allah atur dalam syariatNya.
Sementara akhlak kepada Nabi dan Rasul tak hanya berupa ucapan-ucapan shalawat saja. Akan tetapi mencontoh apa yang telah Rasul perbuat sehari-hari merupakan ciri kita berakhlak baik kepada Rasul. Dan Rasul pun akan bangga kepada umatnya yang mau mengikuti jejak langkahnya yang berarti juga sebagai tanda bukti cinta kepada Rasulullah.
Ketika diri sudah dihiasi dengan akhlak pribadi dan Allah serta Rasul pun dipatuhi dengan penuh keikhlasan, maka terpancarlah akhlak tersebut dalam keseharian, baik itu kepada keluarga, masyarakat ataupun sesama muslim.
Meski sangat sederhana isi hadist tersebut, namun sesungguhnya tidaklah mudah untuk menggapainya karena dibutuhkan ikhtiar yang maksimal dan waktu yang cukup lama. Terlebih hal tersebut menyangkut kriteria seorang muslim yang akan bisa berdampingan dan duduk dekat bersama dengan Rasulullah.
Itu artinya seseorang telah dikatakan mendapat kesudahan yang baik karena bisa bersama Rasulullah yang dipastikan berada dalam kebahagiaan yang abadi.
Wallahu ‘Alam
Para sahabat kemudian bertanya mengenai hal tersebut dan jawaban Rasulullah dalam hadist yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi adalah, “Sungguh yang paling aku sukai diantara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku di hari kiamat nanti adalah yang paling baik akhlaknya.”
Akhlak menjadi sebuah syarat utama bagi seorang hamba untuk bisa dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Karena diutusnya Rasulullah di dunia ini adalah untuk menyempurnakan atau memperbaiki akhlak umat manusia.
Akhlak tersebut menyangkut perilaku terhadap Allah dan Rasulnya, kepada orang lain, keluarga dan yang utama sekaligus mendasar adalah kepada diri sendiri.
Adapun akhlak yang terkait dengan dirinya sendiri adalah bagaimana seorang hamba mampu untuk menuntut ilmu agar ibadah yang dilakukannya sesuai dengan tuntunan Allah dan RasulNya. Dengannya pula, seorang hamba akan mengetahui kewajiban apa saja yang menjadi prioritasnya dalam menjalani kehidupan di dunia sehingga saat nanti di Yaumul Hisab, ia bisa selamat dari pertanggung jawaban selama hidup di dunia.
Akhlak kepada Allah berkaitan dengan bagaimana seorang hamba meluruskan tauhid sehingga bersih dari kemusyrikan. Selain itu ia juga juga harus sekuat tenaga mengerjakan semua perintah dan menjauhi larangan yang telah Allah atur dalam syariatNya.
Sementara akhlak kepada Nabi dan Rasul tak hanya berupa ucapan-ucapan shalawat saja. Akan tetapi mencontoh apa yang telah Rasul perbuat sehari-hari merupakan ciri kita berakhlak baik kepada Rasul. Dan Rasul pun akan bangga kepada umatnya yang mau mengikuti jejak langkahnya yang berarti juga sebagai tanda bukti cinta kepada Rasulullah.
Ketika diri sudah dihiasi dengan akhlak pribadi dan Allah serta Rasul pun dipatuhi dengan penuh keikhlasan, maka terpancarlah akhlak tersebut dalam keseharian, baik itu kepada keluarga, masyarakat ataupun sesama muslim.
Meski sangat sederhana isi hadist tersebut, namun sesungguhnya tidaklah mudah untuk menggapainya karena dibutuhkan ikhtiar yang maksimal dan waktu yang cukup lama. Terlebih hal tersebut menyangkut kriteria seorang muslim yang akan bisa berdampingan dan duduk dekat bersama dengan Rasulullah.
Itu artinya seseorang telah dikatakan mendapat kesudahan yang baik karena bisa bersama Rasulullah yang dipastikan berada dalam kebahagiaan yang abadi.
Wallahu ‘Alam