KabarMakkah.Com – Sering kita mendengar bahwa banyak guru yang terkesan cuek dan tidak peduli dengan kenakalan muridnya. Sungguh miris dan membuat orang tua kesal memang. Namun tahukah alasan mereka melakukan pembiaran tersebut? Sebagai orang tua, Anda sudah semestinya memahami posisinya.
Hal ini dituturkan oleh guru berinisial FI yang merupakan seorang guru SMP di daerah Sumatera Selatan. Ia mengungkapkan alasan kenapa banyak guru yang apatis apabila melihat anak didiknya melakukan kenakalan ataupun membangkang. Tahukah sebabnya?
Ternyata para guru takut jika anak-anak tersebut melaporkan kepada orang tua dan orang tuanya melaporkan para guru tersebut kepada pihak berwajib ataupun melakukan main hakim sendiri.
Bukannya tanpa alasan. Sudah banyak kasus yang terjadi dimana saat guru berusaha mendisiplinkan muridnya, dengan serta merta orang tuanya tidak menerima. Alhasil orang tua kemudian melaporkan kepada pihak yang berwajib. Jika sudah begitu, guru-guru akan merasakan susahnya berhadapan dengan aparat hukum. Mereka tidak akan bisa fokus dalam mengajar dan kerugian semakin bertambah ketika harus ada kata “damai” dalam bentuk materi.
FI seperti yang dilansir KabarSumatera, menyebutkan bahwa ada pihak guru yang harus membayar jutaan rupiah hanya karena menghukum muridnya yang memang bermasalah di sekolah.
Kasus yang lain seperti mencubit ataupun memarahi ternyata membuat guru harus berurusan dengan pihak berwajib.
FI melanjutkan penuturannya bahwa semenjak itu banyak guru yang menjadi khawatir untuk melakukan tindakan. Di sisi lain, murid-murid akan semena-mena melakukan pelanggaran karena tahu gurunya takut jika harus melakukan hukuman atau peringatan.
Pihak Kepala Dinas Pendidikan berharap agar orang tua tidak langsung menerima begitu saja dengan laporan yang mereka dapatkan dari anak-anaknya yang dihukum oleh sang guru. Lakukan pengecekan tentang benar tidaknya tindakan guru tersebut dan jangan langsung melaporkan kepada polisi.
Beliau juga berpesan bagi para guru agar sebisa mungkin tidak melakukan tindakan yang bersifat fisik karena tugas guru hanya membina, mendidik dan juga mengajar. Sebaiknya berikan contoh budi pekerti dan lebih mendekatkan diri kepada murid-murid tanpa menghilangkan kewibawaan.
Alasan yang paling ditakuti secara langsung oleh guru ternyata adalah adanya balas dendam yang dilakukan oleh orang tua murid berupa tindakan fisik. Contoh nyata seperti yang terjadi pada Aop Saopudin. Guru SDN Majalengka ini harus menerima perlakuan dari orang tua siswa karena telah mencukur rambut anaknya yang gondrong.
Orang tua beserta kawan-kawannya tersebut langsung memberi peringatan sekaligus mencukur rambut sang guru tanpa melihat penjelasan dari yang bersangkutan.
Jika melihat seperti ini bagaimana nasib pendidikan di Indonesia?
Perlu adanya sebuah keterbukaan antara guru dan orang tua. Masing-masing harus mau menerima kesepakatan yang telah ditetapkan agar hal ini tidak terulang kembali.
Dengan begitu wibawa guru sebagai pengajar akan tetap terjaga dan anak didik pun bisa berubah menjadi lebih baik disertai dengan kesadaran orang tua untuk mendukung sebuah sistem pendidikan yang benar.
Hal ini dituturkan oleh guru berinisial FI yang merupakan seorang guru SMP di daerah Sumatera Selatan. Ia mengungkapkan alasan kenapa banyak guru yang apatis apabila melihat anak didiknya melakukan kenakalan ataupun membangkang. Tahukah sebabnya?
Ternyata para guru takut jika anak-anak tersebut melaporkan kepada orang tua dan orang tuanya melaporkan para guru tersebut kepada pihak berwajib ataupun melakukan main hakim sendiri.
Bukannya tanpa alasan. Sudah banyak kasus yang terjadi dimana saat guru berusaha mendisiplinkan muridnya, dengan serta merta orang tuanya tidak menerima. Alhasil orang tua kemudian melaporkan kepada pihak yang berwajib. Jika sudah begitu, guru-guru akan merasakan susahnya berhadapan dengan aparat hukum. Mereka tidak akan bisa fokus dalam mengajar dan kerugian semakin bertambah ketika harus ada kata “damai” dalam bentuk materi.
FI seperti yang dilansir KabarSumatera, menyebutkan bahwa ada pihak guru yang harus membayar jutaan rupiah hanya karena menghukum muridnya yang memang bermasalah di sekolah.
Kasus yang lain seperti mencubit ataupun memarahi ternyata membuat guru harus berurusan dengan pihak berwajib.
FI melanjutkan penuturannya bahwa semenjak itu banyak guru yang menjadi khawatir untuk melakukan tindakan. Di sisi lain, murid-murid akan semena-mena melakukan pelanggaran karena tahu gurunya takut jika harus melakukan hukuman atau peringatan.
Pihak Kepala Dinas Pendidikan berharap agar orang tua tidak langsung menerima begitu saja dengan laporan yang mereka dapatkan dari anak-anaknya yang dihukum oleh sang guru. Lakukan pengecekan tentang benar tidaknya tindakan guru tersebut dan jangan langsung melaporkan kepada polisi.
Beliau juga berpesan bagi para guru agar sebisa mungkin tidak melakukan tindakan yang bersifat fisik karena tugas guru hanya membina, mendidik dan juga mengajar. Sebaiknya berikan contoh budi pekerti dan lebih mendekatkan diri kepada murid-murid tanpa menghilangkan kewibawaan.
Alasan yang paling ditakuti secara langsung oleh guru ternyata adalah adanya balas dendam yang dilakukan oleh orang tua murid berupa tindakan fisik. Contoh nyata seperti yang terjadi pada Aop Saopudin. Guru SDN Majalengka ini harus menerima perlakuan dari orang tua siswa karena telah mencukur rambut anaknya yang gondrong.
Orang tua beserta kawan-kawannya tersebut langsung memberi peringatan sekaligus mencukur rambut sang guru tanpa melihat penjelasan dari yang bersangkutan.
Jika melihat seperti ini bagaimana nasib pendidikan di Indonesia?
Perlu adanya sebuah keterbukaan antara guru dan orang tua. Masing-masing harus mau menerima kesepakatan yang telah ditetapkan agar hal ini tidak terulang kembali.
Dengan begitu wibawa guru sebagai pengajar akan tetap terjaga dan anak didik pun bisa berubah menjadi lebih baik disertai dengan kesadaran orang tua untuk mendukung sebuah sistem pendidikan yang benar.