KabarMakkah.Com – Seorang laki-laki datang dan bertanya kepada Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Ia berkata, “Aku sesungguhnya memiliki seorang putri. Siapakah menurut Anda yang layak untuk menjadi suaminya?”
Hasan kemudian menjawab, “Nikahkanlah ia dengan orang yang bertakwa.” Hasan kembali melanjutkan ucapannya, “Apabila laki-laki takwa itu menyukai putrimu , dia akan menghormatinya. Apabila tidak, ia akan dzalim terhadapnya.”
Dari keterangan tersebut, untuk kita para wali, janganlah meyerahkan putri yang kita miliki untuk seorang laki-laki yang tidak diketahui kadar ketakwaan dan kehidupannya. Jangan hanya karena alasan harta, jabatan dan keduniaan menjadikan kita begitu saja menyerahkan anak perempuan yang kita miliki. Serahkanlah hanya kepada laki-laki yang bertakwa dan memiliki akhlak yang mempesona. Jika melakukannya, maka pantaslah kita menjadi orang tua yang mengantarkan anak tercinta untuk menuju kebahagiaan dan keberkahan pernikahan.
Salah sedikit menentukan suami untuk anak, maka jalan yang dilalui akan sungguh pelik. Ingatlah bahwa ia akan menjadi seorang istri dari suami yang wajib ia taati, entah itu baik ataupun buruk. Berbagai kepahitan berupa kemaksiatan pun bisa saja dilakukannya gara-gara salah memilih suami. Akibatnya, hidup akhirat menjadi sangat menyengsarakan.
Sungguh benar Ummul Mu’minim Aisyah dalam nasehatnya bahwa nikah adalah perbudakan. Kata-kata tersebut termuat dalam Fiqih Sunnah yang dikutip oleh Sayyid Sabiq. Oleh karenanya, perhatikan kepada siapa kita menyerahkan anak yang telah kita didik dan rawat.
Inilah yang telah diwasiatkan seorang wanita agung. Sebuah nasehat yang dituturkan oleh seorang istri yang menjadi pendamping Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Sebuah nasehat yang tidak diragukan lagi kebenarannya dan menjadi manfaat bagi siapa saja yang mau mengambilnya.
Nasehat tersebut hendaknya menjadi bahan renungan bagi kita sebagai para wali. Periksa agama dan akhlak calon suami anak kita. Jangan sampai kita salah menyerahkan kepada suami yang hanya selalu berbuat salah. Karena persoalan hidup yang akan dihadapi tak semudah apa yang dibayangkan.
Kenali dan telitilah. Sesungguhnya pernikahan menjadi gerbang dengan dua jurusan antara kebahagiaan dan kesengsaraan. Sebuah awal yang menentukan kebahagiaaan dan kesengsaraan sesungguhnya di akhirat kelak.
Hasan kemudian menjawab, “Nikahkanlah ia dengan orang yang bertakwa.” Hasan kembali melanjutkan ucapannya, “Apabila laki-laki takwa itu menyukai putrimu , dia akan menghormatinya. Apabila tidak, ia akan dzalim terhadapnya.”
Dari keterangan tersebut, untuk kita para wali, janganlah meyerahkan putri yang kita miliki untuk seorang laki-laki yang tidak diketahui kadar ketakwaan dan kehidupannya. Jangan hanya karena alasan harta, jabatan dan keduniaan menjadikan kita begitu saja menyerahkan anak perempuan yang kita miliki. Serahkanlah hanya kepada laki-laki yang bertakwa dan memiliki akhlak yang mempesona. Jika melakukannya, maka pantaslah kita menjadi orang tua yang mengantarkan anak tercinta untuk menuju kebahagiaan dan keberkahan pernikahan.
Salah sedikit menentukan suami untuk anak, maka jalan yang dilalui akan sungguh pelik. Ingatlah bahwa ia akan menjadi seorang istri dari suami yang wajib ia taati, entah itu baik ataupun buruk. Berbagai kepahitan berupa kemaksiatan pun bisa saja dilakukannya gara-gara salah memilih suami. Akibatnya, hidup akhirat menjadi sangat menyengsarakan.
Sungguh benar Ummul Mu’minim Aisyah dalam nasehatnya bahwa nikah adalah perbudakan. Kata-kata tersebut termuat dalam Fiqih Sunnah yang dikutip oleh Sayyid Sabiq. Oleh karenanya, perhatikan kepada siapa kita menyerahkan anak yang telah kita didik dan rawat.
Inilah yang telah diwasiatkan seorang wanita agung. Sebuah nasehat yang dituturkan oleh seorang istri yang menjadi pendamping Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Sebuah nasehat yang tidak diragukan lagi kebenarannya dan menjadi manfaat bagi siapa saja yang mau mengambilnya.
Nasehat tersebut hendaknya menjadi bahan renungan bagi kita sebagai para wali. Periksa agama dan akhlak calon suami anak kita. Jangan sampai kita salah menyerahkan kepada suami yang hanya selalu berbuat salah. Karena persoalan hidup yang akan dihadapi tak semudah apa yang dibayangkan.
Kenali dan telitilah. Sesungguhnya pernikahan menjadi gerbang dengan dua jurusan antara kebahagiaan dan kesengsaraan. Sebuah awal yang menentukan kebahagiaaan dan kesengsaraan sesungguhnya di akhirat kelak.