KabarMakkah.Com – Sebuah teguran bagaikan mata pisau yang tajam. Setiap orang harus hati-hati dalam menggunakannya karena sedikit saja cara menyampaikannya salah, bersiap-siaplah untuk menerima adanya sebuah pertikaian. Untuk itu diperlukan sebuah cara atau teknik menegur agar apa yang disampaikan tidak berbuah permusuhan.
Bagi mereka yang mahir dalam menata situasi, teguran akan berbuah keharmonisan dan mampu mendekatkan satu diri dengan diri lainnya. Itulah sebuah teguran yang disampaikan oleh seorang istri yang telah mampu mendalami isi hati suaminya. Tegurannya tak memadamkan api cinta, namun justru menambah bara asmara dalam rumah tangga.
Teguran seorang istri haruslah dilalui dengan kematangan berpikir dan berjiwa besar. Seorang suami akan lebih memberikan rasa penghormatannya kepada istri yang mampu memaafkan kesalahannya, melupakan atas kesalahannya dan menjaga rahasia suaminya.
Seorang istri yang telah menyelami kemurahan seorang suami tidak akan tergesa-gesa menyalahkan. Ia juga tidak menceburkan diri dalam kebisuan hanya meski kesalahan ada di depan mata.
Jika memang apa yang dilakukan seorang suami sampai pada taraf yang berlebihan, sudah selayaknya istri memberikan teguran. Sebuah teguran berupa tanda akan kasih sayang kepada sang suami tercinta.
Dalam buku Kado Pernikahan karangan Dr Abdulllah bin Muhammad Al Dawud, dinyatakan bagaimana seharusnya seorang istri dalam menegur suaminya.
1. Teguran yang akan disampaikan hendaknya dibungkus dengan sebuah pertanyaan yang dapat dimengerti seorang suami agar tidak ada celah untuk melukai hatinya.
2. Teguran yang rumit hanya akan menghantarkan suami untuk bertanya-tanya dan merasa tidak bersalah. Ia pun akan mudah untuk ringan tangan yang berujung pada pertengkaran. Seharusnya tegurlah dengan tegas, kalimat yang pendek dan tidak rumit.
3. Jauhilah mencela pribadi suami. Yang harus dicela adalah perbuatannya saja yng dianggap harus mendapatkan teguran. Banyak istri membuat teguran yang menjadi bersifat umum seperti “Kamu tidak punya perasaan” dan “Kamu selalu salah”. Padahal kesalahan yang dibuat suami hanya satu perbuatan saja dan pada hari itu juga.
Menggeneralisasikan masalah hanya akan membuat suami tidak dihargai atas kebaikannya yang dahulu. Meski suami selalu mengutamakan akalnya dibandingkan hatinya, namun sesungguhnya hatinya pun akan memberontak jika seorang istri mengatakan yang demikian.
Cerdas-cerdaslah dalam memberikan teguran karena sesungguhnya tujuan dari teguran adalah merubah sifatnya yang salah dan bukan untuk mendatangkan permasalahan lain, bahkan berujung pada perceraian.
Wallahu A’lam
Bagi mereka yang mahir dalam menata situasi, teguran akan berbuah keharmonisan dan mampu mendekatkan satu diri dengan diri lainnya. Itulah sebuah teguran yang disampaikan oleh seorang istri yang telah mampu mendalami isi hati suaminya. Tegurannya tak memadamkan api cinta, namun justru menambah bara asmara dalam rumah tangga.
Teguran seorang istri haruslah dilalui dengan kematangan berpikir dan berjiwa besar. Seorang suami akan lebih memberikan rasa penghormatannya kepada istri yang mampu memaafkan kesalahannya, melupakan atas kesalahannya dan menjaga rahasia suaminya.
Seorang istri yang telah menyelami kemurahan seorang suami tidak akan tergesa-gesa menyalahkan. Ia juga tidak menceburkan diri dalam kebisuan hanya meski kesalahan ada di depan mata.
Jika memang apa yang dilakukan seorang suami sampai pada taraf yang berlebihan, sudah selayaknya istri memberikan teguran. Sebuah teguran berupa tanda akan kasih sayang kepada sang suami tercinta.
Dalam buku Kado Pernikahan karangan Dr Abdulllah bin Muhammad Al Dawud, dinyatakan bagaimana seharusnya seorang istri dalam menegur suaminya.
1. Teguran yang akan disampaikan hendaknya dibungkus dengan sebuah pertanyaan yang dapat dimengerti seorang suami agar tidak ada celah untuk melukai hatinya.
2. Teguran yang rumit hanya akan menghantarkan suami untuk bertanya-tanya dan merasa tidak bersalah. Ia pun akan mudah untuk ringan tangan yang berujung pada pertengkaran. Seharusnya tegurlah dengan tegas, kalimat yang pendek dan tidak rumit.
3. Jauhilah mencela pribadi suami. Yang harus dicela adalah perbuatannya saja yng dianggap harus mendapatkan teguran. Banyak istri membuat teguran yang menjadi bersifat umum seperti “Kamu tidak punya perasaan” dan “Kamu selalu salah”. Padahal kesalahan yang dibuat suami hanya satu perbuatan saja dan pada hari itu juga.
Menggeneralisasikan masalah hanya akan membuat suami tidak dihargai atas kebaikannya yang dahulu. Meski suami selalu mengutamakan akalnya dibandingkan hatinya, namun sesungguhnya hatinya pun akan memberontak jika seorang istri mengatakan yang demikian.
Cerdas-cerdaslah dalam memberikan teguran karena sesungguhnya tujuan dari teguran adalah merubah sifatnya yang salah dan bukan untuk mendatangkan permasalahan lain, bahkan berujung pada perceraian.
Wallahu A’lam