KabarMakkah.Com – Kebahagiaan tampak tersirat dalam wajah laki-laki ini. Ia begitu bersemangat untuk segera melaksanakan niat sucinya memperistri seorang gadis muslimah. Lewat perantaraan sang guru ngaji, ia pun pertama kali bertemu dan dicocokkan dengan seorang muslimah yang menjadi aktivis dakwah tersebut. Dengan tekad yang bulat, ia beranikan diri melintasi provinsi untuk sekedar mengungkapkan niat melamar kepada orang tua sang gadis.
Setelah acara yang cukup membuat deg-degan tersebut, ia pun merasakan sebuah kebahagiaan yang tak terkira. Ia yang memiliki kesibukan dalam berdakwah, akhirnya bisa mendapatkan jodoh yang sama-sama bersemangat dalam menyebarkan agama Allah.
Namun semua itu langsung hilang, ketika ada pemberitaan yang menyebutkan bahwa si gadis yang akan menjadi calon istrinya telah kehilangan kehormatannya oleh lelaki hidung belang. Bukan hanya satu kali, namun berkali-kali.
Sungguh saat itu langit seakan runtuh dan rasa yang bahagia itu menjadi semacam cambuk yang terus menyiksa diri. Bukan main rasanya ketika harus memutuskan apakah harus meneruskan menuju gerbang pernikahan ataukah berhenti saat itu juga.
Jika pun muslimah itu adalah berstatus janda, maka itu bukanlah masalah besar bagi dirinya. Itu jauh lebih terhormat. Namun muslimah itu adalah sosok yang pendiam dan tak tersentuh oleh satu pria pun, tapi ternyata....
Meski hatinya tidak tega, namun keputusan telah diambil. Ia putuskan untuk menghentikan pernikahan itu sebelum janur kuning melengkung. Muslimah yang dulu diidamkannya harus ia relakan untuk tak dimiliki.
Sungguh menyakitkan memang, terlebih bagi kedua orang tua sang muslimah. Kebahagiaan yang telah disebar, seakan dibakar oleh rasa malu yang amat sangat. Kedua orang tuanya menyadari bahwa itu adalah kekhilafan mereka dalam mendidik anak yang menjadi kebanggaannya tersebut.
Terdiam dipilih oleh sang ayah muslimah karena bercampurnya rasa marah dengan malu. Sempat dahulu, ia ingin membunuh si laki-laki bejat yang telah mengambil kehormatan anaknya. Namun apa daya, anaknya pun seakan merasa bahwa itu adalah sebuah kenikmatan yang tidak bisa dihilangkan. Bahkan dilakukan berkali-kali.
Naudzu billahi min dzalik. Semoga keluarga kita dijauhkan dari busuknya zina yang hanya akan berakhir dengan penyesalan.
Setelah acara yang cukup membuat deg-degan tersebut, ia pun merasakan sebuah kebahagiaan yang tak terkira. Ia yang memiliki kesibukan dalam berdakwah, akhirnya bisa mendapatkan jodoh yang sama-sama bersemangat dalam menyebarkan agama Allah.
Namun semua itu langsung hilang, ketika ada pemberitaan yang menyebutkan bahwa si gadis yang akan menjadi calon istrinya telah kehilangan kehormatannya oleh lelaki hidung belang. Bukan hanya satu kali, namun berkali-kali.
Sungguh saat itu langit seakan runtuh dan rasa yang bahagia itu menjadi semacam cambuk yang terus menyiksa diri. Bukan main rasanya ketika harus memutuskan apakah harus meneruskan menuju gerbang pernikahan ataukah berhenti saat itu juga.
Jika pun muslimah itu adalah berstatus janda, maka itu bukanlah masalah besar bagi dirinya. Itu jauh lebih terhormat. Namun muslimah itu adalah sosok yang pendiam dan tak tersentuh oleh satu pria pun, tapi ternyata....
Meski hatinya tidak tega, namun keputusan telah diambil. Ia putuskan untuk menghentikan pernikahan itu sebelum janur kuning melengkung. Muslimah yang dulu diidamkannya harus ia relakan untuk tak dimiliki.
Sungguh menyakitkan memang, terlebih bagi kedua orang tua sang muslimah. Kebahagiaan yang telah disebar, seakan dibakar oleh rasa malu yang amat sangat. Kedua orang tuanya menyadari bahwa itu adalah kekhilafan mereka dalam mendidik anak yang menjadi kebanggaannya tersebut.
Terdiam dipilih oleh sang ayah muslimah karena bercampurnya rasa marah dengan malu. Sempat dahulu, ia ingin membunuh si laki-laki bejat yang telah mengambil kehormatan anaknya. Namun apa daya, anaknya pun seakan merasa bahwa itu adalah sebuah kenikmatan yang tidak bisa dihilangkan. Bahkan dilakukan berkali-kali.
Naudzu billahi min dzalik. Semoga keluarga kita dijauhkan dari busuknya zina yang hanya akan berakhir dengan penyesalan.