KabarMakkah.Com – Anak yatim seringkali dijadikan sebagai pancingan seseorang agar bisa hamil. Kebiasaannya ini sudah membudaya di masyarakat kita. Namun jika melihat sejarah, maka mereka umumnya merujuk kepada sejarah Nabi Zakaria yang mengasuh Siti Maryam dikarenakan belum memiliki anak. Setelah sekian waktu, Allah pun mengkaruniakan putra kepada Nabi Zakaria.
Metode ini sering kali berhasil, namun ada juga yang gagalnya. Yang jelas, tidak memiliki anak bukanlah sebuah aib, namun merupakan takdir yang telah digariskan oleh Allah.
Seperti kisah sepasang suami ini yang mengambil anak yatim dari panti asuhan untuk dijadikan pancingan. Saat itu usia si anak sekitar 6 tahun. Ia menjadi yatim piatu semenjak kedua orang tuanya meninggal akibat menjadi korban tenggelamnya kapal dagang yang ditumpanginya.
Sejak pertama tinggal di panti asuhan, anak tersebut sangat sedih dan terpukul. Rasa trauma yang mendalam membuat ia sulit untuk bisa bahagia. Namun ketika orang tua angkatnya datang dan mengasuhnya, ia pun perlahan-lahan mulai menemukan kebahagiaan kembali.
Tahun berganti tahun, hamillah si ibu angkat. Betapa bahagianya kedua pasangan tersebut setelah cukup menanti 4 tahun lamanya. Setelah mencapai 9 bulan lebih, lahirlah dua anak kembar yang lucu-lucu. Alangkah bersyukur mereka bisa memiliki dua anak sekaligus.
Di tahun berikutnya, sang anak angkat dikembalikannya ke panti asuhan. Mereka beralasan bahwa di rumah sudah cukup sangat ramai dengan kedua anak kandung mereka. Lagi-lagi anak yatim piatu tersebut harus merasakan trauma untuk kedua kalinya. Ia merasa bahwa kehidupannya telah dipermainkan. Terlebih lagi ia telah beranjak remaja dan sudah mengerti dengan perasaan. Ia bahkan ingin meregang nyawa agar bisa bersama dengan kedua orang tuanya yang telah meninggal.
***
Wahai saudaraku, memang secara hukum pengembalian yang dilakukan oleh pasangan tersebut bisa dibenarkan. Akan tetapi jika dilihat dari segi etika dan rasa, maka sangatlah tidak pantas. Terlebih lagi mengurus anak yatim merupakan sebuah anjuran dari Rasulullah. Allah pun sejatinya akan memberkahi rumah yang didalamnya terdapat anak yatim.
Wallahu A’lam
Sumber: inilah.com
Metode ini sering kali berhasil, namun ada juga yang gagalnya. Yang jelas, tidak memiliki anak bukanlah sebuah aib, namun merupakan takdir yang telah digariskan oleh Allah.
Ilustrasi |
Seperti kisah sepasang suami ini yang mengambil anak yatim dari panti asuhan untuk dijadikan pancingan. Saat itu usia si anak sekitar 6 tahun. Ia menjadi yatim piatu semenjak kedua orang tuanya meninggal akibat menjadi korban tenggelamnya kapal dagang yang ditumpanginya.
Sejak pertama tinggal di panti asuhan, anak tersebut sangat sedih dan terpukul. Rasa trauma yang mendalam membuat ia sulit untuk bisa bahagia. Namun ketika orang tua angkatnya datang dan mengasuhnya, ia pun perlahan-lahan mulai menemukan kebahagiaan kembali.
Tahun berganti tahun, hamillah si ibu angkat. Betapa bahagianya kedua pasangan tersebut setelah cukup menanti 4 tahun lamanya. Setelah mencapai 9 bulan lebih, lahirlah dua anak kembar yang lucu-lucu. Alangkah bersyukur mereka bisa memiliki dua anak sekaligus.
Di tahun berikutnya, sang anak angkat dikembalikannya ke panti asuhan. Mereka beralasan bahwa di rumah sudah cukup sangat ramai dengan kedua anak kandung mereka. Lagi-lagi anak yatim piatu tersebut harus merasakan trauma untuk kedua kalinya. Ia merasa bahwa kehidupannya telah dipermainkan. Terlebih lagi ia telah beranjak remaja dan sudah mengerti dengan perasaan. Ia bahkan ingin meregang nyawa agar bisa bersama dengan kedua orang tuanya yang telah meninggal.
***
Wahai saudaraku, memang secara hukum pengembalian yang dilakukan oleh pasangan tersebut bisa dibenarkan. Akan tetapi jika dilihat dari segi etika dan rasa, maka sangatlah tidak pantas. Terlebih lagi mengurus anak yatim merupakan sebuah anjuran dari Rasulullah. Allah pun sejatinya akan memberkahi rumah yang didalamnya terdapat anak yatim.
Wallahu A’lam
Sumber: inilah.com