Konflik Timur Tengah semakin memanas. MUI desak pemerintah Indonesia agar mengambil sikap dan menjadi penengah konfik antara dua negara penghasil minyak tersebut.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendesak Presiden Joko Widodo berperan aktif dalam upaya mendamaikan konflik antar sesama negara muslim, Iran dan Arab Saudi.
“Indonesia sebagai negara yang mayoritas muslim dan negara yang memiliki peran yang cukup strategis, (bisa) mengambil peran dalam mendamaikan konflik Arab Saudi dan Iran yang baru saja terjadi”, kata Ketua Umum MUI Ma’ruf Amin kepada wartawan usai pertemuan mendadak antara jajaran pengurus MUI dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (5/1/2016) siang.
Menurut Ma’ruf, Presiden Jokowi menyadari permasalahan konflik Timur Tengah kali ini sangat pelik karena di dalamnya ada konflik aqidah, politik, ekonomi, dan masalah lainnya serta negara-negara lain yang terlibat. Namun, Indonesia memiliki potensi yang sangat strategis untuk meredakan konflik tersebut dan menjadi mediator (penengah) karena posisi Indonesia berada di posisi yang netral.
“Indonesia sudah memainkan perannya dan mudah-mudahan akan berhasil,” tegas Ketua Umum MUI itu.
Dihubungi di tempat terpisah, Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin mengatakan, Presiden Jokowi sedang berupaya menjalin komunikasi dengan para petinggi kedua negara tersebut.
"Semua menghendaki bahwa memang seharusnya konflik itu diredakan, ditiadakan. Dan Indonesia memang harus melakukan upaya dan ini yang terus sedang dilakukan oleh presiden, melakukan komunikasi baik dengan para petinggi Saudi maupun petinggi di Iran," kata Lukman di Istana, Jakarta, Selasa (5/1).
Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar sedunia. Lukman menambahkan, Oleh karena itu peran Indonesia dirasa sangat penting untuk mendamaikan konflik Iran-Arab, apalagi Indonesia mempunyai sejarah sebagai salah satu negara yang aktif menggerakan non block sejak beberapa puluh tahun yang lalu.
"Tapi intinya adalah tidak hanya semata perdamaian ini harus diwujudkan karena kepentingan Indonesia, tapi ini lebih pada kepentingan dunia. Jadi ini menyangkut keamanan dan nasib peradaban dunia karena dua negara ini tentu ketika ini berkonflik maka kawasan Timur Tengah menjadi sama sekali tidak aman dan itu juga berpengaruh pada kawasan-kawasan lain," jelas Lukman seperti dilansir dari Merdeka.
"Apalagi sekarang ini kan globalisasi sehingga kemudian dampaknya itu luar biasa besarnya. Karenanya Indonesia sebagai negara dengan jumlah umat muslim terbesar di dunia memang mendapatkan tuntutan dari banyak pihak untuk bisa lebih berperan aktif," tambahnya.
Presiden Jokowi, tegas Lukman, sudah sangat paham dengan kondisi tersebut. Oleh sebab itu, Presiden Jokowi akan berupaya keras bagaimana konflik Iran dan Arab bisa diminimalisir, syukur-syukur bisa berakhir.
Presiden Jokowi akan menggunakan berbagai pendekatan dan lobi-lobi. Termasuk salah satunya, dalam waktu dekat ini Presiden akan menggelar pertemuan atau semacam konferensi pemimpin-pemimpin negara Islam untuk membahas agar konflik Iran-Arab dapat segera berakhir.
"Iya itu salah satu upaya saja sebagai bentuk ikhtiar bagaimana untuk mendekatkan kedua negara ini dengan ya semacam membentuk semacam konferensi pertemuan, tidak hanya antar 2 negara tapi juga melibatkan negara-negara yang lain untuk bagaimana mencari solusi yang konkrit yang bisa dilakukan dalam waktu dekat ini," pungkas Lukman.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendesak Presiden Joko Widodo berperan aktif dalam upaya mendamaikan konflik antar sesama negara muslim, Iran dan Arab Saudi.
“Indonesia sebagai negara yang mayoritas muslim dan negara yang memiliki peran yang cukup strategis, (bisa) mengambil peran dalam mendamaikan konflik Arab Saudi dan Iran yang baru saja terjadi”, kata Ketua Umum MUI Ma’ruf Amin kepada wartawan usai pertemuan mendadak antara jajaran pengurus MUI dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (5/1/2016) siang.
Menurut Ma’ruf, Presiden Jokowi menyadari permasalahan konflik Timur Tengah kali ini sangat pelik karena di dalamnya ada konflik aqidah, politik, ekonomi, dan masalah lainnya serta negara-negara lain yang terlibat. Namun, Indonesia memiliki potensi yang sangat strategis untuk meredakan konflik tersebut dan menjadi mediator (penengah) karena posisi Indonesia berada di posisi yang netral.
“Indonesia sudah memainkan perannya dan mudah-mudahan akan berhasil,” tegas Ketua Umum MUI itu.
Presiden Jokowi didampingi Mensesneg dan Menag bertemu Pengurus MUI di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (5/1/2015). (Setkab.go.id) |
Dihubungi di tempat terpisah, Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin mengatakan, Presiden Jokowi sedang berupaya menjalin komunikasi dengan para petinggi kedua negara tersebut.
"Semua menghendaki bahwa memang seharusnya konflik itu diredakan, ditiadakan. Dan Indonesia memang harus melakukan upaya dan ini yang terus sedang dilakukan oleh presiden, melakukan komunikasi baik dengan para petinggi Saudi maupun petinggi di Iran," kata Lukman di Istana, Jakarta, Selasa (5/1).
Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar sedunia. Lukman menambahkan, Oleh karena itu peran Indonesia dirasa sangat penting untuk mendamaikan konflik Iran-Arab, apalagi Indonesia mempunyai sejarah sebagai salah satu negara yang aktif menggerakan non block sejak beberapa puluh tahun yang lalu.
"Tapi intinya adalah tidak hanya semata perdamaian ini harus diwujudkan karena kepentingan Indonesia, tapi ini lebih pada kepentingan dunia. Jadi ini menyangkut keamanan dan nasib peradaban dunia karena dua negara ini tentu ketika ini berkonflik maka kawasan Timur Tengah menjadi sama sekali tidak aman dan itu juga berpengaruh pada kawasan-kawasan lain," jelas Lukman seperti dilansir dari Merdeka.
"Apalagi sekarang ini kan globalisasi sehingga kemudian dampaknya itu luar biasa besarnya. Karenanya Indonesia sebagai negara dengan jumlah umat muslim terbesar di dunia memang mendapatkan tuntutan dari banyak pihak untuk bisa lebih berperan aktif," tambahnya.
Presiden Jokowi, tegas Lukman, sudah sangat paham dengan kondisi tersebut. Oleh sebab itu, Presiden Jokowi akan berupaya keras bagaimana konflik Iran dan Arab bisa diminimalisir, syukur-syukur bisa berakhir.
Presiden Jokowi akan menggunakan berbagai pendekatan dan lobi-lobi. Termasuk salah satunya, dalam waktu dekat ini Presiden akan menggelar pertemuan atau semacam konferensi pemimpin-pemimpin negara Islam untuk membahas agar konflik Iran-Arab dapat segera berakhir.
"Iya itu salah satu upaya saja sebagai bentuk ikhtiar bagaimana untuk mendekatkan kedua negara ini dengan ya semacam membentuk semacam konferensi pertemuan, tidak hanya antar 2 negara tapi juga melibatkan negara-negara yang lain untuk bagaimana mencari solusi yang konkrit yang bisa dilakukan dalam waktu dekat ini," pungkas Lukman.