Adzan yang sudah jelas jelas merupakan syi'ar Islam dikumandangkan untuk mengiringi lagu Natal Ave Maria, Kejadian kontroversial ini terjadi di rumah jabatan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Kupang.
Yang menjadi polemik, seruan itu dikumandangkan bukan dalam rangka panggilan shalat, Namun untuk mengiringi lagu rohani Ave Maria yang dinyanyikan dalam peringatan Natal Bersama Nasional 2015.
Sekitar 10.000 umat Kristiani dan lintas agama dilaporkan mengikuti perayaan Natal Bersama Nasional 2015 di Kupang, NTT. Acara itu juga dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, sejumlah menteri, panglima TNI dan Kapolri.
Selain menampilkan kesenian lokal NTT, saat puncak acara diperdengarkan lagu rohani Ave Maria. Namun, secara kontroversial lagu Natal itu dinyanykan dengan iringan kumandang adzan.
Penampilan beriringan panggilan shalat dengan lagu rohani Kristen itu dilakukan dikatakan sebagai simbol kerukunan antarumat beragama di wilayah itu. Aksi teatrikal juga menyertai dilantunkannya lagu Ave Maria yang diiringi adzan itu.
“Bagus sekali tadi lagu Ave Maria dan Adzan disajikan bersama. Padahal biasanya hanya kita dengarkan di masjid, atau di televisi saat adzan Maghrib,” kata Ruma Laurensius, seorang hadirin dalam acara itu, sebagaimana dilansir JPNN.
Lagu Ave Maria karya Schubert dinyanyikan Reny Gadja dari Gereja Musafir Indonesia. Sementara adzan yang menyertai nyanyian itu dikumandangkan oleh Umarba, imam masjid Oepura yang berdiri di samping Reny.
“Ini sangat berkesan, karena sesuatu yang berbeda ternyata bisa dipadukan menjadi satu paket yang lebih indah,” kata Reny, seperti dilansir dari Kompas.com.
Mirisnya, Natal Bersama Nasional 2015 di Kupang, NTT itu tak hanya menampilkan kolaborasi adzan dan lagu rohani Kristen. Acara itu juga menampilkan lagu qasidah dari komunitas pengajian ibu-ibu di Kupang. Mereka membawakan lagu yang dipopulerkan oleh grup legendaris Nasida Ria.
Sadarlah wahai saudaraku.. Muslim sejati harus cerdas, harus berani menunjukkan jati diri agamanya, jangan sampai ikut mengambang, mengalir terbawa derasnya arus penyimpangan Aqidah. Ingat! Tidak ada toleransi dalam urusan ibadah, dan tidak ada ibadah yang masih di oplos dengan toleransi. Sebab, kebaikan itu relatif sementara kebenaran itu mutlak!
Yang menjadi polemik, seruan itu dikumandangkan bukan dalam rangka panggilan shalat, Namun untuk mengiringi lagu rohani Ave Maria yang dinyanyikan dalam peringatan Natal Bersama Nasional 2015.
Sekitar 10.000 umat Kristiani dan lintas agama dilaporkan mengikuti perayaan Natal Bersama Nasional 2015 di Kupang, NTT. Acara itu juga dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, sejumlah menteri, panglima TNI dan Kapolri.
Selain menampilkan kesenian lokal NTT, saat puncak acara diperdengarkan lagu rohani Ave Maria. Namun, secara kontroversial lagu Natal itu dinyanykan dengan iringan kumandang adzan.
Penampilan beriringan panggilan shalat dengan lagu rohani Kristen itu dilakukan dikatakan sebagai simbol kerukunan antarumat beragama di wilayah itu. Aksi teatrikal juga menyertai dilantunkannya lagu Ave Maria yang diiringi adzan itu.
“Bagus sekali tadi lagu Ave Maria dan Adzan disajikan bersama. Padahal biasanya hanya kita dengarkan di masjid, atau di televisi saat adzan Maghrib,” kata Ruma Laurensius, seorang hadirin dalam acara itu, sebagaimana dilansir JPNN.
Lagu Ave Maria karya Schubert dinyanyikan Reny Gadja dari Gereja Musafir Indonesia. Sementara adzan yang menyertai nyanyian itu dikumandangkan oleh Umarba, imam masjid Oepura yang berdiri di samping Reny.
“Ini sangat berkesan, karena sesuatu yang berbeda ternyata bisa dipadukan menjadi satu paket yang lebih indah,” kata Reny, seperti dilansir dari Kompas.com.
Mirisnya, Natal Bersama Nasional 2015 di Kupang, NTT itu tak hanya menampilkan kolaborasi adzan dan lagu rohani Kristen. Acara itu juga menampilkan lagu qasidah dari komunitas pengajian ibu-ibu di Kupang. Mereka membawakan lagu yang dipopulerkan oleh grup legendaris Nasida Ria.
Sadarlah wahai saudaraku.. Muslim sejati harus cerdas, harus berani menunjukkan jati diri agamanya, jangan sampai ikut mengambang, mengalir terbawa derasnya arus penyimpangan Aqidah. Ingat! Tidak ada toleransi dalam urusan ibadah, dan tidak ada ibadah yang masih di oplos dengan toleransi. Sebab, kebaikan itu relatif sementara kebenaran itu mutlak!