KabarMakkah.Com - Suami menjadi pelengkap kehidupan seorang istri. Begitu pun juga istri menjadi pelabuhan yang menenangkan bagi seorang suami. Ini pula yang dirasakan pada sepasang suami istri di sebuah kota yang keduanya saling melengkapi satu sama lain layaknya kisah cinta sejati yang tak pernah pudar meski terukir oleh waktu. Memiliki rasa kompak dan saling menyayangi mampu membuat iri orang-orang yang melihatnya.
Sepintas kekompakan keduanya hampir tidak ada saling berbenturan. Seiring dan sejalan ibarat roda mobil yang sama-sama melaju ke satu tujuan. Namun sebenarnya pasangan suami istri ini memiliki kepribadian yang berbeda dimana seorang suami memiliki sifat yang lebih pendiam, tidak panikan dan kadang dianggap santai. Lain halnya dengan sang istri yang memiliki sifat terburu-buru, banyak bicara dan mudah bersikap reaktif pada hal yang kecil.
Di suatu waktu keduanya melakukan perjalanan untuk menikmati indahnya panorama laut dan keduanya menumpangi kapal pesiar yang memang dikhususkan untuk para wisatawan. Namun kebahagiaan yang awalnya ingin dirasakan selama perjalanan, tiba-tiba dikejutkan dengan berbagai ujian yang cukup hebat di samudera. Hujan yang tiba-tiba lebat bercampur dengan riuhnya petir yang silih menyambar. Kapal yang awalnya tenang berubah bergejolak sehingga membuat para penumpangnya panik tak karuan.
Sang istri yang kaget, panik dan berlari kesana kemari mencari pertolongan dan penyelamatan. Kelelahan yang bercampur dengan rasa takut akan tenggelamnya kapal yang ditumpanginya justru berbanding terbalik dengan sikap sang suami yang hanya berada di sudut kapal. Tentu saja hal tersebut membuat sang istri menjadi marah bercampur kesal.
Laki-laki yang dinikahinya tersebut nampak terlihat santai, tidak cemas dan wajah yang tidak ada kepanikan sedikit pun. Melihat gelagat suaminya yang datar tersebut, sang istri kemudian mengambil sebuah pisau dan menodongkannya kepada si suami.
“Suamiku, takutkah kamu pada pisau yang aku todongkan ini?”
Si suami menjawab dengan santainya “Tidak”
“Apa yang membuatmu merasa tidak takut terhadap sikapku yang menodongkan pisau tajam ini?” Tanya sang istri keheranan.
“Karena aku memahami siapa kamu wahai istriku. Istriku tidak pernah melukai orang yang ia cintai dan orang itu pun mencintainya pula.” Jawab suami dengan santainya.
Di tengah cuaca yang berkecamuk tersebut, sang istri merasakan sebuah romantisme yang luar biasa. Dengan lembut suami berucap “Di tengah badai yang terjadi saat ini, aku tidak merasa khawatir karena semua kejadian ada dalam kuasaNya. Begitu juga aku yang mencintaiNya dengan kesungguhan imanku. Jadi untuk apa aku khawatir yang justru akan membuat suasana menjadi bertambah kacau.”
Kondisi rumah tangga yang dijalani oleh sepasang suami istri memang ada kalanya seperti berada dalam badai yang bisa menghancurkan bahtera rumah tangga. Sikap yang dilakukan oleh seorang suami memang harus seperti kisah diatas dimana saat seorang istri mengalami kepanikan, maka suamilah yang menenangkannya. Begitu juga dengan seorang suami yang tengah panik, maka istrilah yang harus menjadi orang pertama yang menenangkannya dan menyadarkannya untuk selalu berserah kepada Allah SWT.
Jadi jika Anda adalah seorang istri dan mengalami kepanikan luar biasa dalam kehidupan rumah tangga dan sang suami bersikap seperti kisah diatas, maka yakinlah bahwa ia merupakan suami terbaik yang Allah turunkan dari langit.
Sepintas kekompakan keduanya hampir tidak ada saling berbenturan. Seiring dan sejalan ibarat roda mobil yang sama-sama melaju ke satu tujuan. Namun sebenarnya pasangan suami istri ini memiliki kepribadian yang berbeda dimana seorang suami memiliki sifat yang lebih pendiam, tidak panikan dan kadang dianggap santai. Lain halnya dengan sang istri yang memiliki sifat terburu-buru, banyak bicara dan mudah bersikap reaktif pada hal yang kecil.
Di suatu waktu keduanya melakukan perjalanan untuk menikmati indahnya panorama laut dan keduanya menumpangi kapal pesiar yang memang dikhususkan untuk para wisatawan. Namun kebahagiaan yang awalnya ingin dirasakan selama perjalanan, tiba-tiba dikejutkan dengan berbagai ujian yang cukup hebat di samudera. Hujan yang tiba-tiba lebat bercampur dengan riuhnya petir yang silih menyambar. Kapal yang awalnya tenang berubah bergejolak sehingga membuat para penumpangnya panik tak karuan.
Sang istri yang kaget, panik dan berlari kesana kemari mencari pertolongan dan penyelamatan. Kelelahan yang bercampur dengan rasa takut akan tenggelamnya kapal yang ditumpanginya justru berbanding terbalik dengan sikap sang suami yang hanya berada di sudut kapal. Tentu saja hal tersebut membuat sang istri menjadi marah bercampur kesal.
Laki-laki yang dinikahinya tersebut nampak terlihat santai, tidak cemas dan wajah yang tidak ada kepanikan sedikit pun. Melihat gelagat suaminya yang datar tersebut, sang istri kemudian mengambil sebuah pisau dan menodongkannya kepada si suami.
“Suamiku, takutkah kamu pada pisau yang aku todongkan ini?”
Si suami menjawab dengan santainya “Tidak”
“Apa yang membuatmu merasa tidak takut terhadap sikapku yang menodongkan pisau tajam ini?” Tanya sang istri keheranan.
“Karena aku memahami siapa kamu wahai istriku. Istriku tidak pernah melukai orang yang ia cintai dan orang itu pun mencintainya pula.” Jawab suami dengan santainya.
Di tengah cuaca yang berkecamuk tersebut, sang istri merasakan sebuah romantisme yang luar biasa. Dengan lembut suami berucap “Di tengah badai yang terjadi saat ini, aku tidak merasa khawatir karena semua kejadian ada dalam kuasaNya. Begitu juga aku yang mencintaiNya dengan kesungguhan imanku. Jadi untuk apa aku khawatir yang justru akan membuat suasana menjadi bertambah kacau.”
Kondisi rumah tangga yang dijalani oleh sepasang suami istri memang ada kalanya seperti berada dalam badai yang bisa menghancurkan bahtera rumah tangga. Sikap yang dilakukan oleh seorang suami memang harus seperti kisah diatas dimana saat seorang istri mengalami kepanikan, maka suamilah yang menenangkannya. Begitu juga dengan seorang suami yang tengah panik, maka istrilah yang harus menjadi orang pertama yang menenangkannya dan menyadarkannya untuk selalu berserah kepada Allah SWT.
Jadi jika Anda adalah seorang istri dan mengalami kepanikan luar biasa dalam kehidupan rumah tangga dan sang suami bersikap seperti kisah diatas, maka yakinlah bahwa ia merupakan suami terbaik yang Allah turunkan dari langit.