KabarMakkah.Com – Hampir semua orang Islam mengetahui bagaimana kisah heroik yang ada di zaman Rasulullah SAW seperti dalam peperangan maupun dalam keadaan memperjuangkan agama Allah. Kita pun menjadi terkagum-kagum akan karakter Rasulullah beserta para sahabatnya yang tetap setia hingga ajal menjelang untuk mendakwahkan Islam.
Namun ternyata selain kisah heroik, terdapat pula cerita romantis islami di zaman Rasulullah. Kisah ini bisa kita ambil pelajarannya untuk diterapkan di masa sekarang. Meski berjarak terlampau jauh, namun kisah romantisme tersebut bisa jadi menimpa diri kita sehingga saat kita dihadapkan pada permasalahan yang serupa, kita pun bisa mencontoh dari kisah romantis tersebut. Berikut adalah kisah-kisahnya.
Rasulullah Dan Khadijah Binti Khuwailid
Inilah kisah romantis sepanjang masa yang bisa dijadikan sebuah teladan. Dari sekian banyak kisah romantis antara diri Rasulullah dengan Khadijah, ada salah satu kisah yang menarik dimana Rasulullah ternyata memiliki rasa yang terpendam terhadap diri Siti Khadijah.
Kisahnya adalah saat sahabat Khadijah yaitu Nafisah binti Muniah menanyakan tentang kondisi Rasul yang saat itu masih sendiri dan belum memiliki istri. Saat diminta kesediaannya untuk menikahi Khadijah, Rasul pun menanyakan perihal caranya. Ini merupakan pertanda bahwa apa yang ditanyakan oleh Nafisah merupakan hal yang sejak dulu ingin dinyatakan juga oleh Rasul.
Kehidupan romantis Rasul dan Khadijah pun terbina setelah menikah. Berbagai perjuangan pun telah dirasakan keduanya hingga saat Rasulullah harus merelakan istri kesayangannya tersebut dipanggil oleh Allah menuju alam yang abadi.
Setelah setahun Khadijah wafat, seorang sahabiyah bertanya kepada Rasulullah “Wahai Rasulullah mengapa engkau tidak menikah? Engkau memiliki 9 keluarga yang harus menjalankan seruan besar” Sambil menangis Rasulullah pun menjawab “Masih adakah orang lain setelah Khadijah?” Jika bukan karena perintah dari Allah SWT, tentu Rasulullah tidak akan menikah lagi karena ketulusan cintanya kepada Khadijah r.a.
Kisah Fatimah Dan Ali Bin Abu Thalib
Kedua pasangan ini memberi pelajaran kepada kita untuk saling menjaga perasaan dengan cara yang baik. Pasangan tersebut mengutamakan ketaatan kepada Allah melebihi apapun, bahkan terhadap fenomena yang berkecambuk pada masa itu. Kini banyak muda-mudi yang tak memiliki rasa malu seperti yang ada pada diri Fatimah Azzahra dan Ali bin Abi Thalib. Banyak kita lihat pasangan muda-mudi yang belum berstatus menikah yang mengumbar kemesraan mereka di media sosial maupun di tempat umum.
Kisah Ali dan Fatimah bermula dari Ali yang hanya pemuda biasa dengan harta yang hanya berupa baju besi yang tengah digadaikannya. Meski dalam diri Ali tengah merasakan cinta terhadap Fatimah, namun ia merasa malu jika harus menghadapkan dirinya kepada Rasulullah yang menjadi ayah dari Fatimah karena belum mapannya dalam hal harta. Ketika tengah berjuang untuk memapankan diri, Ali selalu mendengar cerita orang yang mematahkan semangatnya.
Saat itu ia mendengar cerita tentang Abu Bakar yang memiliki kemapanan harta dan keshalihah dimana katanya akan bermaksud untuk mempersunting Fatimah. Cerita tersebut telah membuat Ali merasa kecewa, namun ia lebih mementingkan kebahagiaan Fatimah dibandingkan dengan dirinya dan berusaha untuk mengikhlaskannya. Ali yakin bahwa Fatimah akan bahagia bersama dengan Abu Bakar. Namun ternyata Rasulullah tidak menerima lamaran Abu Bakar dengan alasan bahwa Fatimah masih terlalu muda. Hal sama pun dilakukan pada Umar dan Utsman yang tidak kalah shalih dibandingkan dengan Ali. Kejadian ini membuat perasaan Ali tidak karuan.
Maka suatu hari Ali pun mendatangi Rasulullah dengan apa adanya. Ia menghadap Rasul dan mengutarakan isi hatinya untuk meminta Fatimah menjadi istrinya. Namun yang terjadi pada Ali sungguh berbeda karena ternyata Rasulullah menerima lamaran Ali.
Kisah romantisme antara Ali dan Fatimah pun terus berlanjut hingga keduanya menikah. Bahkan pada suatu waktu dimana Fatimah mengatakan tanpa sengaja dan membuat hati Ali menjadi sedih, Fatimah segera meminta maaf berulang kali kepada Ali.
Melihat muka Ali yang tidak berubah, Fatimah pun berlari kecil di sekitar Ali agar dimaafkan. Melihat tingkah laku Fatimah, Ali pun tak dapat menahan diri untuk tersenyum dan memaafkan istrinya tersebut. Bahkan saat mendengar Fatimah memiliki salah kepada Ali, Rasul pun berucap kepada Fatimah “Wahai Fatimah, kalaulah dikala itu engkau mati sedangkan suamimu tidak memafkanmu, niscaya aku tidak akan menyolatkan jenazahmu”
Hikmah yang bisa diambil adalah bagaimana seorang Rasulullah mengajarkan putrinya untuk memahami kedudukan dari seorang suami di keluarga. Seorang istri juga harus menghargai perasaan menjaga perkataan yang buruk di hadapan suami. Kini para wanita msulimah pun harus mencontoh apa yang dilakukan oleh Fatimah jika mengalami keadaan yang demikian dan bukannya malah membiarkan masalah tersebut semakin memburuk dan berakhir dengan permusuhan.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadist “Wanita mana saja yang meninggal dunia, kemudian suaminya merasa ridha terhadapnya, maka ia akan masuk surga” (HR Ibnu Majah)
Dalam hadist lainnya, Rasulullah bersabda “Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktu, melaksanakan shaum pada bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk ke surga dari pintu mana saja ia kehendaki” (HR Ibnu Hibban)
Kisah Rasulullah Dan Aisyah
Cintanya seorang Rasulullah kepada Aisyah dan Khadijah tentu berbeda. Jika Rasulullah mencinta Khadijah karena merupakan karunia dari Allah, cintanya kepada Aisyah merupakan gabungan dari kecantikan, kepintaran dan kematangan diri Aisyah. Bahkan Ummu Salamah berucap bahwa Rasulullah tidak dapat menahan diri jika bertemu dengan Aisyah.
Bahkan saat Rasulullah telah berusia lanjut dan memiliki jarak umur yang jauh dengan Aisyah, Rasul selalu menyesuaikan dirinya dengan dunia Aisyah yang terbilang muda. Keromantisannya terlihat pada hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Abu Dawud.
“Pernah Rasulullah mengajak istrinya Aisyah untuk berlomba lari dengannya dan Rasulullah pun kalah. Lain waktu Rasulullah mengajak Aisyah berlomba lari dan Rasulullah memenangkannya sehingga beliau tertawa seraya berkata “Ini pembalasan yang dulu”.
Keromantisan Rasulullah pada Aisyah terlihat pula saat minum dimana Rasul meminum air di gelas bekas Aisyah dan tepat berada di bekas bibir Aisyah. Selain itu masih banyak lagi keromantisan yang Rasulullah lakukan terhadap istrinya tersebut.
Cerita romantis ini mengajarkan kita untuk bersikap menyenangkan kepada seorang istri. Rasulullah bersabda “Segala sesuatu selain dzikrullah itu permainan dan kesia-siaan kecuali terhadap empat hal; yaitu seorang suami yang mencandai istrinya, seseorang yang melatih kudanya, seseorang yang berjalan menuju dua sasaran (dalam permainan panah/ lomba lari) dan seseorang yang berlatih renang"(HR An Nasai)
Umar Bin Abdul Aziz Dan Fatimah Binti Abdul Malik
Cinta akan ketaatan kepada Allah akan tetap abadi dan cinta hanya karena paras dan harta akan hilang seiring waktu. Cerita romantisme lainnya adalah dari sahabat Rasulullah SAW yaitu Umar bin Abdul Aziz yang terkenal akan kegagahannya. Ia menikah dengan perempuan yang baik dan memiliki paras yang cantik bernama Fatimah binti Abdul Malik. Dua pasangan bangsawan ini memiliki kisah romantis yang sudah dikenal di penjuru Damaskus. Jika dilihat dari nasabnya, seharusnya mereka hidup dalam gelimang harta hingga mereka tua. Ternyata kenyataannya tidaklah seperti yang dibayangkan.
Ketakwaan seorang Umar pada Allah membuatnya merelakan seluruh harta, tenaga dan waktunya untuk umat yang dicintainya. Ia pun membawa Fatimah binti Abdul Malik tinggal dalam sebuah gubuk kecil. Ia akui bahwa meski memiliki kedudukan yang tinggi dalam pemerintahan, bukan berarti harus bermewah-mewahan dalam harta. Fatimah pun mengajarkan kita bagaimana bersikap patuh kepada suami dalam mendakwahkan agama serta kesabarannya dalam kehidupan bersama suami tercinta.
Pada suatu waktu ada seorang wanita yang datang ke gubuk mereka. Wanita tersebut pun berkata kepada Fatimah “Alangkah baiknya jika Anda menyingkir dari pandangan tukang batu itu sebab ia selalu melihat ke wajah Anda” Mendengar hal itu Fatimah pun lantas menjawab sembari tersenyum “Tukang batu itu adalah suamiku Amirul Mukminin”
Keduanya mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak selalu berasal dari harta. Tak terhitung berapa banyak hari mereka tidak memiliki uang sepeser pun. Meski hanya mengenakan baju dengan banyak tambalan, tak menjadikan Fatimah malu pada Umar karena ia tahu kualitas seorang pria bukanlah karena baju yang dikenakannya, akan tetapi dari apa yang telah dilakukannya.
Setelah Umar wafat, Fatimah pun dinikahi oleh bangsawan yang kaya raya. Akan tetapi bagi seorang Fatimah, kebersamaan dengan Umar tidak bisa tergantikan oleh harta yang ia terima sekarang ini. Hidup penuh ketaatan justru membuat kehidupannya semakin bahagia.
Abdurahman Bin Abu Abakar Ash Shidiq Dan Atika
Putra kandung dari Abu bakar Ash Shidiq ini sangat mencintai istrinya yang bernama Atika. Melihat hal tersebut, Abu Bakar sangat khawatir jika apa yang dilakukan anaknya tersebut akan melalaikan keduanya dari beribadah kepada Allah. Maka Abu Bakar menyuruh anaknya untuk menceraikan Atika dan Abdurahman pun mematuhi perintah ayahnya tersebut meski rasa cinta Abdurahman kepada Atika sangatlah besar.
Hingga berhari-hari, Abdurahman tidak dapat melupakan istrinya tersebut dan terus larut dalam duka hingga melahirkan berbagai bait puisi yang menyentuh hati.
Melihat kesabaran keduanya, akhirnya Abu Bakar mengizinkan mereka untuk rujuk kembali dan Abdurahman membuktikan bahwa kecintaannya kepada istrinya tidak menghalangi dirinya dari berjuang di Jalan Allah. Ia pun syahid di medan peperangan.
Thalhah Ibn Undaidillah Dan Aisyah
“Dan apabila kalian meminta suatu hajat kepada istri Nabi itu, maka mintalah pada mereka dari balik hijab. Demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. Kalian tidak boleh menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi istri-istrinya sesudah wafatnya selama-lamanya” (QS Al Ahzab 53)
Ayat ini turun ketika Thalhah memiliki niat untuk menikahi Aisyah jika Rasulullah wafat. Thalhah merupakan kerabat dari Aisyah, istri Rasulullah yang ingin ia nikahi.
Suatu hari Thalhah tengah berbincang dengan Aisyah dan Rasulullah pun melihat kondisi tersebut seraya memberi isyarat kepada Aisyah agar masuk ke dalam bilik. Melihat sikap Rasul, wajah Thalhah pun memerah dan meninggalkan Rasul dengan kekesalan dan bersumpah untuk menikahi Aisyah.
Turunlah ayat tersebut dan Thalhah pun menyesali perbuatannya dan bertobat kepada Allah dengan memerdekakan budak serta menyumbangkan sepuluh unta di jalan Allah. Ia pun melakukan ibadah haji dengan berjalan kaki.
Thalhah terus menjalani ketaatannya kepada Allah dan menghilangkan perasaan haram tersebut. Bahkan setelah menikah dengan wanita lain dan dikarunia anak, Thalhah menamai anaknya dengan nama Aisyah binti Thalhah sebagai rasa penghormatan pada Aisyah istri Rasul. Dikabarkan bahwa kepintaran dan kecantikan putrinya tersebut hampir menyamai dengan Aisyah binti Abu Bakar.
Itulah cerita romantis di jaman Rasul yang bisa kita ambil hikmahnya. Ingatlah bahwa setiap masalah akan selalu hadir dalam rumah tangga. Dengan bertakwa kepada Allah dan menyadari hak maupun kewajibannya, maka masalah tersebut akan teratasi dan berbuah kebahagiaan yang akan semakin mempererat hubungan pasangan suami istri.
Namun ternyata selain kisah heroik, terdapat pula cerita romantis islami di zaman Rasulullah. Kisah ini bisa kita ambil pelajarannya untuk diterapkan di masa sekarang. Meski berjarak terlampau jauh, namun kisah romantisme tersebut bisa jadi menimpa diri kita sehingga saat kita dihadapkan pada permasalahan yang serupa, kita pun bisa mencontoh dari kisah romantis tersebut. Berikut adalah kisah-kisahnya.
Rasulullah Dan Khadijah Binti Khuwailid
Inilah kisah romantis sepanjang masa yang bisa dijadikan sebuah teladan. Dari sekian banyak kisah romantis antara diri Rasulullah dengan Khadijah, ada salah satu kisah yang menarik dimana Rasulullah ternyata memiliki rasa yang terpendam terhadap diri Siti Khadijah.
Kisahnya adalah saat sahabat Khadijah yaitu Nafisah binti Muniah menanyakan tentang kondisi Rasul yang saat itu masih sendiri dan belum memiliki istri. Saat diminta kesediaannya untuk menikahi Khadijah, Rasul pun menanyakan perihal caranya. Ini merupakan pertanda bahwa apa yang ditanyakan oleh Nafisah merupakan hal yang sejak dulu ingin dinyatakan juga oleh Rasul.
Kehidupan romantis Rasul dan Khadijah pun terbina setelah menikah. Berbagai perjuangan pun telah dirasakan keduanya hingga saat Rasulullah harus merelakan istri kesayangannya tersebut dipanggil oleh Allah menuju alam yang abadi.
Setelah setahun Khadijah wafat, seorang sahabiyah bertanya kepada Rasulullah “Wahai Rasulullah mengapa engkau tidak menikah? Engkau memiliki 9 keluarga yang harus menjalankan seruan besar” Sambil menangis Rasulullah pun menjawab “Masih adakah orang lain setelah Khadijah?” Jika bukan karena perintah dari Allah SWT, tentu Rasulullah tidak akan menikah lagi karena ketulusan cintanya kepada Khadijah r.a.
Kisah Fatimah Dan Ali Bin Abu Thalib
Kedua pasangan ini memberi pelajaran kepada kita untuk saling menjaga perasaan dengan cara yang baik. Pasangan tersebut mengutamakan ketaatan kepada Allah melebihi apapun, bahkan terhadap fenomena yang berkecambuk pada masa itu. Kini banyak muda-mudi yang tak memiliki rasa malu seperti yang ada pada diri Fatimah Azzahra dan Ali bin Abi Thalib. Banyak kita lihat pasangan muda-mudi yang belum berstatus menikah yang mengumbar kemesraan mereka di media sosial maupun di tempat umum.
Kisah Ali dan Fatimah bermula dari Ali yang hanya pemuda biasa dengan harta yang hanya berupa baju besi yang tengah digadaikannya. Meski dalam diri Ali tengah merasakan cinta terhadap Fatimah, namun ia merasa malu jika harus menghadapkan dirinya kepada Rasulullah yang menjadi ayah dari Fatimah karena belum mapannya dalam hal harta. Ketika tengah berjuang untuk memapankan diri, Ali selalu mendengar cerita orang yang mematahkan semangatnya.
Saat itu ia mendengar cerita tentang Abu Bakar yang memiliki kemapanan harta dan keshalihah dimana katanya akan bermaksud untuk mempersunting Fatimah. Cerita tersebut telah membuat Ali merasa kecewa, namun ia lebih mementingkan kebahagiaan Fatimah dibandingkan dengan dirinya dan berusaha untuk mengikhlaskannya. Ali yakin bahwa Fatimah akan bahagia bersama dengan Abu Bakar. Namun ternyata Rasulullah tidak menerima lamaran Abu Bakar dengan alasan bahwa Fatimah masih terlalu muda. Hal sama pun dilakukan pada Umar dan Utsman yang tidak kalah shalih dibandingkan dengan Ali. Kejadian ini membuat perasaan Ali tidak karuan.
Maka suatu hari Ali pun mendatangi Rasulullah dengan apa adanya. Ia menghadap Rasul dan mengutarakan isi hatinya untuk meminta Fatimah menjadi istrinya. Namun yang terjadi pada Ali sungguh berbeda karena ternyata Rasulullah menerima lamaran Ali.
Kisah romantisme antara Ali dan Fatimah pun terus berlanjut hingga keduanya menikah. Bahkan pada suatu waktu dimana Fatimah mengatakan tanpa sengaja dan membuat hati Ali menjadi sedih, Fatimah segera meminta maaf berulang kali kepada Ali.
Melihat muka Ali yang tidak berubah, Fatimah pun berlari kecil di sekitar Ali agar dimaafkan. Melihat tingkah laku Fatimah, Ali pun tak dapat menahan diri untuk tersenyum dan memaafkan istrinya tersebut. Bahkan saat mendengar Fatimah memiliki salah kepada Ali, Rasul pun berucap kepada Fatimah “Wahai Fatimah, kalaulah dikala itu engkau mati sedangkan suamimu tidak memafkanmu, niscaya aku tidak akan menyolatkan jenazahmu”
Hikmah yang bisa diambil adalah bagaimana seorang Rasulullah mengajarkan putrinya untuk memahami kedudukan dari seorang suami di keluarga. Seorang istri juga harus menghargai perasaan menjaga perkataan yang buruk di hadapan suami. Kini para wanita msulimah pun harus mencontoh apa yang dilakukan oleh Fatimah jika mengalami keadaan yang demikian dan bukannya malah membiarkan masalah tersebut semakin memburuk dan berakhir dengan permusuhan.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadist “Wanita mana saja yang meninggal dunia, kemudian suaminya merasa ridha terhadapnya, maka ia akan masuk surga” (HR Ibnu Majah)
Dalam hadist lainnya, Rasulullah bersabda “Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktu, melaksanakan shaum pada bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk ke surga dari pintu mana saja ia kehendaki” (HR Ibnu Hibban)
Kisah Rasulullah Dan Aisyah
Cintanya seorang Rasulullah kepada Aisyah dan Khadijah tentu berbeda. Jika Rasulullah mencinta Khadijah karena merupakan karunia dari Allah, cintanya kepada Aisyah merupakan gabungan dari kecantikan, kepintaran dan kematangan diri Aisyah. Bahkan Ummu Salamah berucap bahwa Rasulullah tidak dapat menahan diri jika bertemu dengan Aisyah.
Bahkan saat Rasulullah telah berusia lanjut dan memiliki jarak umur yang jauh dengan Aisyah, Rasul selalu menyesuaikan dirinya dengan dunia Aisyah yang terbilang muda. Keromantisannya terlihat pada hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Abu Dawud.
“Pernah Rasulullah mengajak istrinya Aisyah untuk berlomba lari dengannya dan Rasulullah pun kalah. Lain waktu Rasulullah mengajak Aisyah berlomba lari dan Rasulullah memenangkannya sehingga beliau tertawa seraya berkata “Ini pembalasan yang dulu”.
Keromantisan Rasulullah pada Aisyah terlihat pula saat minum dimana Rasul meminum air di gelas bekas Aisyah dan tepat berada di bekas bibir Aisyah. Selain itu masih banyak lagi keromantisan yang Rasulullah lakukan terhadap istrinya tersebut.
Cerita romantis ini mengajarkan kita untuk bersikap menyenangkan kepada seorang istri. Rasulullah bersabda “Segala sesuatu selain dzikrullah itu permainan dan kesia-siaan kecuali terhadap empat hal; yaitu seorang suami yang mencandai istrinya, seseorang yang melatih kudanya, seseorang yang berjalan menuju dua sasaran (dalam permainan panah/ lomba lari) dan seseorang yang berlatih renang"(HR An Nasai)
Umar Bin Abdul Aziz Dan Fatimah Binti Abdul Malik
Cinta akan ketaatan kepada Allah akan tetap abadi dan cinta hanya karena paras dan harta akan hilang seiring waktu. Cerita romantisme lainnya adalah dari sahabat Rasulullah SAW yaitu Umar bin Abdul Aziz yang terkenal akan kegagahannya. Ia menikah dengan perempuan yang baik dan memiliki paras yang cantik bernama Fatimah binti Abdul Malik. Dua pasangan bangsawan ini memiliki kisah romantis yang sudah dikenal di penjuru Damaskus. Jika dilihat dari nasabnya, seharusnya mereka hidup dalam gelimang harta hingga mereka tua. Ternyata kenyataannya tidaklah seperti yang dibayangkan.
Ketakwaan seorang Umar pada Allah membuatnya merelakan seluruh harta, tenaga dan waktunya untuk umat yang dicintainya. Ia pun membawa Fatimah binti Abdul Malik tinggal dalam sebuah gubuk kecil. Ia akui bahwa meski memiliki kedudukan yang tinggi dalam pemerintahan, bukan berarti harus bermewah-mewahan dalam harta. Fatimah pun mengajarkan kita bagaimana bersikap patuh kepada suami dalam mendakwahkan agama serta kesabarannya dalam kehidupan bersama suami tercinta.
Pada suatu waktu ada seorang wanita yang datang ke gubuk mereka. Wanita tersebut pun berkata kepada Fatimah “Alangkah baiknya jika Anda menyingkir dari pandangan tukang batu itu sebab ia selalu melihat ke wajah Anda” Mendengar hal itu Fatimah pun lantas menjawab sembari tersenyum “Tukang batu itu adalah suamiku Amirul Mukminin”
Keduanya mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak selalu berasal dari harta. Tak terhitung berapa banyak hari mereka tidak memiliki uang sepeser pun. Meski hanya mengenakan baju dengan banyak tambalan, tak menjadikan Fatimah malu pada Umar karena ia tahu kualitas seorang pria bukanlah karena baju yang dikenakannya, akan tetapi dari apa yang telah dilakukannya.
Setelah Umar wafat, Fatimah pun dinikahi oleh bangsawan yang kaya raya. Akan tetapi bagi seorang Fatimah, kebersamaan dengan Umar tidak bisa tergantikan oleh harta yang ia terima sekarang ini. Hidup penuh ketaatan justru membuat kehidupannya semakin bahagia.
Abdurahman Bin Abu Abakar Ash Shidiq Dan Atika
Putra kandung dari Abu bakar Ash Shidiq ini sangat mencintai istrinya yang bernama Atika. Melihat hal tersebut, Abu Bakar sangat khawatir jika apa yang dilakukan anaknya tersebut akan melalaikan keduanya dari beribadah kepada Allah. Maka Abu Bakar menyuruh anaknya untuk menceraikan Atika dan Abdurahman pun mematuhi perintah ayahnya tersebut meski rasa cinta Abdurahman kepada Atika sangatlah besar.
Hingga berhari-hari, Abdurahman tidak dapat melupakan istrinya tersebut dan terus larut dalam duka hingga melahirkan berbagai bait puisi yang menyentuh hati.
Melihat kesabaran keduanya, akhirnya Abu Bakar mengizinkan mereka untuk rujuk kembali dan Abdurahman membuktikan bahwa kecintaannya kepada istrinya tidak menghalangi dirinya dari berjuang di Jalan Allah. Ia pun syahid di medan peperangan.
Thalhah Ibn Undaidillah Dan Aisyah
“Dan apabila kalian meminta suatu hajat kepada istri Nabi itu, maka mintalah pada mereka dari balik hijab. Demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. Kalian tidak boleh menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi istri-istrinya sesudah wafatnya selama-lamanya” (QS Al Ahzab 53)
Ayat ini turun ketika Thalhah memiliki niat untuk menikahi Aisyah jika Rasulullah wafat. Thalhah merupakan kerabat dari Aisyah, istri Rasulullah yang ingin ia nikahi.
Suatu hari Thalhah tengah berbincang dengan Aisyah dan Rasulullah pun melihat kondisi tersebut seraya memberi isyarat kepada Aisyah agar masuk ke dalam bilik. Melihat sikap Rasul, wajah Thalhah pun memerah dan meninggalkan Rasul dengan kekesalan dan bersumpah untuk menikahi Aisyah.
Turunlah ayat tersebut dan Thalhah pun menyesali perbuatannya dan bertobat kepada Allah dengan memerdekakan budak serta menyumbangkan sepuluh unta di jalan Allah. Ia pun melakukan ibadah haji dengan berjalan kaki.
Thalhah terus menjalani ketaatannya kepada Allah dan menghilangkan perasaan haram tersebut. Bahkan setelah menikah dengan wanita lain dan dikarunia anak, Thalhah menamai anaknya dengan nama Aisyah binti Thalhah sebagai rasa penghormatan pada Aisyah istri Rasul. Dikabarkan bahwa kepintaran dan kecantikan putrinya tersebut hampir menyamai dengan Aisyah binti Abu Bakar.
Itulah cerita romantis di jaman Rasul yang bisa kita ambil hikmahnya. Ingatlah bahwa setiap masalah akan selalu hadir dalam rumah tangga. Dengan bertakwa kepada Allah dan menyadari hak maupun kewajibannya, maka masalah tersebut akan teratasi dan berbuah kebahagiaan yang akan semakin mempererat hubungan pasangan suami istri.