Ini bukan tentang postingan kebencian pada seorang Presiden. Juga bukan tentang rekayasa edit foto. Ini adalah sebuah pertanyaan yang berangkat dari fakta.
Perhatikan baik-baik foto pertemuan Presiden Jokowi dengan tokoh-tokoh kumunitas Suku Anak Dalam (SAD) di atas. Foto itu diambil dari Kompas.com. Foto serupa (beda sudut) juga bisa dilihat di jawapos.com, atau media mainstream besar lainnya.
Pertemuan Presiden Jokowi dengan tokoh-tokoh komunitas SAD itu terjadi di kebun sawit.
Sekarang, coba perhatikan pohon kelapa sawit yang berada tepat di belakang Presiden Jokowi. Lihat, apa yang tergantung di batang kelapa sawit itu?
Ya, seratus! Tepat sekali. Ada kemasan produk minyak goreng merek tertentu tergantung di situ.
Pertanyaan pertama, apakah produk minyak goreng itu dihasilkan oleh perusahaan yang juga pemilik kebun sawit itu? Pertanyaan ini tak penting, jadi tak perlu susah payah mencari jawabannya.
Pertanyaan kedua, dan ini yang penting, apakah Presiden Jokowi secara tak menyolok sedang mempromosikan minyak goreng berbahan baku sawit merek tertentu?
Tepatnya, sengaja atau tak sengaja, apakah Presiden Jokowi sedang menjadi bintang iklan minyak goreng merek tertentu?
Mungkin memang tidak ada larangan hukum bagi pejabat pemerintah menjadi bintang iklan. Wagub Jabar Deddy Mizwar dan Bupati Belitung Timur Basuri Tjahaja Purnama sudah melakukannya dan tak ada sanksi. Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan juga pernah melakukannya.
Tapi, bagaimanapun juga, menurut saya, tidak etis jika pejabat negara atau pejabat pemerintah tampil mengiklankan sebuah produk, sengaja atau tak sengaja.
Terkait foto di atas, tentu saja Presiden Jokowi tidak sedang mengiklankan minyak goreng merek tertentu.
Keberadaan kemasan minyak goreng di situ mungkin adalah bagian dari fungsi saung di latar belakang sebagai “rumah” darurat keluarga suku anak dalam.
Saya kira, Presiden Jokowi sama sekali tidak menyadari keberadaan kemasan minyak goreng itu. Karena itu, sepenuhnya, beliau tak dapat dipersalahkan.
Yang harus ditegur adalah para petugas protokoler Presiden Jokowi. Harusnya mereka sigap membersihkan lokasi pertemuan Presiden Jokowi dan tokoh-tokoh SAD itu dari setiap benda yang dapat ditafsir “numpang tenar bersama Presiden RI”.
Lain kali, protokoler tolong lebih jeli dan sigap, ya. Tak elok Bapak Presiden kita tiba-tiba jadi “bintang iklan minyak goreng” tanpa sengaja.
Oh ya, mungkin ada yang bilang, “Penulis artikel ini nyinyir amat ngurusin soal remeh-temeh gitu.”
“Ya, emang gitu. Nyinyir ya remeh-temeh, masa iya serius.”
Sumber: Kompasiana.Com
Perhatikan baik-baik foto pertemuan Presiden Jokowi dengan tokoh-tokoh kumunitas Suku Anak Dalam (SAD) di atas. Foto itu diambil dari Kompas.com. Foto serupa (beda sudut) juga bisa dilihat di jawapos.com, atau media mainstream besar lainnya.
Presiden Jokowi Sekarang Jadi Bintang Iklan Minyak Goreng?? |
Pertemuan Presiden Jokowi dengan tokoh-tokoh komunitas SAD itu terjadi di kebun sawit.
Sekarang, coba perhatikan pohon kelapa sawit yang berada tepat di belakang Presiden Jokowi. Lihat, apa yang tergantung di batang kelapa sawit itu?
Ya, seratus! Tepat sekali. Ada kemasan produk minyak goreng merek tertentu tergantung di situ.
Pertanyaan pertama, apakah produk minyak goreng itu dihasilkan oleh perusahaan yang juga pemilik kebun sawit itu? Pertanyaan ini tak penting, jadi tak perlu susah payah mencari jawabannya.
Pertanyaan kedua, dan ini yang penting, apakah Presiden Jokowi secara tak menyolok sedang mempromosikan minyak goreng berbahan baku sawit merek tertentu?
Tepatnya, sengaja atau tak sengaja, apakah Presiden Jokowi sedang menjadi bintang iklan minyak goreng merek tertentu?
Mungkin memang tidak ada larangan hukum bagi pejabat pemerintah menjadi bintang iklan. Wagub Jabar Deddy Mizwar dan Bupati Belitung Timur Basuri Tjahaja Purnama sudah melakukannya dan tak ada sanksi. Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan juga pernah melakukannya.
Tapi, bagaimanapun juga, menurut saya, tidak etis jika pejabat negara atau pejabat pemerintah tampil mengiklankan sebuah produk, sengaja atau tak sengaja.
Terkait foto di atas, tentu saja Presiden Jokowi tidak sedang mengiklankan minyak goreng merek tertentu.
Keberadaan kemasan minyak goreng di situ mungkin adalah bagian dari fungsi saung di latar belakang sebagai “rumah” darurat keluarga suku anak dalam.
Saya kira, Presiden Jokowi sama sekali tidak menyadari keberadaan kemasan minyak goreng itu. Karena itu, sepenuhnya, beliau tak dapat dipersalahkan.
Yang harus ditegur adalah para petugas protokoler Presiden Jokowi. Harusnya mereka sigap membersihkan lokasi pertemuan Presiden Jokowi dan tokoh-tokoh SAD itu dari setiap benda yang dapat ditafsir “numpang tenar bersama Presiden RI”.
Lain kali, protokoler tolong lebih jeli dan sigap, ya. Tak elok Bapak Presiden kita tiba-tiba jadi “bintang iklan minyak goreng” tanpa sengaja.
Oh ya, mungkin ada yang bilang, “Penulis artikel ini nyinyir amat ngurusin soal remeh-temeh gitu.”
“Ya, emang gitu. Nyinyir ya remeh-temeh, masa iya serius.”
Sumber: Kompasiana.Com