Kewajiban mempelajari ilmu agama secara mendalam memang bukan ditujukan untuk seluruh umat Islam. Yang penting setiap muslim mempelajari apa saja yang dibutuhkan untuk amalan yang menjadi kewajibannya sehari-hari. Itu sudah cukup.
Namun untuk membela agama ini jika dihinakan, dirusak apalagi diperangi adalah menjadi kewajiban setiap individu muslim sesuai dengan kemampuan dan cara yang bisa ia lakukan. Laki-laki maupun perempuan. Tua atau muda.
Jangan sampai ia diam, apalagi menyetujui atau ketawa cengengesan di saat agama dan syari’atnya diperolok-olokkan atau dijadikan bahan permainan orang lain. Naudzubillah, kalau malah ikutan mencaci maki agamanya sendiri. Paling kurang dengan adanya berbagai macam media sosial sekarang ia mampu meramaikan opini pembelaan dengan status, twit, komentar, share atau seminim-minimnya memberikan “like”.
Jangan jadi orang “dayus” yang tidak ada rasa cemburu atau tidak memerah mukanya di saat agamanya dilecehkan. Begitu kata Rasulullah. Semoga kita terhindar dari sindiran penyair ini:
Amat mawas sekali bila musibah menimpa hartanya, namun bila bencana menimpa agamanya, ia tidak merasa.
Kalau hatimu masih panas ketika agamamu diremehkan itu tandanya imanmu masih ada. Tapi bila perasaanmu biasa saja, carilah kembali iman itu sebelum terlambat.
Ya Allah, tunjuki kami dan jadikan kami sebagai penyebab orang lain mendapat petunjuk. Amiin
Namun untuk membela agama ini jika dihinakan, dirusak apalagi diperangi adalah menjadi kewajiban setiap individu muslim sesuai dengan kemampuan dan cara yang bisa ia lakukan. Laki-laki maupun perempuan. Tua atau muda.
Jangan sampai ia diam, apalagi menyetujui atau ketawa cengengesan di saat agama dan syari’atnya diperolok-olokkan atau dijadikan bahan permainan orang lain. Naudzubillah, kalau malah ikutan mencaci maki agamanya sendiri. Paling kurang dengan adanya berbagai macam media sosial sekarang ia mampu meramaikan opini pembelaan dengan status, twit, komentar, share atau seminim-minimnya memberikan “like”.
Jangan jadi orang “dayus” yang tidak ada rasa cemburu atau tidak memerah mukanya di saat agamanya dilecehkan. Begitu kata Rasulullah. Semoga kita terhindar dari sindiran penyair ini:
فطن لكل مصيبة في ماله …… وإذا يصاب بدينه لم يشعري
Amat mawas sekali bila musibah menimpa hartanya, namun bila bencana menimpa agamanya, ia tidak merasa.
Kalau hatimu masih panas ketika agamamu diremehkan itu tandanya imanmu masih ada. Tapi bila perasaanmu biasa saja, carilah kembali iman itu sebelum terlambat.
Ya Allah, tunjuki kami dan jadikan kami sebagai penyebab orang lain mendapat petunjuk. Amiin