Berita Haji - Banyak cara yang bisa dilakukan oleh seorang anak untuk berbakti kepada orang tuanya. Badri Mir (53) pun memilih caranya sendiri. Sepanjang proses penyelenggaraan ibadah haji, Badri memilih untuk menggendong ibunya yang sudah berusia 85 tahun.
Sebagaimana dikutip dari harian Al Yaum Arab Saudi (27/09), Badri mengungkapkan kebahagiaannya dapat menggendong ibunya selama menjalani prosesi haji. Menurutnya, selama digendong kedua tangan sang bunda selalu melingkar di lehernya. Badri mengaku kalau kondisi itu membawanya pada ingatan masa kecilnya, ketika digendong sang bunda sambil bermain. “Tibalah saatnya membalas sebagian dari kebaikan yang telah diberikan dia berikan dengan membuatnya senang dan gembira selama berhaji,” kenang Badri.
Badri mengaku melakukan semua itu hanya karena berharap Ridla Allah. Baginya, memberangkatkan ibunya untuk menjalani ibadah haji yang mulia di tempat yang paling suci memberi kebahagiaan tersendiri. “Terlebih bersama ibu yang berada di atas bahu saya,” tuturnya.
“Saya berjalan cepat di antara para jemaah haji karena khawatir beliau terkena sengatan panas matahari, dan saya memayungi beliau di antara perkemahan serta saat di Masyair,” katanya lagi.
Menghajikan sang bunda menjadi cita-cita Badri Mir sejak lama. Terbayang olehnya kesusahan sang bunda ketika melahirkan dirinya. “Kenapa saya tidak menyusahkan diri pada masa hidupnya dan menggembirakannya, karena beliau bagi saya lebih berharga dari semua kesenangan dunia,” tegasnya.
Karena alasan itulah, Badri Mir memilih untuk menggendong langsung ibunya. Menggunakan kursi roda bahkan tidak pernah terpikirkan olehnya. “Saya tidak pernah berniat untuk mengambil kursi roda dan mendorongnya selama beliau bersama saya. Selagi saya masih kuat, saya ingin terus menggendongnya,” ujar Badri.
“Isteri saya juga ikut menemani dan membantu saya memberikan minum. Saya tidak merasa lelah sedikitpun, tidak pada hari Arafah, dan juga tidak di Muzdalifah dan Mina, sampai kepada melontar Jumrah,” katanya lagi.
Selama prosesi haji, Badri mengaku hanya menghindari kepadatan agar tidak terjadi saling mendorong atau kepadatan. Baginya, nyawa sang bunda lebih berharga dan lebih penting dari nyawanya. “Isteri saya juga senang dengan apa yang saya lakukan, berbakti kepada ibu saya, agar anak-anak saya dapat melihat dan belajar bagaimana kasih sayang kedua orang tua,” harapnya.
Disinggung soal biaya haji, Badri mengaku membayar sampai USD 3.200. Meski menurutnya itu merupakan biaya yang tinggi, tetapi Badri menilai bahwa haji adalah ibadah sekali seumur hidup. “Saya bersama isteri mengumpulkan biaya tersebut di dalam perantauan. Alhamdulillah, seluruh biaya tersebut dapat terkumpul,” katanya.
Ke depan, Badri yang sebelumnya bekerja di luar negeri, ingin pulang ke Tanah Air untuk bekerja di kebun miliknya. Badri mengaku merantau ke luar negeri menjadikannya jauh dari sang bunda, padahal ibunya sangat membutuhkan dirinya. “Saya berharap Allah memberi pahala atas bakti saya kepada bunda. Semoga Allah juga menyempurnakan hajinya serta mewujudkan cita-citanya,” harap Badri.
Sebagaimana dikutip dari harian Al Yaum Arab Saudi (27/09), Badri mengungkapkan kebahagiaannya dapat menggendong ibunya selama menjalani prosesi haji. Menurutnya, selama digendong kedua tangan sang bunda selalu melingkar di lehernya. Badri mengaku kalau kondisi itu membawanya pada ingatan masa kecilnya, ketika digendong sang bunda sambil bermain. “Tibalah saatnya membalas sebagian dari kebaikan yang telah diberikan dia berikan dengan membuatnya senang dan gembira selama berhaji,” kenang Badri.
Gendong Ibunya Selama Berhaji |
Badri mengaku melakukan semua itu hanya karena berharap Ridla Allah. Baginya, memberangkatkan ibunya untuk menjalani ibadah haji yang mulia di tempat yang paling suci memberi kebahagiaan tersendiri. “Terlebih bersama ibu yang berada di atas bahu saya,” tuturnya.
“Saya berjalan cepat di antara para jemaah haji karena khawatir beliau terkena sengatan panas matahari, dan saya memayungi beliau di antara perkemahan serta saat di Masyair,” katanya lagi.
Menghajikan sang bunda menjadi cita-cita Badri Mir sejak lama. Terbayang olehnya kesusahan sang bunda ketika melahirkan dirinya. “Kenapa saya tidak menyusahkan diri pada masa hidupnya dan menggembirakannya, karena beliau bagi saya lebih berharga dari semua kesenangan dunia,” tegasnya.
Karena alasan itulah, Badri Mir memilih untuk menggendong langsung ibunya. Menggunakan kursi roda bahkan tidak pernah terpikirkan olehnya. “Saya tidak pernah berniat untuk mengambil kursi roda dan mendorongnya selama beliau bersama saya. Selagi saya masih kuat, saya ingin terus menggendongnya,” ujar Badri.
“Isteri saya juga ikut menemani dan membantu saya memberikan minum. Saya tidak merasa lelah sedikitpun, tidak pada hari Arafah, dan juga tidak di Muzdalifah dan Mina, sampai kepada melontar Jumrah,” katanya lagi.
Selama prosesi haji, Badri mengaku hanya menghindari kepadatan agar tidak terjadi saling mendorong atau kepadatan. Baginya, nyawa sang bunda lebih berharga dan lebih penting dari nyawanya. “Isteri saya juga senang dengan apa yang saya lakukan, berbakti kepada ibu saya, agar anak-anak saya dapat melihat dan belajar bagaimana kasih sayang kedua orang tua,” harapnya.
Disinggung soal biaya haji, Badri mengaku membayar sampai USD 3.200. Meski menurutnya itu merupakan biaya yang tinggi, tetapi Badri menilai bahwa haji adalah ibadah sekali seumur hidup. “Saya bersama isteri mengumpulkan biaya tersebut di dalam perantauan. Alhamdulillah, seluruh biaya tersebut dapat terkumpul,” katanya.
Ke depan, Badri yang sebelumnya bekerja di luar negeri, ingin pulang ke Tanah Air untuk bekerja di kebun miliknya. Badri mengaku merantau ke luar negeri menjadikannya jauh dari sang bunda, padahal ibunya sangat membutuhkan dirinya. “Saya berharap Allah memberi pahala atas bakti saya kepada bunda. Semoga Allah juga menyempurnakan hajinya serta mewujudkan cita-citanya,” harap Badri.