Kisah Haji - Ustadz kondang Yusuf Mansyur terkagum-kagum dengan Fajar (11 tahun) yang mampu menghafalkan 30 juz Alquran pada usia 4,5 tahun. Padahal, Fajar merupakan penderita cerebral palsy (kelumpuhan otak). Bahkan, Fajar baru bisa berbicara pada usia 3,5 tahun.
Ustadz Yusuf menganalogikan cara Fajar menghafal Alquran layaknya proses pemindahan data dari hardisk ke komputer. "Karena saking cepatnya," kata Ustadz Yusuf.
Meski menderita cerebral palsy (kelumpuhan otak), tidak menghalangi Fajar (11 tahun) menghafal Alquran. Bahkan, Fajar sudah bisa menghafal 30 juz Alquran pada usia 4,5 tahun, meski ia baru bisa berbicara pada usia 3,5 tahun. Berkah Alquran pun mengantarkan Fajar dan orang tuanya menunaikan ibadah haji.
Yakin Al Qur'an sebagai Penyembuh
Semua orang tua menghendaki anaknya lahir dengan normal dan sehat. Namun harapan itu tidak selalu terwujud. Realitas seperti ini dialami oleh Heny Sulistiowati (36), saat mendapati lambannya tumbuh kembang anak ketika memasuki usia bulan ketiga. Fajar Abdurokhim Wahyudiono, anak bu Heny, dilahirkan 2 Oktober 2003 dengan berat lahir hanya 1,6 kilogram. Dengan kondisi tersebut Fajar harus berada di ruangan khusus (NICU), terpisah dari sang ibu.
Setelah melalui serangkaian pemeriksaan medis, ternyata Fajar mengalami cerebral palsy spastik. Tentu saja orang tua dan keluarga sangat sedih dengan kenyataan ini. Namun mereka memiliki semangat yang besar untuk mengusahakan kesembuhan dan kebaikan bagi ananda tercinta.
Suatu ketika, saat mengantar ASI untuk sang bayi di ruang NICU, Heny mendengar suara musik mengalun di ruangan khusus tersebut. Ia merasa tidak nyaman dengan suara itu. Bayi yang baru lahir saja ada anjuran untuk memperdengarkan suara adzan dan iqamah di telinganya, ini menandakan pentingnya menyeleksi suara yang masuk ke telinga bayi. Karena itu pasti akan berpengaruh terhadap kejiwaan bayi sampai masa tumbuh kembang nantinya.
Dengan keyakinan itu, Heny meminta izin kepada dokter dan perawat untuk memperdengarkan murottal (bacaan) Al-Quran di telinga si buah hati. Alhamdulillah permintaan itu bisa disetujui. Satu keyakinan mereka, Al-Quran sebagai syifa (obat), penyembuh segala penyakit. Berharap semoga ada kebaikan dengan langkah spiritual tersebut.
Pulang dari rumah sakit, dengan penuh kasih sayang, mereka berkomitmen untuk terus memperdengarkan murottal Al-Quran tiada henti-hentinya. Mereka pun memutuskan untuk tidak memiliki televisi dan tidak memperdengarkan musik di rumah. Heny menyampaikan, "Anak harus diperdengarkan yang baik-baik. Apa yang keluar dari Quran kan kebaikan. Itulah yang terbaik."
Memasuki usia tahun ketiga, saat Fajar mulai tertarik dengan gambar, Heny membelikan Compact Disk (CD) interaktif Al-Quran yang bisa disetel di laptop. Suatu ketika Heny terkesima saat Fajar bisa menirukan akhir ayat dari Murottal Al-Quran yang diperdengarkan. Nyaris hampir setiap ayat bisa ditirukan. Berselang waktu, mulai bisa menirukan awal dan akhir ayat dan kemudian bisa menirukan secara utuh seluruh ayat.
Fajar Hafal Al Qur'an
Di usia Fajar 5 tahun, Heny memanggil guru Al-Quran untuk memastikan apakah benar Fajar sudah hafal Al-Quran. Setelah enam bulan dibimbing, guru Al-Qur’an menyampaikan bahwa Fajar sudah hafal 80 - 90 % isi Al-Quran, tetapi belum bisa runut. Ia merekomendasikan agar Fajar terus menerus dibimbing sampai bisa hafal dengan urut.
Setelah berganti beberapa guru, pada bulan Desember 2012, di usianya yang kesembilan, Fajar benar-benar hafal Al-Quran dengan runut. Subhanallah ! Ternyata anak yang mengalami keterbatasan karena cerebral palsy spastik, mampu menghafalkan seluruh Al-Qur’an.
Bukan sekedar hafal Al-Q!ur’an, Fajar paling suka bila diajak bermain tebak-tebakan ayat, ia bisa melanjutkan setiap penggalan ayat dan bisa menyebutkan nama surahnya. Yang juga menakjubkan, saat usia tiga tahun, diotak Fajar ada gelombang kejang. Juga ada rongganya. Biasanya, orang yang demikian akan mengalami hydrocephalus –yaitu kondisi dimana otak membengkak akibat tumpukan cairan, yang berakibat pada besarnya kepala penderita. Namun saat dilakukan tes Magnetic Resonance Imaging (MRI), semua itu sudah hilang. Semoga ini barokah dari Al-Quran.
Saat ini Fajar masih menjalani fisioterapi dan belajar di sekolah umum. Prestasi akademiknya juga luar biasa walau ia belajar hanya dengan mengandalkan ingatan, karena sampai sekarang belum bisa menggenggam alat tulis.
Fajar Ingin Menjadi Imam Masjidil Haram
Fajar punya cita-cita besar dan sangat luar biasa. Ketika diminta menyebutkan cita-citanya, inilah yang disampaikan oleh Fajar:
1. Bisa berjalan
2. Bisa pergi ke Makkah
3. Bisa bertemu Imam As-Sudais
4. Bisa menjadi Imam Masjidil Haram
5. Bisa menulis buku
6. Bisa membuat mobil
7. Bisa membuat jalan tol
8. Bisa membangun jembatan yang besar
Hobynya adalah mengumpulkan berbagai jenis Al-Quran. Bila tidur, ia akan terbangun bila suara murottal Al-Quran terhenti. Ada keinginan orang tuanya untuk menyekolahkan Fajar di Timur Tengah biar sekalian menjadi ulama, karena melihat potensi kuatnya hafalan Fajar. Semoga Allah mudahkan.
Menembus Batas Kewajaran
Fajar diberangkatkan ke Tanah Suci setelah dipertemukan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia dengan wasilah (perantara) Syekh Ali Jaber. "Kemudian Alhamdulillah Fajar diberangkatkan bersama kedua orang tuanya," jelas Yusuf Mansyur.
"Inilah Alquran yang kemudian mengubah kehidupan seseorang. Fajar adalah berkah dan anugerah bagi orang tuanya. Terlebih Fajar itu hafidz 30 juz, dimana yang normal saja susah untuk menjadi hafidz."
Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Quran Bulak Santri, Cipondoh, Tangerang, itu berpendapat, Fajar adalah anak manusia yang menembus batas kewajaran. Sebab, menurut Yusuf, biasanya orang Indonesia yang memiliki uang pun perlu waktu bertahun-tahun untuk bisa pergi menjalankan ibadah Haji.
"Paling tidak, tiga, empat, hingga tujuh tahun untuk menunggunya. Dan juga, tidak mungkin anak berusia 11 tahun bisa pergi haji. Tapi, Fajar bersama orang tuanya diberangkatkan haji oleh Allah SWT hanya dalam hitungan pekan," ucap dia.
Ustadz Yusuf menganalogikan cara Fajar menghafal Alquran layaknya proses pemindahan data dari hardisk ke komputer. "Karena saking cepatnya," kata Ustadz Yusuf.
 |
| Ustadz Yusuf Mansyur, Fajar dan Ibunya |
Meski menderita cerebral palsy (kelumpuhan otak), tidak menghalangi Fajar (11 tahun) menghafal Alquran. Bahkan, Fajar sudah bisa menghafal 30 juz Alquran pada usia 4,5 tahun, meski ia baru bisa berbicara pada usia 3,5 tahun. Berkah Alquran pun mengantarkan Fajar dan orang tuanya menunaikan ibadah haji.
Yakin Al Qur'an sebagai Penyembuh
Semua orang tua menghendaki anaknya lahir dengan normal dan sehat. Namun harapan itu tidak selalu terwujud. Realitas seperti ini dialami oleh Heny Sulistiowati (36), saat mendapati lambannya tumbuh kembang anak ketika memasuki usia bulan ketiga. Fajar Abdurokhim Wahyudiono, anak bu Heny, dilahirkan 2 Oktober 2003 dengan berat lahir hanya 1,6 kilogram. Dengan kondisi tersebut Fajar harus berada di ruangan khusus (NICU), terpisah dari sang ibu.
Setelah melalui serangkaian pemeriksaan medis, ternyata Fajar mengalami cerebral palsy spastik. Tentu saja orang tua dan keluarga sangat sedih dengan kenyataan ini. Namun mereka memiliki semangat yang besar untuk mengusahakan kesembuhan dan kebaikan bagi ananda tercinta.
Suatu ketika, saat mengantar ASI untuk sang bayi di ruang NICU, Heny mendengar suara musik mengalun di ruangan khusus tersebut. Ia merasa tidak nyaman dengan suara itu. Bayi yang baru lahir saja ada anjuran untuk memperdengarkan suara adzan dan iqamah di telinganya, ini menandakan pentingnya menyeleksi suara yang masuk ke telinga bayi. Karena itu pasti akan berpengaruh terhadap kejiwaan bayi sampai masa tumbuh kembang nantinya.
Dengan keyakinan itu, Heny meminta izin kepada dokter dan perawat untuk memperdengarkan murottal (bacaan) Al-Quran di telinga si buah hati. Alhamdulillah permintaan itu bisa disetujui. Satu keyakinan mereka, Al-Quran sebagai syifa (obat), penyembuh segala penyakit. Berharap semoga ada kebaikan dengan langkah spiritual tersebut.
Pulang dari rumah sakit, dengan penuh kasih sayang, mereka berkomitmen untuk terus memperdengarkan murottal Al-Quran tiada henti-hentinya. Mereka pun memutuskan untuk tidak memiliki televisi dan tidak memperdengarkan musik di rumah. Heny menyampaikan, "Anak harus diperdengarkan yang baik-baik. Apa yang keluar dari Quran kan kebaikan. Itulah yang terbaik."
Memasuki usia tahun ketiga, saat Fajar mulai tertarik dengan gambar, Heny membelikan Compact Disk (CD) interaktif Al-Quran yang bisa disetel di laptop. Suatu ketika Heny terkesima saat Fajar bisa menirukan akhir ayat dari Murottal Al-Quran yang diperdengarkan. Nyaris hampir setiap ayat bisa ditirukan. Berselang waktu, mulai bisa menirukan awal dan akhir ayat dan kemudian bisa menirukan secara utuh seluruh ayat.
Fajar Hafal Al Qur'an
Di usia Fajar 5 tahun, Heny memanggil guru Al-Quran untuk memastikan apakah benar Fajar sudah hafal Al-Quran. Setelah enam bulan dibimbing, guru Al-Qur’an menyampaikan bahwa Fajar sudah hafal 80 - 90 % isi Al-Quran, tetapi belum bisa runut. Ia merekomendasikan agar Fajar terus menerus dibimbing sampai bisa hafal dengan urut.
Setelah berganti beberapa guru, pada bulan Desember 2012, di usianya yang kesembilan, Fajar benar-benar hafal Al-Quran dengan runut. Subhanallah ! Ternyata anak yang mengalami keterbatasan karena cerebral palsy spastik, mampu menghafalkan seluruh Al-Qur’an.
Bukan sekedar hafal Al-Q!ur’an, Fajar paling suka bila diajak bermain tebak-tebakan ayat, ia bisa melanjutkan setiap penggalan ayat dan bisa menyebutkan nama surahnya. Yang juga menakjubkan, saat usia tiga tahun, diotak Fajar ada gelombang kejang. Juga ada rongganya. Biasanya, orang yang demikian akan mengalami hydrocephalus –yaitu kondisi dimana otak membengkak akibat tumpukan cairan, yang berakibat pada besarnya kepala penderita. Namun saat dilakukan tes Magnetic Resonance Imaging (MRI), semua itu sudah hilang. Semoga ini barokah dari Al-Quran.
Saat ini Fajar masih menjalani fisioterapi dan belajar di sekolah umum. Prestasi akademiknya juga luar biasa walau ia belajar hanya dengan mengandalkan ingatan, karena sampai sekarang belum bisa menggenggam alat tulis.
Fajar Ingin Menjadi Imam Masjidil Haram
Fajar punya cita-cita besar dan sangat luar biasa. Ketika diminta menyebutkan cita-citanya, inilah yang disampaikan oleh Fajar:
 |
| Cita Cita Fajar |
1. Bisa berjalan
2. Bisa pergi ke Makkah
3. Bisa bertemu Imam As-Sudais
4. Bisa menjadi Imam Masjidil Haram
5. Bisa menulis buku
6. Bisa membuat mobil
7. Bisa membuat jalan tol
8. Bisa membangun jembatan yang besar
Hobynya adalah mengumpulkan berbagai jenis Al-Quran. Bila tidur, ia akan terbangun bila suara murottal Al-Quran terhenti. Ada keinginan orang tuanya untuk menyekolahkan Fajar di Timur Tengah biar sekalian menjadi ulama, karena melihat potensi kuatnya hafalan Fajar. Semoga Allah mudahkan.
Menembus Batas Kewajaran
Fajar diberangkatkan ke Tanah Suci setelah dipertemukan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia dengan wasilah (perantara) Syekh Ali Jaber. "Kemudian Alhamdulillah Fajar diberangkatkan bersama kedua orang tuanya," jelas Yusuf Mansyur.
"Inilah Alquran yang kemudian mengubah kehidupan seseorang. Fajar adalah berkah dan anugerah bagi orang tuanya. Terlebih Fajar itu hafidz 30 juz, dimana yang normal saja susah untuk menjadi hafidz."
Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Quran Bulak Santri, Cipondoh, Tangerang, itu berpendapat, Fajar adalah anak manusia yang menembus batas kewajaran. Sebab, menurut Yusuf, biasanya orang Indonesia yang memiliki uang pun perlu waktu bertahun-tahun untuk bisa pergi menjalankan ibadah Haji.
"Paling tidak, tiga, empat, hingga tujuh tahun untuk menunggunya. Dan juga, tidak mungkin anak berusia 11 tahun bisa pergi haji. Tapi, Fajar bersama orang tuanya diberangkatkan haji oleh Allah SWT hanya dalam hitungan pekan," ucap dia.