Kisah Haji - Sedekah: Apapun bentuknya dan berapapun nilainya, tak jarang bisa mendatangkan pertolongan Allah dari jalan mana saja. Asalkan dengan niat yang tulus dan ikhlas, bukan mustahil ahli sedekah akan dimudahkan meraih apa yang dicita-citakannya. Seperti yang diceritakan dalam kisah berikut ini.
Di sebuah pedesaan di tanah Arab, ada seorang pria bernama Abdullah bin Mubarok yang telah berniat untuk melaksanakan haji tahun depan. Karena itu, dari jauh-jauh hari ia telah menabung untuk bekal berangkat haji.
Saat menjelang musim haji tiba, Abdullah pergi ke pasar dengan membawa uang 500 dinar untuk membeli unta. Sayangnya, uang sebanyak itu ternyata tidak cukup untuk membeli seekor unta. Maka, dia pulang lagi ke rumahnya.
Namun, di tengah perjalanan pulang, Abdullah bin Mubarok melihat ada seorang wanita tengah membersihkan bulu ayam di tempat sampah.
Abdullah bin Mubarok merasa penasaran dan mendekati wanita itu. Saat mengetahui ada orang yang mendekatinya, wanita itu langsung membelakangi Abdullah bin Mubarok. Ia pun semakin tertarik dan ingin tahu.
Alangkah terperanjatnya Abdullah bin Mubarok setelah tahu bahwa wanita itu membersihkan bangkai ayam!
Hal itu diketahui Abdullah karena tidak ada bekas potongan di leher ayam dan mulai tercium bau busuk. Melihat kejadian itu, hati Abdullah bin Mubarok miris dan bertanya pada wanita tersebut.
“Wahai ibu, untuk apa ibu membersihkan bangkai ayam ini?”
“Untuk di makan.” Jawab wanita itu tanpa menoleh.
“Bukankah ibu tahu, Allah mengharamkan kita memakan bangkai ayam.”
“Bangkai ayam ini memang haram bagi tuan, tetapi tidak untukku dan anak-anakku,” jawab si wanita sambil terus membersihkan bangkai ayam itu.
“Memang apa sebabnya?” Abdullah bin Mubarok semakin penasaran.
“Jangan campuri urusanku, pergilah menjauh dariku,”jawab wanita itu dengan nada tidak senang.
“Demi Allah, aku tidak akan pergi dari tempat ini sebelum aku tahu masalahmu!. Katakanlah wahai ibu.”
Mendengar kesungguhan Abdullah bin Mubarok, wanita ini pun angkat bicara.
“Baiklah, karena kau telah meminta dengan nama Allah, aku beritahu masalahku. Ketahuilah tuan, aku dan anak-anakku sudah tiga hari tidak makan kecuali minum sedikit. Suamiku gugur di jalan Allah, dan dia tidak meninggalkan warisan yang bisa di jual untuk menyambung hidup anak-anaknya yang yatim sekarang. Sedangkan, untuk meminta-minta aku malu. Aku mencari makanan kesana kemari, tapi tidak aku dapatkan kecuali bangkai ayam ini,” jawab wanita itu panjang lebar.
Hati Abdullah bergetar hebat. Air matanya mengalir deras membasahi pipinya. Pandangannya menjadi kabur dan seluruh persendianya menjadi terasa lemas. Dia benar-benar merasa sangat berdosa jika membiarkan wanita itu dan anak-anaknya memakan bangkai ayam. Lalu, sambil menunduk, dia berkata dalam hati. “Wahai Ibnu Mubarok, haji apakah yang lebih mabrur dari pada menolong ibu ini dan anak-anaknya?”
Dan tanpa berpikir lagi. Abdullah bin Mubarok menyerahkan semua uang yang akan di gunakannya untuk membeli unta pengangkut bekal hajinya nanti.
“Wahai ibu, mulai detik ini, bangkai ayam itu haram bagimu dan anak-anakmu! Ambilah ini, dan segeralah beri makan anak-anakmu.”
Wanita itu gembira sekali. Sambil menerima pemberian Abdullah bin Mubarok. Wanita itu pun berkata, “Semoga Allah merahmatimu.”
Lalu wanita itu pergi meninggalkan Mubarok, yang dengan ikhlas pulang ke rumah. Pupus sudah keinginannya untuk pergi haji.
Dan saat musim haji usai, Abdullah bin Mubarok menyambut rombongan haji di batas kota bersama keluarga dan kerabat haji. Para haji yang baru pulang itu bercerita telah bertemu Abdullah bin Mubarok di tempat ini dan itu.
Abdullah bin Mubarok tentu saja heran dengan cerita tersebut karena dia tidak jadi pergi haji. Namun semua orang yang berangkat haji mengaku bertemu dengannya.
Malam harinya, Abdullah bin Mubarok mendapat jawaban dari rasa penasarannya tersebut. Ia mimpi bertemu dengan Rasulullah SAW.
Dalam mimpinya, Rasulullah berkata “Wahai ibnu Mubarok, engkau telah merelakan bekal hajimu untuk menolong sanak keturunanku sehingga mereka terbebas dari kesulitan hidup. Maka, Allah mengutus malaikatNya yang diserupakan dengan dirimu pergi haji untukmu setiap tahun. Dan engkau akan menerima pahalanya sampai hari kiamat.”
Di sebuah pedesaan di tanah Arab, ada seorang pria bernama Abdullah bin Mubarok yang telah berniat untuk melaksanakan haji tahun depan. Karena itu, dari jauh-jauh hari ia telah menabung untuk bekal berangkat haji.
Saat menjelang musim haji tiba, Abdullah pergi ke pasar dengan membawa uang 500 dinar untuk membeli unta. Sayangnya, uang sebanyak itu ternyata tidak cukup untuk membeli seekor unta. Maka, dia pulang lagi ke rumahnya.
Namun, di tengah perjalanan pulang, Abdullah bin Mubarok melihat ada seorang wanita tengah membersihkan bulu ayam di tempat sampah.
Abdullah bin Mubarok merasa penasaran dan mendekati wanita itu. Saat mengetahui ada orang yang mendekatinya, wanita itu langsung membelakangi Abdullah bin Mubarok. Ia pun semakin tertarik dan ingin tahu.
Alangkah terperanjatnya Abdullah bin Mubarok setelah tahu bahwa wanita itu membersihkan bangkai ayam!
Hal itu diketahui Abdullah karena tidak ada bekas potongan di leher ayam dan mulai tercium bau busuk. Melihat kejadian itu, hati Abdullah bin Mubarok miris dan bertanya pada wanita tersebut.
“Wahai ibu, untuk apa ibu membersihkan bangkai ayam ini?”
“Untuk di makan.” Jawab wanita itu tanpa menoleh.
“Bukankah ibu tahu, Allah mengharamkan kita memakan bangkai ayam.”
“Bangkai ayam ini memang haram bagi tuan, tetapi tidak untukku dan anak-anakku,” jawab si wanita sambil terus membersihkan bangkai ayam itu.
“Memang apa sebabnya?” Abdullah bin Mubarok semakin penasaran.
“Jangan campuri urusanku, pergilah menjauh dariku,”jawab wanita itu dengan nada tidak senang.
“Demi Allah, aku tidak akan pergi dari tempat ini sebelum aku tahu masalahmu!. Katakanlah wahai ibu.”
Mendengar kesungguhan Abdullah bin Mubarok, wanita ini pun angkat bicara.
“Baiklah, karena kau telah meminta dengan nama Allah, aku beritahu masalahku. Ketahuilah tuan, aku dan anak-anakku sudah tiga hari tidak makan kecuali minum sedikit. Suamiku gugur di jalan Allah, dan dia tidak meninggalkan warisan yang bisa di jual untuk menyambung hidup anak-anaknya yang yatim sekarang. Sedangkan, untuk meminta-minta aku malu. Aku mencari makanan kesana kemari, tapi tidak aku dapatkan kecuali bangkai ayam ini,” jawab wanita itu panjang lebar.
Hati Abdullah bergetar hebat. Air matanya mengalir deras membasahi pipinya. Pandangannya menjadi kabur dan seluruh persendianya menjadi terasa lemas. Dia benar-benar merasa sangat berdosa jika membiarkan wanita itu dan anak-anaknya memakan bangkai ayam. Lalu, sambil menunduk, dia berkata dalam hati. “Wahai Ibnu Mubarok, haji apakah yang lebih mabrur dari pada menolong ibu ini dan anak-anaknya?”
Dan tanpa berpikir lagi. Abdullah bin Mubarok menyerahkan semua uang yang akan di gunakannya untuk membeli unta pengangkut bekal hajinya nanti.
“Wahai ibu, mulai detik ini, bangkai ayam itu haram bagimu dan anak-anakmu! Ambilah ini, dan segeralah beri makan anak-anakmu.”
Wanita itu gembira sekali. Sambil menerima pemberian Abdullah bin Mubarok. Wanita itu pun berkata, “Semoga Allah merahmatimu.”
Lalu wanita itu pergi meninggalkan Mubarok, yang dengan ikhlas pulang ke rumah. Pupus sudah keinginannya untuk pergi haji.
Dan saat musim haji usai, Abdullah bin Mubarok menyambut rombongan haji di batas kota bersama keluarga dan kerabat haji. Para haji yang baru pulang itu bercerita telah bertemu Abdullah bin Mubarok di tempat ini dan itu.
Abdullah bin Mubarok tentu saja heran dengan cerita tersebut karena dia tidak jadi pergi haji. Namun semua orang yang berangkat haji mengaku bertemu dengannya.
Malam harinya, Abdullah bin Mubarok mendapat jawaban dari rasa penasarannya tersebut. Ia mimpi bertemu dengan Rasulullah SAW.
Dalam mimpinya, Rasulullah berkata “Wahai ibnu Mubarok, engkau telah merelakan bekal hajimu untuk menolong sanak keturunanku sehingga mereka terbebas dari kesulitan hidup. Maka, Allah mengutus malaikatNya yang diserupakan dengan dirimu pergi haji untukmu setiap tahun. Dan engkau akan menerima pahalanya sampai hari kiamat.”