KabarMakkah.Com – Tak sedikit dari kita yang mengalami dimana terdapat fase rasa cinta muncul di ujung penyesalan. Jika sudah begitu, kesedihan dan cucuran air matalah yang hanya bisa menjadi saksi betapa cinta itu sungguh berarti tatkala yang dicintai telah tiada.
Itulah yang dialami oleh seorang istri dimana ia dahulu sering memaki dan merasa bahwa suaminya tidak memprioritaskan keluarga dan hanya sibuk berada di luar rumah. Kisah ini bermula sejak beberapa tahun setelah pernikahan dimana sang istri selalu memaki dan tak menghormati sang suami saat pulang dari kerjanya. Ia menuturkan kata-kata yang tak pantas terhadap sang suami, bahkan secangkir teh ataupun kopi tak pernah ia berikan sebagai pelepas lelah untuk pemimpin rumah tangga tersebut.
Namun suami yang penyabar tersebut hanya bisa tersenyum dan tidak banyak bicara. Ia pun mengambil segelas air dari dapur tanpa meminta istrinya yang masih tersulut emosi. Entah apa yang ada dalam benak istri tersebut. Namun dari makiannya terhadap sang suami, istri tersebut beralasan bahwa ia merasa cape sudah melakukan berbagai pekerjaan rumah seperti mencuci, memasak dan mengasuh anak. Ia juga menyalahkan sang suami yang hanya tahu beres dan menikmati pekerjaan rumah yang telah diselesaikan sang istri.
Sampai pada akhirnya sang istri menyadari kesalahannya dan rasa penyesalan disaat suaminya telah meninggal dunia akibat serangan jantung di kantornya. Seorang rekannya di kantor menuturkan bahwa sang suami adalah seorang pribadi yang hebat. Ia tak hanya seorang yang mampu bertanggung jawab dalam segi pekerjaan, namun juga ia menjadi sosok yang disegani oleh rekan-rekan yang lain karena keramahan dan sikapnya yang bersahabat tanpa memandang jabatannya yang lebih tinggi.
Hal yang membuat sang istri tersentak kaget dan merasa sangat menyesal akan sikapnya yang dahulu terhadap sang suami adalah sebuah perkataan rekannya yang selalu mengajak sang suami untuk makan siang bersama-sama. Rekan sang suami tersebut berucap bahwa suami dari sang istri selalu tidak ikut makan siang dengan berbagai alasan. Sampai suatu ketika ia pun memberikan alasan yang sebenarnya bahwa ia belum mengetahui apakah istrinya telah makan siang ataukah anaknya telah meminum susu untuk mengenyangkan perutnya. Sungguh sebuah rasa perhatian yang luar biasa dari seorang suami saat ia merasa bahwa ia tidak akan makan sebelum mengetahui keluarganya sudah makan pula.
Sang suami meninggal akibat serangan jantung tepat setelah sang istri memakinya dalam sebuah percakapan telepon. Istrinya tidak mengetahui jika sang suami tengah mengidap penyakit jantung karena suami tersebut selalu menyembunyikan penyakit tersebut. Saat dibawa ke rumah sakit pun, ia berucap pada rekannya bahwa ia tidak mau istrinya menjadi cinta karena merasa iba akibat penyakit yang dideritanya. Ia hanya ingin rasa yang muncul dari sang istri adalah sebuah cinta yang murni dan tulus.
Sang istri pun tak tahan mengucurkan air matanya. Terlebih lagi setelah mendapati sebuah buku diary kecil yang terdapat di laci meja tempat dimana suaminya bekerja. Dalam buku tersebut sang suami menuliskan sebuah harapan bahwa kelak anaknya akan menjadi seorang yang hebat dan mampu meneruskan usaha yang dirintis olehnya. Ia juga menuturkan bahwa ia meminta maaf kepada anaknya karena selama ini sangat kurang dalam memberi perhatian secara fisik. Ia tahu bahwa anak laki-lakinya seorang yang harus kuat secara mental. Sehingga sang ayah hanya bisa memberikan sebuah pengajaran dan ilmu untuk bekal anaknya kelak.
Ia pun menuliskan bahwa cukup istrinya saja yang memberi perhatian secara langsung agar sang anak bisa lebih bersikap bijak dan menghormati serta sayang terhadap kedua orang tuanya. Sang suami bahkan telah mempersiapkan uang tabungan untuk bekal pendidikan dan kehidupan jika suatu saat ia telah tiada dan tak menggunakan uang tersebut sepeser pun untuk biaya sakit yang dideritanya.
Kini hanya rasa sesal yang dirasakan sang istri akibat segala perbuatannya pada sang suami. Ia pun berjanji untuk menjaga dan mendidik anaknya hingga bisa menjadi sosok suaminya yang luar biasa.
Untuk semua perempuan yang ada di dunia ini, jangan sampai rasa cinta muncul di ujung penyesalan. Taati dan hormatilah kepada sang suami karena sesungguhnya jika sang istri harus bersujud pada manusia, sang suamilah yang layak untuk itu.
Itulah yang dialami oleh seorang istri dimana ia dahulu sering memaki dan merasa bahwa suaminya tidak memprioritaskan keluarga dan hanya sibuk berada di luar rumah. Kisah ini bermula sejak beberapa tahun setelah pernikahan dimana sang istri selalu memaki dan tak menghormati sang suami saat pulang dari kerjanya. Ia menuturkan kata-kata yang tak pantas terhadap sang suami, bahkan secangkir teh ataupun kopi tak pernah ia berikan sebagai pelepas lelah untuk pemimpin rumah tangga tersebut.
Penyesalan saat suami telah tiada |
Sampai pada akhirnya sang istri menyadari kesalahannya dan rasa penyesalan disaat suaminya telah meninggal dunia akibat serangan jantung di kantornya. Seorang rekannya di kantor menuturkan bahwa sang suami adalah seorang pribadi yang hebat. Ia tak hanya seorang yang mampu bertanggung jawab dalam segi pekerjaan, namun juga ia menjadi sosok yang disegani oleh rekan-rekan yang lain karena keramahan dan sikapnya yang bersahabat tanpa memandang jabatannya yang lebih tinggi.
Hal yang membuat sang istri tersentak kaget dan merasa sangat menyesal akan sikapnya yang dahulu terhadap sang suami adalah sebuah perkataan rekannya yang selalu mengajak sang suami untuk makan siang bersama-sama. Rekan sang suami tersebut berucap bahwa suami dari sang istri selalu tidak ikut makan siang dengan berbagai alasan. Sampai suatu ketika ia pun memberikan alasan yang sebenarnya bahwa ia belum mengetahui apakah istrinya telah makan siang ataukah anaknya telah meminum susu untuk mengenyangkan perutnya. Sungguh sebuah rasa perhatian yang luar biasa dari seorang suami saat ia merasa bahwa ia tidak akan makan sebelum mengetahui keluarganya sudah makan pula.
Sang suami meninggal akibat serangan jantung tepat setelah sang istri memakinya dalam sebuah percakapan telepon. Istrinya tidak mengetahui jika sang suami tengah mengidap penyakit jantung karena suami tersebut selalu menyembunyikan penyakit tersebut. Saat dibawa ke rumah sakit pun, ia berucap pada rekannya bahwa ia tidak mau istrinya menjadi cinta karena merasa iba akibat penyakit yang dideritanya. Ia hanya ingin rasa yang muncul dari sang istri adalah sebuah cinta yang murni dan tulus.
Sang istri pun tak tahan mengucurkan air matanya. Terlebih lagi setelah mendapati sebuah buku diary kecil yang terdapat di laci meja tempat dimana suaminya bekerja. Dalam buku tersebut sang suami menuliskan sebuah harapan bahwa kelak anaknya akan menjadi seorang yang hebat dan mampu meneruskan usaha yang dirintis olehnya. Ia juga menuturkan bahwa ia meminta maaf kepada anaknya karena selama ini sangat kurang dalam memberi perhatian secara fisik. Ia tahu bahwa anak laki-lakinya seorang yang harus kuat secara mental. Sehingga sang ayah hanya bisa memberikan sebuah pengajaran dan ilmu untuk bekal anaknya kelak.
Ia pun menuliskan bahwa cukup istrinya saja yang memberi perhatian secara langsung agar sang anak bisa lebih bersikap bijak dan menghormati serta sayang terhadap kedua orang tuanya. Sang suami bahkan telah mempersiapkan uang tabungan untuk bekal pendidikan dan kehidupan jika suatu saat ia telah tiada dan tak menggunakan uang tersebut sepeser pun untuk biaya sakit yang dideritanya.
Kini hanya rasa sesal yang dirasakan sang istri akibat segala perbuatannya pada sang suami. Ia pun berjanji untuk menjaga dan mendidik anaknya hingga bisa menjadi sosok suaminya yang luar biasa.
Untuk semua perempuan yang ada di dunia ini, jangan sampai rasa cinta muncul di ujung penyesalan. Taati dan hormatilah kepada sang suami karena sesungguhnya jika sang istri harus bersujud pada manusia, sang suamilah yang layak untuk itu.