Istriku, aku ingin memberimu lebih… Lebih banyak waktu untukmu tertidur lelap. Mungkin kau tak perlu bangun terlalu pagi. Aku bisa menyiapkan semuanya sendiri: Sarapan, kemeja dan celana, sepatu, atau apa saja yang kubutuhkan sebelum pergi. Kamu boleh tidur lagi setelah shalat Subuh, tidak apa-apa, kok. Kamu memang perlu mengistirahatkan tubuhmu lebih lama, memejamkan matamu lebih tenang, karena setiap malam kamu harus lebih sering terjaga untuk menidurkan dan menenangkan bayi kita.
Aku ingin memberimu lebih… Lebih banyak kesempatan untuk berbahagia dengan pilihanmu sendiri. Kamu boleh memiliki apa saja yang kamu mau: Tas, baju, perhiasan, sepatu, atau apa saja yang bisa membuatmu bangga. Tenang saja, kamu selalu layak untuk mendapatkannya. Selama ini kamu sering menunda hal-hal yang kamu inginkan demi aku dan anak-anak… Kali ini izinkan aku membalasnya: Aku ingin memberimu kesempatan lebih banyak agar kau juga bisa memprioritaskan hal-hal yang bisa membuatmu bahagia sebagai pribadi. Biarkan aku yang memikirkan semua caranya.
Aku ingin memberimu lebih… Lebih banyak uang untuk bersenang-senang. Aku pikir tak ada salahnya sesekali kau bisa menghabiskan waktu sendiri—dan hanya untuk dirimu sendiri. Mungkin untuk merawat diri, memanjakan diri, terserah saja. Selama ini kamu memberiku 100% rasa percayamu, mengapa aku tak bisa memberimu 100% rasa percayaku? Aku percaya kamu akan bertanggung jawab atas pilihanmu sendiri. Dan karena ini juga pilihanku, sesekali biarlah aku yang bertanggung jawab untuk urusan dan kebutuhan anak-anak—juga hal-hal lainnya. Kamu tak perlu terlalu mengkhawatirkan semuanya.
Aku ingin memberimu lebih… Meski lebih sering kamu menolaknya.
“Tidurku sudah cukup,” katamu, “Sebab aku ingin lebih banyak terjaga untuk orang-orang yang aku cinta.”
Mendengar penjelasanmu, aku tak bisa berkata apa-apa. “Aku tak perlu lebih banyak waktu untuk sendiri, aku lebih bahagia jika bisa menghabiskan waktu bersama-sama sebagai keluarga.” Sanggahmu.
Dan mengapa kamu juga menolak saat aku ingin memberimu lebih banyak uang? “Aku ingin kita bersenang-senang,” katamu, “Tapi aku lebih ingin kita menghabiskan lebih banyak uang untuk zakat dan sedekah.”
“Aku hanya ingin membuatmu bangga. Lalu, bagaimana caranya?” Tanyaku.
“Aku akan bangga selama kamu menjadi suami yang setia, sampai kapanpun saja.” Jawabmu. Sambil tersenyum.
Istriku, aku ingin memberimu lebih… Lebih banyak doa, lebih banyak rasa percaya, lebih banyak waktu untuk mengobrol berdua, lebih banyak pelukan, lebih banyak ucapan sayang, lebih banyak cinta.
Aku ingin memberimu lebih banyak… Sebab aku tahu betapa kurang syukurku selama ini karena memilikimu sebagai pendampingku.
Pamulang, 16 Oktober 2015
(Fahdpahdepie.com/Penulis buku ‘Rumah Tangga’, PandaMedia, 2015)
Aku ingin memberimu lebih… Lebih banyak kesempatan untuk berbahagia dengan pilihanmu sendiri. Kamu boleh memiliki apa saja yang kamu mau: Tas, baju, perhiasan, sepatu, atau apa saja yang bisa membuatmu bangga. Tenang saja, kamu selalu layak untuk mendapatkannya. Selama ini kamu sering menunda hal-hal yang kamu inginkan demi aku dan anak-anak… Kali ini izinkan aku membalasnya: Aku ingin memberimu kesempatan lebih banyak agar kau juga bisa memprioritaskan hal-hal yang bisa membuatmu bahagia sebagai pribadi. Biarkan aku yang memikirkan semua caranya.
Aku ingin memberimu lebih… Lebih banyak uang untuk bersenang-senang. Aku pikir tak ada salahnya sesekali kau bisa menghabiskan waktu sendiri—dan hanya untuk dirimu sendiri. Mungkin untuk merawat diri, memanjakan diri, terserah saja. Selama ini kamu memberiku 100% rasa percayamu, mengapa aku tak bisa memberimu 100% rasa percayaku? Aku percaya kamu akan bertanggung jawab atas pilihanmu sendiri. Dan karena ini juga pilihanku, sesekali biarlah aku yang bertanggung jawab untuk urusan dan kebutuhan anak-anak—juga hal-hal lainnya. Kamu tak perlu terlalu mengkhawatirkan semuanya.
Aku ingin memberimu lebih… Meski lebih sering kamu menolaknya.
“Tidurku sudah cukup,” katamu, “Sebab aku ingin lebih banyak terjaga untuk orang-orang yang aku cinta.”
Mendengar penjelasanmu, aku tak bisa berkata apa-apa. “Aku tak perlu lebih banyak waktu untuk sendiri, aku lebih bahagia jika bisa menghabiskan waktu bersama-sama sebagai keluarga.” Sanggahmu.
Dan mengapa kamu juga menolak saat aku ingin memberimu lebih banyak uang? “Aku ingin kita bersenang-senang,” katamu, “Tapi aku lebih ingin kita menghabiskan lebih banyak uang untuk zakat dan sedekah.”
“Aku hanya ingin membuatmu bangga. Lalu, bagaimana caranya?” Tanyaku.
“Aku akan bangga selama kamu menjadi suami yang setia, sampai kapanpun saja.” Jawabmu. Sambil tersenyum.
Istriku, aku ingin memberimu lebih… Lebih banyak doa, lebih banyak rasa percaya, lebih banyak waktu untuk mengobrol berdua, lebih banyak pelukan, lebih banyak ucapan sayang, lebih banyak cinta.
Aku ingin memberimu lebih banyak… Sebab aku tahu betapa kurang syukurku selama ini karena memilikimu sebagai pendampingku.
Pamulang, 16 Oktober 2015
(Fahdpahdepie.com/Penulis buku ‘Rumah Tangga’, PandaMedia, 2015)