Di jaman Rasulullah, ada seorang perempuan muslimah yang memiliki anak kecil, suatu hari anaknya sakit, sementara suaminya bekerja jauh. Tidak berapa lama berselang si anak meninggal dan perempuan itu menangis.
Karena menyadari kalau suami akan pulang, dia menahan tangisnya dan bergumam: “Kalau aku larut dalam tangisan disamping jenazah anakku, mengetahui anaknya meninggal tentu akan melukai perasaan suamiku, padahal ia pulang sudah tentu dalam keadaan lelah.” Kemudian ia meletakkan anaknya yang sudah meninggal disuatu tempat.
Tak lama kemudian tibalah suaminya. Ketika suaminya tiba disambutlah suaminya dengan senyum ramah, ia sembunyikan kesedihan dan segera membasuh kaki suaminya dan mengajaknya suaminya menyantap hidangan. Suaminya berkata: “Mana anak kita yang sakit?”. Istrinya menjawab: Alhamdulillah, ia sudah lebih baik”.
Istri tidak berbohong, karena anak kecilnya sudah berada ditempat yang lebih baik yakni di surga. Istri itu terus menghibur suaminya dan mengajak suaminya untuk segera tidur hingga terbangun menjelang waktu subuh, sang suami bangun mandi dan shalat qobla subuh.
Ketika ia kan berangkat berjamaah ke masjid istrinya mendekat sambil berkata:” Suamiku, aku punya keperluan”. “Sebutkanlah ” kata suaminya.
Sang istri menjawab: ” Kalau ada seseorang yang menitipkan amanat kepada kita, lalu pada saatnya orang itu mengambilnya dari kita, bagaimana pendapatmu kalau amanat itu kita tahan dan tidak mau memberikannya lagi?. Suaminya menjawab : Pastilah aku menjadi suami yang buruk akhlaqnya dan khianat dalam beramal. Aku wajib mengembalikan amanat itu kepada pemiliknya”
Lalu istrinya berkata: ” Sudah 3 tahun Allah menitipkan amanat kepada kita. Hari kemarin dengan kehendakNya, Allah mengambil amanat itu dari kita. Anak kita sekarang sudah meninggal dunia. Ia ada dikamar sebelah, sekarang tengiklah dan shalatilah!”
Segera sang suami pergi ke kamar untuk menengok anaknya yang sudah meninggal dan menshalatinya, setelah itu ia baru ke Masjid untuk shalat jamaah bersama Nabi. Sesampainya di masjid, Nabi Muhammad SAW menjemputnya seraya berkata : ” Diberkatilah malam kamu yang tadi itu. Malam itu adalah malam ketika suami dan istri bersabar dalam menghadapi musibah, maka terberkatilah keduanya”
Wallahu a’lam
Karena menyadari kalau suami akan pulang, dia menahan tangisnya dan bergumam: “Kalau aku larut dalam tangisan disamping jenazah anakku, mengetahui anaknya meninggal tentu akan melukai perasaan suamiku, padahal ia pulang sudah tentu dalam keadaan lelah.” Kemudian ia meletakkan anaknya yang sudah meninggal disuatu tempat.
Tak lama kemudian tibalah suaminya. Ketika suaminya tiba disambutlah suaminya dengan senyum ramah, ia sembunyikan kesedihan dan segera membasuh kaki suaminya dan mengajaknya suaminya menyantap hidangan. Suaminya berkata: “Mana anak kita yang sakit?”. Istrinya menjawab: Alhamdulillah, ia sudah lebih baik”.
Istri tidak berbohong, karena anak kecilnya sudah berada ditempat yang lebih baik yakni di surga. Istri itu terus menghibur suaminya dan mengajak suaminya untuk segera tidur hingga terbangun menjelang waktu subuh, sang suami bangun mandi dan shalat qobla subuh.
Ketika ia kan berangkat berjamaah ke masjid istrinya mendekat sambil berkata:” Suamiku, aku punya keperluan”. “Sebutkanlah ” kata suaminya.
Sang istri menjawab: ” Kalau ada seseorang yang menitipkan amanat kepada kita, lalu pada saatnya orang itu mengambilnya dari kita, bagaimana pendapatmu kalau amanat itu kita tahan dan tidak mau memberikannya lagi?. Suaminya menjawab : Pastilah aku menjadi suami yang buruk akhlaqnya dan khianat dalam beramal. Aku wajib mengembalikan amanat itu kepada pemiliknya”
Lalu istrinya berkata: ” Sudah 3 tahun Allah menitipkan amanat kepada kita. Hari kemarin dengan kehendakNya, Allah mengambil amanat itu dari kita. Anak kita sekarang sudah meninggal dunia. Ia ada dikamar sebelah, sekarang tengiklah dan shalatilah!”
Segera sang suami pergi ke kamar untuk menengok anaknya yang sudah meninggal dan menshalatinya, setelah itu ia baru ke Masjid untuk shalat jamaah bersama Nabi. Sesampainya di masjid, Nabi Muhammad SAW menjemputnya seraya berkata : ” Diberkatilah malam kamu yang tadi itu. Malam itu adalah malam ketika suami dan istri bersabar dalam menghadapi musibah, maka terberkatilah keduanya”
Wallahu a’lam