Nurhayati Rasyad Usman (65), salah satu jamaah haji yang menjadi korban meninggal tertimpa crane di Masjidil Haram, Makkah, beberapa waktu lalu, sempat berpesan untuk ketiga anaknya.
Warga Kabupaten Agam, Sumatera Barat, itu meminta keluarga untuk mengikhlaskan kepergiannya jika dipanggil Sang Khalik di Tanah Suci.
"Pesan itu disampaikan ibu menjelang keberangkatan menunaikan ibadah haji pada kelompok terbang 4," kata anak sulung korban, Irwan Syahputra (35), di Lubuk Basung, Selasa (15/9/2015).
Pesan lain yang tidak bisa dilupakan di saat-saat terakhir pertemuan itu adalah Nurhayati berharap putra tertua di keluarganya itu bisa mengayomi adik-adiknya dan selalu mendoakan dirinya selama beribadah haji.
Terkait kabar duka yang menimpa sang ibunda, Irwan Syahputra beserta dua adiknya pertama kali diberi tahu Abu Bakar, pembimbing manasik haji Asifa Kota Bukittinggi, pada Sabtu 12 September 2015, sekira pukul 23.00 WIB.
Saat itu, kata Irwan, Abu Bakar mengatakan bahwa ibunda Nurhayati merupakan salah seorang korban jatuhnya crane di Masjidil Haram.
"Dengan kejadian ini, seperti pesan ibu sebelumnya, kami mengikhlaskan kepergian ibu. Mudah-mudahan ditempatkan di tempat yang layak dan diampuni segala dosanya," katanya.
Irwan menambahkan, ibunya berangkat menunaikan ibadah haji bersama 257 jamaah calon haji lainnya dari Kota Bukittinggi pada 24 Agustus 2015.
Ibu dan ayah Irwan mendaftar haji pada September 2009 melalui Kota Bukittinggi. Namun, ayahnya telah meninggal empat tahun lalu akibat menderita penyakit.
Sang ibu sudah pindah kartu keluarga (KK) dan kartu tanda penduduk (KTP) dari Kabupaten Agam ke Kota Bukittinggi dengan cara masuk ke KK anak kakaknya beberapa tahun lalu. Sementara daerah asal ibunya berada di Jorong Banda Tangah, Nagari Bayua, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam.
Warga Kabupaten Agam, Sumatera Barat, itu meminta keluarga untuk mengikhlaskan kepergiannya jika dipanggil Sang Khalik di Tanah Suci.
"Pesan itu disampaikan ibu menjelang keberangkatan menunaikan ibadah haji pada kelompok terbang 4," kata anak sulung korban, Irwan Syahputra (35), di Lubuk Basung, Selasa (15/9/2015).
Pesan lain yang tidak bisa dilupakan di saat-saat terakhir pertemuan itu adalah Nurhayati berharap putra tertua di keluarganya itu bisa mengayomi adik-adiknya dan selalu mendoakan dirinya selama beribadah haji.
Terkait kabar duka yang menimpa sang ibunda, Irwan Syahputra beserta dua adiknya pertama kali diberi tahu Abu Bakar, pembimbing manasik haji Asifa Kota Bukittinggi, pada Sabtu 12 September 2015, sekira pukul 23.00 WIB.
Saat itu, kata Irwan, Abu Bakar mengatakan bahwa ibunda Nurhayati merupakan salah seorang korban jatuhnya crane di Masjidil Haram.
"Dengan kejadian ini, seperti pesan ibu sebelumnya, kami mengikhlaskan kepergian ibu. Mudah-mudahan ditempatkan di tempat yang layak dan diampuni segala dosanya," katanya.
Irwan menambahkan, ibunya berangkat menunaikan ibadah haji bersama 257 jamaah calon haji lainnya dari Kota Bukittinggi pada 24 Agustus 2015.
Baca Juga: Ini Nama-nama Jamaah Haji Korban Crane Masjidil Haram
Ibu dan ayah Irwan mendaftar haji pada September 2009 melalui Kota Bukittinggi. Namun, ayahnya telah meninggal empat tahun lalu akibat menderita penyakit.
Sang ibu sudah pindah kartu keluarga (KK) dan kartu tanda penduduk (KTP) dari Kabupaten Agam ke Kota Bukittinggi dengan cara masuk ke KK anak kakaknya beberapa tahun lalu. Sementara daerah asal ibunya berada di Jorong Banda Tangah, Nagari Bayua, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam.