Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Allah SWT. Semoga Allah Yang Maha Bijaksana senantiasa memberikan kesempatan yang luas kepada kita untuk terus-menerus memperbaiki diri. Sehingga kelak kita bisa kembali kepada-Nya dalam keadaan yang khusnul khotimah.
Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw. Saudaraku, ada satu kisah yang begitu menggugah. Suatu ketika, Rasulullah Saw, bersama para sahabat baru saja pulang dari perang Tabuk. Ketika rombongan orang-orang beriman ini sudah mendekati kota Madinah, Rasulullah Saw berjumpa dengan seorang buruh atau tukang batu. Kulitnya nampak merah kehitam-hitaman karena sengatan sinar matahari, kulit tangannya lecet-lecet dan ada beberapa bagian yang melepuh.
Rasulullah Saw bertanya,“Mengapa tanganmu kasar sekali?”Laki-laki itu menjawab,“Ya Rasulullah, pekerjaan saya adalah membelah batu setiap hari, belahan batu itu saya jual ke pasar, dan hasilnya untuk menafkahi keluarga saya. Karena itulah tangan saya kasar.”
Rasulullah Saw, sang manusia mulia ini kemudian menggenggam tangannya dan menciumnya. Kemudian, beliau bersabda, “Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya.”
Maasyaa Allah! Demikian tingginya nilai bekerja demi menghidupi keluarga. Bahkan seorang tukang batu yang dalam pandangan manusia seringkali dilihat sebagai pekerjaan yang remeh, kurang terhormat, namun ternyata bernilai tinggi hingga membuat sang tukang termasuk pada ahli surga.
Pada kesempatan yang lain, seorang laki-laki yang dikenal sebagai pekerja keras yang giat, melintas di hadapan Rasulullah Saw dan para sahabat. Kemudian, para sahabat bertanya,” Wahai Rasulullah, andai bekerja seperti yang dilakukan oleh orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (fii sabilillah), maka alangkah baiknya.”
Lantas Rasulullah Saw menjawab, “Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah.”(HR. Thobroni)
Saudaraku, riwayat ini juga menegaskan kepada kita tentang besarnya nilai menjaga harga diri dan kehormatan kita. Orang yang beriman itu pantang meminta-minta. Orang beriman itu meyakini bahwa rezeki Allah itu pasti ada bagi setiap hamba-Nya. Tinggal bagaimana rezeki itu dijemput dengan cara yang sesuai yang Allah ridhoi. Tidak masalah jikalau kita hidup sederhana. Namun, akan jadi masalah kalau hidup kita terbiasa dengan meminta-minta. Tidak masalah hidup alakadarnya, namun terhormat karena harga dirinya terpelihara.
Menjaga harga diri itu bukan urusan gengsi. Namun, menjaga harga diri adalah ikhtiar kita untuk membuktikan keyakinan kita tentang jaminan Allah Swt. Seekor burung saja yang terbang dari sarangnya di pagi hari, akan pulang ke sarangnya di sore hari dalam keadaan kenyang.
Apalagi kita manusia yang Allah ciptakan secara sempurna lengkap dengan akal pikiran. Oleh sebab itulah mengapa Rasulullah Saw meninggikan nilai orang yang bekerja keras, meskipun pekerjaannya kasar demi menghindarkan dirinya dari meminta-minta, dan Rasulullah Saw mensejajarkannya dengan jihad fii sabilillah.Allahu akbar!
Semoga kita tergolong hamba-hamba Allah Swt. yang memiliki keyakinan kokoh kepada-Nya, dan terampil bekerja serta memelihara harga diri dan kehormatan kita. Aamiin yaa Rabbal aalamiin.
Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw. Saudaraku, ada satu kisah yang begitu menggugah. Suatu ketika, Rasulullah Saw, bersama para sahabat baru saja pulang dari perang Tabuk. Ketika rombongan orang-orang beriman ini sudah mendekati kota Madinah, Rasulullah Saw berjumpa dengan seorang buruh atau tukang batu. Kulitnya nampak merah kehitam-hitaman karena sengatan sinar matahari, kulit tangannya lecet-lecet dan ada beberapa bagian yang melepuh.
Pentingnya Menjaga Harga Diri |
Rasulullah Saw bertanya,“Mengapa tanganmu kasar sekali?”Laki-laki itu menjawab,“Ya Rasulullah, pekerjaan saya adalah membelah batu setiap hari, belahan batu itu saya jual ke pasar, dan hasilnya untuk menafkahi keluarga saya. Karena itulah tangan saya kasar.”
Rasulullah Saw, sang manusia mulia ini kemudian menggenggam tangannya dan menciumnya. Kemudian, beliau bersabda, “Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya.”
Maasyaa Allah! Demikian tingginya nilai bekerja demi menghidupi keluarga. Bahkan seorang tukang batu yang dalam pandangan manusia seringkali dilihat sebagai pekerjaan yang remeh, kurang terhormat, namun ternyata bernilai tinggi hingga membuat sang tukang termasuk pada ahli surga.
Pada kesempatan yang lain, seorang laki-laki yang dikenal sebagai pekerja keras yang giat, melintas di hadapan Rasulullah Saw dan para sahabat. Kemudian, para sahabat bertanya,” Wahai Rasulullah, andai bekerja seperti yang dilakukan oleh orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (fii sabilillah), maka alangkah baiknya.”
Lantas Rasulullah Saw menjawab, “Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah.”(HR. Thobroni)
Saudaraku, riwayat ini juga menegaskan kepada kita tentang besarnya nilai menjaga harga diri dan kehormatan kita. Orang yang beriman itu pantang meminta-minta. Orang beriman itu meyakini bahwa rezeki Allah itu pasti ada bagi setiap hamba-Nya. Tinggal bagaimana rezeki itu dijemput dengan cara yang sesuai yang Allah ridhoi. Tidak masalah jikalau kita hidup sederhana. Namun, akan jadi masalah kalau hidup kita terbiasa dengan meminta-minta. Tidak masalah hidup alakadarnya, namun terhormat karena harga dirinya terpelihara.
Menjaga harga diri itu bukan urusan gengsi. Namun, menjaga harga diri adalah ikhtiar kita untuk membuktikan keyakinan kita tentang jaminan Allah Swt. Seekor burung saja yang terbang dari sarangnya di pagi hari, akan pulang ke sarangnya di sore hari dalam keadaan kenyang.
Apalagi kita manusia yang Allah ciptakan secara sempurna lengkap dengan akal pikiran. Oleh sebab itulah mengapa Rasulullah Saw meninggikan nilai orang yang bekerja keras, meskipun pekerjaannya kasar demi menghindarkan dirinya dari meminta-minta, dan Rasulullah Saw mensejajarkannya dengan jihad fii sabilillah.Allahu akbar!
Semoga kita tergolong hamba-hamba Allah Swt. yang memiliki keyakinan kokoh kepada-Nya, dan terampil bekerja serta memelihara harga diri dan kehormatan kita. Aamiin yaa Rabbal aalamiin.