Berita Terbaru Muktamar NU - Sidang Pleno Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) di alun-alun Jombang, Jawa Timur, kembali diskors. Penghentian sidang dilakukan karena terjadi insiden saling dorong antar peserta Muktamar yang rata-rata kiai itu.
Ketua Sidang, Slamet Effendy Yusuf, juga tidak menegaskan sampai kapan penghentian sidang. Dengan demikian, sidang dipimpin Slamet Effendy itu belum memutuskan apa-apa terkait Pasal 19 BAB VII tentang Sistem Pemilihan Rois Aam dan Ketua Umum, yang sejak awal jadi biang perdebatan.
Di lokasi Muktamar NU, Senin (3/8) dini hari, aroma kisruh pembahasan tata tertib (Tatib) sudah terjadi sejak awal. Berbagai pihak yang tidak sepakat dengan pasal itu sudah terlibat dalam perdebatan serius. Pernyataan menjurus kasar terlontar dari mereka.
Bahkan, seorang peserta sempat diamankan oleh Banser karena hendak menjadi sasaran amarah peserta lain. Kerusuhan itu dipicu oleh pendapat anggota Muktamar dari Kepulauan Riau yang mengeluarkan pernyataan keras kepada ulama.
Malah sempat ada peserta yang melaporkan praktik suap uang dan berhasil menangkapnya. Yang selanjutnya terjadi bisa ditebak, protes demi protes, hingga saling dorong dan kejar terjadi. Banser nampak kesulitan menenangkan situasi. Pimpinan sidang seperti tidak dianggap lagi.
Sebenarnya ketegangan sedikit mereda ketika Katib Aam Kiai Malik Madani berkomentar. Pendapatnya cukup menenangkan peserta rapat. Namun, tensi kembali naik dan berubah menjadi ricuh ketika Slamet Effendy Yusuf membuka kesempatan dialog dan pendapat dari peserta.
"Saya sedih dan ingin menangis melihat kondisi ini," kata Martin van Bruinessen, peneliti Islam NU di Indonesia, serta pengagum Gus Dur dan Nahdlatul Ulama dengan mata berkaca-kaca.
Salah satu muktamirin dari Kalimantan Timur, Kyai Bahrudin, mengaku kecewa atas sikap muktamirin lainnya yang nampak emosi saat melakukan interupsi kepada pimpinan sidang pleno I Muktamar ke-33 NU yang tengah berlangsung di alun-alun Jombang Jawa Timur.
"Masalah pimpian sidang itu sebenarnya sudah ada yang by concret dan ada juga tawaran, usulan penambahan, dan lain-lain. Saya pribadi sangat sedih, karena disaat bersamaan muktamar muhammadiyah berjalan lancar," ujarnya kepada wartawan usai sidang di skors Shalat Magrib, Minggu (2/8/2015).
Sebelumnya, muktamirin nampak mempertanyakan Pasal 14 Tata Tertib Muktamar NU tentang pemilihan ketua sidang yang dipilih oleh PBNU. Sebagian muktamirin meminta pemilihan tersebut dilakukan secara terbuka oleh muktamirin. Terlihat sejumlah muktamirin emosi saat menyampaikan pendapat.
Hal itulah yang membuat Kyai Bahrudin kecewa hingga menangis. Menurutnya, saat NU menggelar Muktamar tentu disaksikan oleh banyak orang dan mungkin juga oleh organisasi lain.
"Bahkan organisasi nasional hingga internasional. Seharusnya semua pihak bisa memberikan motivasi. Sebagai ormas terbesar, masa kayak gini? kan memalukan," terang dia.
Menurutnya, tindakan muktamirin itu tidak mencerminkan sikap nahdliyin dan perlu segera dihilangkan. Dia berharap, muktamirin bisa menahan diri dan jangan sampai terjadi insiden pemukulan atau tindak kekerasan.
"Secara pribadi, sebagai warga jam'iyah, kami tidak berharap sampai sejauh itu. Kami berharap ada jalan terbaik, kalau ada masalah dicari penyelesaiannya, jadi win-win solution. Jangan jadi contoh yang tidak baik bagi anak-anak (ormas), istilahnya jangan sampai guru kencing berdiri, nanti anak-anaknya kencing berlari," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siraj, memanasnya Sidang Pleno I yang digelar sejak pukul 15.00 WIB itu merupakan wujud dinamika organisasi.
"Itu dinamika. Jadi, enggak apa-apa," ujarnya singkat.
Sudah tiga jam lebih Sidang Pleno Muktamar NU berkutat membahas Pasal 19 BAB VII, tentang Sistem Pemilihan Rois Aam dan Ketua Umum. Dalam draf pasal itu disebutkan, pemilihan rois aam dilakukan secara musyawarah untuk mufakat melalui sistem Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa).
Sikap ribuan peserta Muktamar terbelah-belah. Satu kelompok ingin melanjutkan sistem Ahwa, sementara kubu lainnya menolak Ahwa dan meminta sistem pemilihan rois aam dikembalikan kepada AD/ART. Kelompok lain justru meminta voting atau pemilihan langsung.
Ada momentum ketika para peserta Muktamar gaduh berseteru soal sistem pemilihan itu karena rebutan mikropon. Seorang peserta Muktamar dari Kabupaten Pati, Jawa Tengah, sempat mengutarakan gagasan. Belum selesai bicara, mikropon dia pegang direbut peserta lain karena tidak setuju dengan idenya.
"Masya Allah, kiai kok seperti ini. Ini sabotase, malu, malu saya," kata peserta Muktamar asal Pati itu dengan suara bergetar sambil terus-terusan beristighfar.
Sidang pleno ini sampai sekarang masih alot. Belum ada keputusan tegas soal Pasal 19 BAB VII ini. Kericuhan pembahasan pasal Ahwa ini memang sudah bisa diprediksi mengingat sistem itu masih diperdebatkan, bahkan jauh-jauh hari sebelum Muktamar digelar.
sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/rebutan-mikropon-warnai-pleno-muktamar-nu-bahas-pasal-ahwa.html
http://www.merdeka.com/peristiwa/rusuh-lagi-pleno-muktamar-nu-diskors.html
http://news.okezone.com/read/2015/08/02/337/1189304/peserta-sidang-pleno-i-memanas-said-aqil-itu-dinamika
Ketua Sidang, Slamet Effendy Yusuf, juga tidak menegaskan sampai kapan penghentian sidang. Dengan demikian, sidang dipimpin Slamet Effendy itu belum memutuskan apa-apa terkait Pasal 19 BAB VII tentang Sistem Pemilihan Rois Aam dan Ketua Umum, yang sejak awal jadi biang perdebatan.
Suasana Ricuh Muktamar NU - ©2015 Merdeka.com |
Di lokasi Muktamar NU, Senin (3/8) dini hari, aroma kisruh pembahasan tata tertib (Tatib) sudah terjadi sejak awal. Berbagai pihak yang tidak sepakat dengan pasal itu sudah terlibat dalam perdebatan serius. Pernyataan menjurus kasar terlontar dari mereka.
Bahkan, seorang peserta sempat diamankan oleh Banser karena hendak menjadi sasaran amarah peserta lain. Kerusuhan itu dipicu oleh pendapat anggota Muktamar dari Kepulauan Riau yang mengeluarkan pernyataan keras kepada ulama.
Malah sempat ada peserta yang melaporkan praktik suap uang dan berhasil menangkapnya. Yang selanjutnya terjadi bisa ditebak, protes demi protes, hingga saling dorong dan kejar terjadi. Banser nampak kesulitan menenangkan situasi. Pimpinan sidang seperti tidak dianggap lagi.
Baca Juga: Muktamar NU 2015 Amburadul
Sebenarnya ketegangan sedikit mereda ketika Katib Aam Kiai Malik Madani berkomentar. Pendapatnya cukup menenangkan peserta rapat. Namun, tensi kembali naik dan berubah menjadi ricuh ketika Slamet Effendy Yusuf membuka kesempatan dialog dan pendapat dari peserta.
"Saya sedih dan ingin menangis melihat kondisi ini," kata Martin van Bruinessen, peneliti Islam NU di Indonesia, serta pengagum Gus Dur dan Nahdlatul Ulama dengan mata berkaca-kaca.
Salah satu muktamirin dari Kalimantan Timur, Kyai Bahrudin, mengaku kecewa atas sikap muktamirin lainnya yang nampak emosi saat melakukan interupsi kepada pimpinan sidang pleno I Muktamar ke-33 NU yang tengah berlangsung di alun-alun Jombang Jawa Timur.
"Masalah pimpian sidang itu sebenarnya sudah ada yang by concret dan ada juga tawaran, usulan penambahan, dan lain-lain. Saya pribadi sangat sedih, karena disaat bersamaan muktamar muhammadiyah berjalan lancar," ujarnya kepada wartawan usai sidang di skors Shalat Magrib, Minggu (2/8/2015).
Sebelumnya, muktamirin nampak mempertanyakan Pasal 14 Tata Tertib Muktamar NU tentang pemilihan ketua sidang yang dipilih oleh PBNU. Sebagian muktamirin meminta pemilihan tersebut dilakukan secara terbuka oleh muktamirin. Terlihat sejumlah muktamirin emosi saat menyampaikan pendapat.
Hal itulah yang membuat Kyai Bahrudin kecewa hingga menangis. Menurutnya, saat NU menggelar Muktamar tentu disaksikan oleh banyak orang dan mungkin juga oleh organisasi lain.
"Bahkan organisasi nasional hingga internasional. Seharusnya semua pihak bisa memberikan motivasi. Sebagai ormas terbesar, masa kayak gini? kan memalukan," terang dia.
Menurutnya, tindakan muktamirin itu tidak mencerminkan sikap nahdliyin dan perlu segera dihilangkan. Dia berharap, muktamirin bisa menahan diri dan jangan sampai terjadi insiden pemukulan atau tindak kekerasan.
"Secara pribadi, sebagai warga jam'iyah, kami tidak berharap sampai sejauh itu. Kami berharap ada jalan terbaik, kalau ada masalah dicari penyelesaiannya, jadi win-win solution. Jangan jadi contoh yang tidak baik bagi anak-anak (ormas), istilahnya jangan sampai guru kencing berdiri, nanti anak-anaknya kencing berlari," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siraj, memanasnya Sidang Pleno I yang digelar sejak pukul 15.00 WIB itu merupakan wujud dinamika organisasi.
"Itu dinamika. Jadi, enggak apa-apa," ujarnya singkat.
Rebutan Mikropon Warnai Pleno Muktamar NU Bahas Ahwa
Sudah tiga jam lebih Sidang Pleno Muktamar NU berkutat membahas Pasal 19 BAB VII, tentang Sistem Pemilihan Rois Aam dan Ketua Umum. Dalam draf pasal itu disebutkan, pemilihan rois aam dilakukan secara musyawarah untuk mufakat melalui sistem Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa).
Sikap ribuan peserta Muktamar terbelah-belah. Satu kelompok ingin melanjutkan sistem Ahwa, sementara kubu lainnya menolak Ahwa dan meminta sistem pemilihan rois aam dikembalikan kepada AD/ART. Kelompok lain justru meminta voting atau pemilihan langsung.
Baca Juga: Muktamar NU Ricuh, Banser Dan Kyai Saling Dorong
Ada momentum ketika para peserta Muktamar gaduh berseteru soal sistem pemilihan itu karena rebutan mikropon. Seorang peserta Muktamar dari Kabupaten Pati, Jawa Tengah, sempat mengutarakan gagasan. Belum selesai bicara, mikropon dia pegang direbut peserta lain karena tidak setuju dengan idenya.
"Masya Allah, kiai kok seperti ini. Ini sabotase, malu, malu saya," kata peserta Muktamar asal Pati itu dengan suara bergetar sambil terus-terusan beristighfar.
Sidang pleno ini sampai sekarang masih alot. Belum ada keputusan tegas soal Pasal 19 BAB VII ini. Kericuhan pembahasan pasal Ahwa ini memang sudah bisa diprediksi mengingat sistem itu masih diperdebatkan, bahkan jauh-jauh hari sebelum Muktamar digelar.
sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/rebutan-mikropon-warnai-pleno-muktamar-nu-bahas-pasal-ahwa.html
http://www.merdeka.com/peristiwa/rusuh-lagi-pleno-muktamar-nu-diskors.html
http://news.okezone.com/read/2015/08/02/337/1189304/peserta-sidang-pleno-i-memanas-said-aqil-itu-dinamika