KabarMakkah.Com - Alhamdulillah, sebentar lagi kaum muslimin di seluruh dunia akan berkumpul di tanah suci Makkah untuk menunaikan ibadah Haji melaksanakan rukun Islam yang terakhir sebagai penyempurnaan ibadah bagi orang yang beragama Islam.
Thawaf secara etimologi berarti berputar. Sedang menurut istilah adalah mengelilingi ka'bah sebanyak 7 putaran dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Para jamaah haji dan umrah diwajibkan untuk melaksanakan ibadah thawaf ini, karena ia merupakan rukun dari ibadah tersebut. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, "Ambillah dariku manasik kalian"
Berputar akan membentuk sudut 360 derajat. Dan ternyata seluruh alam ini pun ikut berputar membentuk sudut 360 derajat. Bumi mengitari matahari membentuk putaran dan sudut 360 derajat. Demikian juga halnya planet-planet lain di angkasa. Mereka dalam porosnya masing-masing berputar dalam lingkaran galaksi. Dan arah putaran planet-planet pun sama dengan arah putaran thawaf, yakni berlawanan dengan arah jarum jam.
Bisa kita bayangkan, bagaimana jika bumi atau planet lain itu berhenti berputar? Boleh jadi akan terjadi kegoncangan dan ketidakstabilan. Demikian juga orang yang meninggalkan shalat. Mengapa? Karena orang yang menunaikan shalat pada dasarnya sedang membentuk sudut 360 derajat. Bagaimana penjelasannya?
Pada saat kita sedang tegak berdiri, maka posisi kita membentuk sudut setengah lingkaran atau sudut 180 derajat. Sedangkat pada saat kita sedang ruku’ maka posisi kita sedang membentuk segitiga siku-siku atau 90 derajat, Adapun saat kita sedang dalam keadaan sujud, maka akan terbentuk sudut 45 derajat, sedangkan sujud kita dalam satu rakaat berjumlah dua kali (45X2=90 derajat), sehingga jika kita jumlahkan antara posisi saat berdiri, ruku, dan sujud, maka berari 180+90+45+45= 360 derajat. Ini sama dengan bentuk putaran yang membentuk sudut 360 derajat.
Dengan demikian, “thawaf” adalah kebutuhan kita, kebutuhan alam, dan kebutuhan rohani kita.
Kemudian arah thawaf adalah mengelilingi ka’bah yang posisi ka’bah tesebut berada di sebelah kiri kita, bukan di sebelah kanan. Ini menunjukkan kesamaan arah putaran bumi dan galaksi. Ini juga yang menyebabkan tidak cepat lelahnya orang berthawaf karena seirama dengan arah putaran bumi. Jika kita melihat orang melakukan jogging atau lari kecil di sebuah area, akan kita dapati mereka yang berjoging akan berputar se arah orang yang sedang berthawaf. Sebagai contoh di lapangan olahraga, Mereka yang berolahraga mengelilingi lapangan pastilah searah dengan putaran orang berthawaf, padahal mereka tidak bermaksud meniru orang berthawaf.
Ketika seseorang sedang thawaf di sekitar kabah, maka ia akan mengambil start dari Hajar Aswad, dan gerakannya harus berlawanan dengan arah jarum jam.
Kenapa demikian? Karena segala sesuatu di alam semesta dari atom hingga galaksi itu bergerak berlawanan dengan arah jarum jam. Begitu juga peredaran darah manusia mulai gerakan berlawanan dengan arah jarum jamnya. Perputaran bumi pada porosnya dan di sekeliling matahari juga secara berlawanan dengan arah jarum jam.
Matahari dengan semua sistemnya mengelilingi suatu titik tertentu di dalam galaksi dan semuanya berputar berlawanan dengan arah jarum jam. Sementara itu, jika dilihat orang-orang yang thawaf di sekeliling kabah tidak putus-putus sepanjang masa mengelilingi kabah, siang dan malam berterusan tidak henti-hentinya,
Di samping itu putaran ke arah kiri juga sesuai dengan arah putaran baling-baling helicopter. Mengapa helicopter mempunyai baling-baling berputar se arah dengan putaran orang yang thawaf? Karena putaran seperti itulah yang dapat mengangkat badan pesawat ke atas. Ini sesuai dengan sebuah keterangan bahwa orang yang berthawaf, pahalanya akan diangkat seperti para malaikat yang bertawaf mengelilingi arsy dan kursinya Allah SWT di atas langit.
Adapun putaran thawaf yang berlawanan dengan arah jarum jam mengandung hikmah menapaki dan merenungkan waktu yang telah dilaluinya, apakah waktu yang kita lewati diisi dengan hal positif atau negatif?. Ini sesuai dengan anjuran Allah SWT yang berfirman: “dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok” (QS. Al-Hasyr: 18)
Jika kita melihat orang-orang yang sedang berthawaf dari layar televisi atau dari lantai tiga atap masjidil Haram, maka kita akan merasa nikmat melihat pemandangan itu. Namun jika kita masuk ke dalamnya dan ikut berthawaf, maka kita akan merasakan sesak dan sulitnya melakukan thawaf itu. Namun meski sulit dan berdesakan bahkan tersikut, kita tidak akan membalas sikutan atau menyakiti orang, bahkan kita tetap konsentrasi mengelilingi ka’bah hingga usai.
Ini sama dengan jika kita melihat kehidupan ini secara dzahir. Begitu indahnya kita melihat dunia dan isinya. Akan tetapi jika kita hidup dan bergelut di dunia ini, ternyata tidak seindah pandangan mata kita. Dalam kehidupan ini tidak jarang kita tersikut dan terdesak pihak lain. Akan tetapi jika kita memaknai hidup seperti thawaf, maka meskipun kita disikut orang, kita tidak akan sikut kanan sikut kiri. Kita harus konsentrasi menyelesaikan thawaf (putaran) hidup kita dengan husnul khatimah.
Sisi lain dari rahasia Thawaf adalah disunnahkannya kita idhtiba’, yaitu membuka bagian bahu kanan serta berlari-lari kecil di tiga putaran pertama. Hal ini pernah dilakukan Nabi saat pertama umroah ke Makkah setelah beliau hijrah ke Madinah. Waktu itu, Rasulullah SAW mendapat berita dari malaikat Jibril bahwa kedatangan orang-orang muslim ke Makkah akan diejek oleh orang Quraisy dari arah Jabal Abu Qubais, bahwa orang-orang Muslim Madinah kurus-kurus dan berpenyakitan.
Mendengar berita itu, Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya untuk melakukan idhtiba’ (membuka bagian bahu kanannya) dan berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama thawaf. Hal ini untuk menunjukkan izzah (kemuliaan) kaum muslimin, bahwa kaum kaum muslimin kekar dan sehat-sehat, tidak seperti yang disangka dan dituduhkan oleh orang Quraisy.
Subhanallah!, tidak ada suatu syariat dan harakat (gerakan) dalam ibadah, melainkan mempunyai hikmah dan tujuan yang sudah Allah SWT rencanakan.
Wallahu A'lam.
Thawaf secara etimologi berarti berputar. Sedang menurut istilah adalah mengelilingi ka'bah sebanyak 7 putaran dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Para jamaah haji dan umrah diwajibkan untuk melaksanakan ibadah thawaf ini, karena ia merupakan rukun dari ibadah tersebut. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, "Ambillah dariku manasik kalian"
Berputar akan membentuk sudut 360 derajat. Dan ternyata seluruh alam ini pun ikut berputar membentuk sudut 360 derajat. Bumi mengitari matahari membentuk putaran dan sudut 360 derajat. Demikian juga halnya planet-planet lain di angkasa. Mereka dalam porosnya masing-masing berputar dalam lingkaran galaksi. Dan arah putaran planet-planet pun sama dengan arah putaran thawaf, yakni berlawanan dengan arah jarum jam.
Bisa kita bayangkan, bagaimana jika bumi atau planet lain itu berhenti berputar? Boleh jadi akan terjadi kegoncangan dan ketidakstabilan. Demikian juga orang yang meninggalkan shalat. Mengapa? Karena orang yang menunaikan shalat pada dasarnya sedang membentuk sudut 360 derajat. Bagaimana penjelasannya?
Pada saat kita sedang tegak berdiri, maka posisi kita membentuk sudut setengah lingkaran atau sudut 180 derajat. Sedangkat pada saat kita sedang ruku’ maka posisi kita sedang membentuk segitiga siku-siku atau 90 derajat, Adapun saat kita sedang dalam keadaan sujud, maka akan terbentuk sudut 45 derajat, sedangkan sujud kita dalam satu rakaat berjumlah dua kali (45X2=90 derajat), sehingga jika kita jumlahkan antara posisi saat berdiri, ruku, dan sujud, maka berari 180+90+45+45= 360 derajat. Ini sama dengan bentuk putaran yang membentuk sudut 360 derajat.
Dengan demikian, “thawaf” adalah kebutuhan kita, kebutuhan alam, dan kebutuhan rohani kita.
Kemudian arah thawaf adalah mengelilingi ka’bah yang posisi ka’bah tesebut berada di sebelah kiri kita, bukan di sebelah kanan. Ini menunjukkan kesamaan arah putaran bumi dan galaksi. Ini juga yang menyebabkan tidak cepat lelahnya orang berthawaf karena seirama dengan arah putaran bumi. Jika kita melihat orang melakukan jogging atau lari kecil di sebuah area, akan kita dapati mereka yang berjoging akan berputar se arah orang yang sedang berthawaf. Sebagai contoh di lapangan olahraga, Mereka yang berolahraga mengelilingi lapangan pastilah searah dengan putaran orang berthawaf, padahal mereka tidak bermaksud meniru orang berthawaf.
Ketika seseorang sedang thawaf di sekitar kabah, maka ia akan mengambil start dari Hajar Aswad, dan gerakannya harus berlawanan dengan arah jarum jam.
Kenapa demikian? Karena segala sesuatu di alam semesta dari atom hingga galaksi itu bergerak berlawanan dengan arah jarum jam. Begitu juga peredaran darah manusia mulai gerakan berlawanan dengan arah jarum jamnya. Perputaran bumi pada porosnya dan di sekeliling matahari juga secara berlawanan dengan arah jarum jam.
Matahari dengan semua sistemnya mengelilingi suatu titik tertentu di dalam galaksi dan semuanya berputar berlawanan dengan arah jarum jam. Sementara itu, jika dilihat orang-orang yang thawaf di sekeliling kabah tidak putus-putus sepanjang masa mengelilingi kabah, siang dan malam berterusan tidak henti-hentinya,
Di samping itu putaran ke arah kiri juga sesuai dengan arah putaran baling-baling helicopter. Mengapa helicopter mempunyai baling-baling berputar se arah dengan putaran orang yang thawaf? Karena putaran seperti itulah yang dapat mengangkat badan pesawat ke atas. Ini sesuai dengan sebuah keterangan bahwa orang yang berthawaf, pahalanya akan diangkat seperti para malaikat yang bertawaf mengelilingi arsy dan kursinya Allah SWT di atas langit.
Adapun putaran thawaf yang berlawanan dengan arah jarum jam mengandung hikmah menapaki dan merenungkan waktu yang telah dilaluinya, apakah waktu yang kita lewati diisi dengan hal positif atau negatif?. Ini sesuai dengan anjuran Allah SWT yang berfirman: “dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok” (QS. Al-Hasyr: 18)
Jika kita melihat orang-orang yang sedang berthawaf dari layar televisi atau dari lantai tiga atap masjidil Haram, maka kita akan merasa nikmat melihat pemandangan itu. Namun jika kita masuk ke dalamnya dan ikut berthawaf, maka kita akan merasakan sesak dan sulitnya melakukan thawaf itu. Namun meski sulit dan berdesakan bahkan tersikut, kita tidak akan membalas sikutan atau menyakiti orang, bahkan kita tetap konsentrasi mengelilingi ka’bah hingga usai.
Ini sama dengan jika kita melihat kehidupan ini secara dzahir. Begitu indahnya kita melihat dunia dan isinya. Akan tetapi jika kita hidup dan bergelut di dunia ini, ternyata tidak seindah pandangan mata kita. Dalam kehidupan ini tidak jarang kita tersikut dan terdesak pihak lain. Akan tetapi jika kita memaknai hidup seperti thawaf, maka meskipun kita disikut orang, kita tidak akan sikut kanan sikut kiri. Kita harus konsentrasi menyelesaikan thawaf (putaran) hidup kita dengan husnul khatimah.
Sisi lain dari rahasia Thawaf adalah disunnahkannya kita idhtiba’, yaitu membuka bagian bahu kanan serta berlari-lari kecil di tiga putaran pertama. Hal ini pernah dilakukan Nabi saat pertama umroah ke Makkah setelah beliau hijrah ke Madinah. Waktu itu, Rasulullah SAW mendapat berita dari malaikat Jibril bahwa kedatangan orang-orang muslim ke Makkah akan diejek oleh orang Quraisy dari arah Jabal Abu Qubais, bahwa orang-orang Muslim Madinah kurus-kurus dan berpenyakitan.
Mendengar berita itu, Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya untuk melakukan idhtiba’ (membuka bagian bahu kanannya) dan berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama thawaf. Hal ini untuk menunjukkan izzah (kemuliaan) kaum muslimin, bahwa kaum kaum muslimin kekar dan sehat-sehat, tidak seperti yang disangka dan dituduhkan oleh orang Quraisy.
Subhanallah!, tidak ada suatu syariat dan harakat (gerakan) dalam ibadah, melainkan mempunyai hikmah dan tujuan yang sudah Allah SWT rencanakan.
Wallahu A'lam.