KabarMakkah.Com - Duhai diri, sekarang Ramadhan sudah akan beranjak pergi. Lebih dari setengah perjalanan bulan suci ini telah berlalu dari kita. Aku hanya ingin bertanya padamu, Apa saja yang sudah kamu lakukan sampai detik ini. Aku dengar dirimu sedang sibuk dengan proyek duniamu.. Atau aku dengar malah kamu sedang sibuk dengan kesibukan barumu yang menyita hampir seluruh hidupmu.
Bagaimana dengan amal ibadahmu? Sudah berapa kali alqur'an kamu khatamkan, atau malah kerongkonganmu selalu kering dari ayat ayat suci. Lidahmu tak pernah basah dari lantunan ayat suci Qurani. Lalu kemanakah statemen cinta yang selama kamu elu-elukan di hati. Dimanakah program-program ramadhan yang dulu kamu janjikan pada diri sendiri.
Duhai diri, bagaimana dengan sholatmu hingga detik ini. Masih ingatkah dengan janjimu akan bersimpuh pada Allah setiap malam. Menangis, merintih memohon pertolongan Rabb Semesta Alam. Bersimpuh dengan taubat seluruh, badan, jiwa dan hati untuk segera kembali. Tapi diri, lihatlah dirimu kini. Ternyata malam-malammu hidup dengan televisi. Dari lawak, sepakbola, grand prix moto gp hingga obrolan basi tokoh-tokoh politisi. Detikmu berlalu dengan semu. Kesempatanmu terbuang bisu. Tak ada manis lembut hidayah Allah untukmu. Terbuang percuma dengan gelak tawa dan canda tak ada guna.
Duhai diri, bagaimana dengan infak, sedekah dan amal jariyahmu. Apakah selama Ramadhan ini kamu sudah melaksanakan itu semua? Ataukah kamu sering menyimpan hartamu rapat-rapat. kamu kunci di tempat yang menurutmu paling aman. Tak ada yang tahu kecuali kamu dan Rabbmu. Kamu takut hartamu berkurang meski hanya beberapa puluh ribu. Kamu ingin membawanya mati bersama kamu. Harta yang selama ini kamu cari setengah mati, tak mungkin begitu saja engkau beri kepada orang-orang yang berhak kau kasihi.
Betapa kerdilnya diri ini, betapa sempitnya keinginan ini. Harta tak akan beranak, tidak pula berkembang biak. Tapi kecintaanmu padanya, membuat harta itu menjadi tidak berkah lagi. Kenapa kau tak sedekahkan sebagian hartamu di bulan suci ini. Sehingga Allah, Para Malaikat dan NabiNya ridha dengan amalmu.
Duhai diri, belum terlambat untuk berubah. Segeralah berbenah. Mendekatlah dalam pelukan Allah, dan nikmatilah sajian Ramadhan di tahun ini. Masih ada beberapa hari yang tersisa. Penuhi masjid-masjid tempat kamu bersujud, mencium hikmah dan rahmat Allah Ta'ala. Kobarkan semangatmu, gigihkan hatimu untuk melantunkan bait bait kitab suci itu. Dekatkan hatimu dan pintalah ampunan dengan segala pinta yang bisa kamu lakukan.
Duhai diri, semoga di bulan ini, engkau tidak lagi merugi seperti tahun-tahun lalu. Karena ridho Allah yang ingin digapai, ampunan Allah yang ingin dituju, dan kebahagian dunia akhirat yang dijanjikan untuk hamba-hambaNya yang beriman dan beramal shalih...
Jangan Sia-siakan Ramadhan
Kini, kita lihat keadaan kaum muslimin. Di bulan ini, dengan alasan berpuasa masih banyak umat Islam yang mengisi siang harinya dengan bermalas-malasan, memperbanyak tidur, dan melakukan aktivitas sia-sia bahkan maksiat.
Orang lebih senang menghabiskan waktu sepanjang hari dengan menonton televisi, main video game dan internet, main kartu, memancing, dan sebagainya. Menjelang buka puasa berbagai acara hiburan digelar, mulai dari konser musik sampai kebut-kebutan. Bahkan ada yang memanfaatkannya untuk berjudi. Malam harinya diisi dengan begadang dan mengobrolkan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Yang paling memprihatinkan adalah ketika memasuki sepuluh hari terakhir. Masjid-masjid mulai sepi, sebaliknya pusat-pusat perbelanjaan ramai dikunjungi orang. Ibu-ibu rumah tangga disibukkan dengan berbagai persiapan menyambut lebaran. Belanja pakaian dan bahan-bahan makanan.
Aktivitas transportasi darat, laut, dan udara padat luar biasa. Mereka berdesak-desakan menghabiskan waktu di jalan-jalan, terminal, stasiun kereta api, bandara, dan pelabuhan. Sudah hilang konsentrasi untuk menjalani hari-hari akhir Ramadhan.
Padahal, di saat inilah saat-saat yang paling menentukan keberhasilan ibadah Ramadhan kita. Inilah hari-hari yang ditangisi oleh Nabi dan para sahabat karena Ramadhan segera berlalu. Inilah saat-saat Rasulullah dan para sahabat berburu lailatul qadar, dengan bangun malam, shalat, dzikir, membaca al-Qur`an dan tidak tidur kecuali sedikit saja. Rasulullah dan para sahabat ber-i’tikaf, berdiam diri di masjid, konsentrasi penuh untuk menjalankan berbagai aktivitas ibadah.
Ramadhan adalah anugerah untuk kita. Mari kita manfaatkan waktu yang tersisa ini sebaik-baiknya. Tengoklah penyesalan orang-orang yang telah dipanggil kembali oleh Allah. Mereka ingin kembali ke dunia walaupun hanya sesaat. Mereka ingin waktu sebentar saja untuk menebus segala kelalaian seumur hidup.
Mumpung masih ada waktu, jangan sia-siakan Ramadhan ini. Tanpa Ramadhan, terlalu berat bagi kita untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan kita sebelas bulan kemarin. Mari kita bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan kita di tahun-tahun yang lalu. Tak lupa kita berdoa semoga Allah memanjangkan umur kita sehingga bisa berjumpa kembali dengan Ramadhan tahun depan dan kita berharap bisa mempersiapkan diri agar lebih baik lagi.
Saudaraku..
Tidak akan lama lagi, Ramadhan sebagai tamu mulia kita, akan segera pergi.
Sungguh tak terasa begitu cepatnya, Ramadhan kan segera berlalu.
Segala puji bagi Allah, segenap syukur kepada Allah atas semua nikmat-Nya.
Ramadhan akan segera usai, dan akan tertutuplah semua kesempatan mahal yang selama ini terhampar sepanjang satu bulan.
Saudaraku,
Ramadhan akan pergi membawa amal-amal kita.
Ramadhan pergi membawa persaksian atas semua yang kita lakukan.
Entah..
Apakah Ramadhan pergi dengan berbagai kebanggaan, pujian, kebahagiaan dengan amal kita.
Atau, Ramadhan pergi dengan beragam kekecewaan, kesedihan, dan kesia-siaaan.
Saudaraku,
Kini tamu Ramadhan sebentar lagi segera meninggalkan kita.
Padahal rasanya baru saja kemarin kita saling memberi ucapan selamat atas kedatangannya.
Padahal rasanya, baru saja kita bersuka cita menyambut kehadiranya.
Tapi beberapa hari lagi, kita harus berpisah dan ditinggalkan Ramadhan dengan penuh haru dan air mata.
Entah, apakah kita akan dipertemukan lagi oleh Allah dengan Ramadhan?
Atau kita akan terpisah dan tak berjumpa lagi dengan Ramadhan karena kita terhalang oleh “yang menghancurkan semua kenikmatan” ?
Salam untukmu wahai Ramadhan,
wahai bulan shalat malam,
wahai bulan Al Qur’an,
wahai bulan taubat dan ampunan.
Saudaraku,
Mari kita membuka lembar-lembar amal kita bulan ini untuk muhassabah, mengevaluasi, merenungi semuanya.
Apa yang sudah kita lakukan selama satu bulan ini di hari-hari kemarin?
Apakah pengaruhnya pada jiwa kita?
Sejauhmana perubahan yang ada pada amal dan perilaku ketaatan kita?
Pertanyaan yang layak dilontarkan sekarang adalah:
Apakah kita telah mengambil sebab-sebab yang menjadikan amal kita diterima Allah di bulan ini?
Apakah kita bertekad untuk meneruskan amal-amal shalih setelah kepergiannya?
Saudaraku,
Jangan lupa teruskanlah amal-amal shalih itu setelah bulan Ramadhan.
Teruslah keluarkan infaq di jalan Allah.
Teruslah melakukan qiyam lail di hari-hari esok.
Tetaplah jauhi apa yang Allah haramkan sejak hari ini.
Jalin silaturrahim yang baik dengan orang yang kita kenal dan yang tidak kita kenal.
Tetaplah berpuasa sunnah, dan yang paling dekat adalah puasa enam hari di bulan Syawal, setelah Ramadhan.
"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan lalu diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, berarti ia seperti puasa sepanjang waktu." (HR Muslim)
Saudaraku,
Mari pejamkan mata. Tundukkanlah hati dan batin.
Tenggelamkan semua perasaan kita dihadapan kemuliaan dan kuasa Allah yang tak ada batasnya.
Bicaralah pada diri sendiri wahai saudaraku..
Apa yang sudah kita lakukan dalam hari-hari kemarin?
Ya Allah, Jadikanlah kebaikan amal kami itu ada pada akhir hidup kami, dan jadikanlah hari terbaik kami adalah saat kami bertemu dengan-Mu.
Maha suci Engkau ya Allah, dan dengan memujiMu, kami bersaksi tak ada Tuhan selain Engkau, kami memohon ampunan dan bertaubat kepadaMu..
Aamiin Ya Rabb..
Bagaimana dengan amal ibadahmu? Sudah berapa kali alqur'an kamu khatamkan, atau malah kerongkonganmu selalu kering dari ayat ayat suci. Lidahmu tak pernah basah dari lantunan ayat suci Qurani. Lalu kemanakah statemen cinta yang selama kamu elu-elukan di hati. Dimanakah program-program ramadhan yang dulu kamu janjikan pada diri sendiri.
Duhai diri, bagaimana dengan sholatmu hingga detik ini. Masih ingatkah dengan janjimu akan bersimpuh pada Allah setiap malam. Menangis, merintih memohon pertolongan Rabb Semesta Alam. Bersimpuh dengan taubat seluruh, badan, jiwa dan hati untuk segera kembali. Tapi diri, lihatlah dirimu kini. Ternyata malam-malammu hidup dengan televisi. Dari lawak, sepakbola, grand prix moto gp hingga obrolan basi tokoh-tokoh politisi. Detikmu berlalu dengan semu. Kesempatanmu terbuang bisu. Tak ada manis lembut hidayah Allah untukmu. Terbuang percuma dengan gelak tawa dan canda tak ada guna.
Duhai diri, bagaimana dengan infak, sedekah dan amal jariyahmu. Apakah selama Ramadhan ini kamu sudah melaksanakan itu semua? Ataukah kamu sering menyimpan hartamu rapat-rapat. kamu kunci di tempat yang menurutmu paling aman. Tak ada yang tahu kecuali kamu dan Rabbmu. Kamu takut hartamu berkurang meski hanya beberapa puluh ribu. Kamu ingin membawanya mati bersama kamu. Harta yang selama ini kamu cari setengah mati, tak mungkin begitu saja engkau beri kepada orang-orang yang berhak kau kasihi.
Betapa kerdilnya diri ini, betapa sempitnya keinginan ini. Harta tak akan beranak, tidak pula berkembang biak. Tapi kecintaanmu padanya, membuat harta itu menjadi tidak berkah lagi. Kenapa kau tak sedekahkan sebagian hartamu di bulan suci ini. Sehingga Allah, Para Malaikat dan NabiNya ridha dengan amalmu.
Duhai diri, belum terlambat untuk berubah. Segeralah berbenah. Mendekatlah dalam pelukan Allah, dan nikmatilah sajian Ramadhan di tahun ini. Masih ada beberapa hari yang tersisa. Penuhi masjid-masjid tempat kamu bersujud, mencium hikmah dan rahmat Allah Ta'ala. Kobarkan semangatmu, gigihkan hatimu untuk melantunkan bait bait kitab suci itu. Dekatkan hatimu dan pintalah ampunan dengan segala pinta yang bisa kamu lakukan.
Duhai diri, semoga di bulan ini, engkau tidak lagi merugi seperti tahun-tahun lalu. Karena ridho Allah yang ingin digapai, ampunan Allah yang ingin dituju, dan kebahagian dunia akhirat yang dijanjikan untuk hamba-hambaNya yang beriman dan beramal shalih...
Jangan Sia-siakan Ramadhan
Kini, kita lihat keadaan kaum muslimin. Di bulan ini, dengan alasan berpuasa masih banyak umat Islam yang mengisi siang harinya dengan bermalas-malasan, memperbanyak tidur, dan melakukan aktivitas sia-sia bahkan maksiat.
Orang lebih senang menghabiskan waktu sepanjang hari dengan menonton televisi, main video game dan internet, main kartu, memancing, dan sebagainya. Menjelang buka puasa berbagai acara hiburan digelar, mulai dari konser musik sampai kebut-kebutan. Bahkan ada yang memanfaatkannya untuk berjudi. Malam harinya diisi dengan begadang dan mengobrolkan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Yang paling memprihatinkan adalah ketika memasuki sepuluh hari terakhir. Masjid-masjid mulai sepi, sebaliknya pusat-pusat perbelanjaan ramai dikunjungi orang. Ibu-ibu rumah tangga disibukkan dengan berbagai persiapan menyambut lebaran. Belanja pakaian dan bahan-bahan makanan.
Aktivitas transportasi darat, laut, dan udara padat luar biasa. Mereka berdesak-desakan menghabiskan waktu di jalan-jalan, terminal, stasiun kereta api, bandara, dan pelabuhan. Sudah hilang konsentrasi untuk menjalani hari-hari akhir Ramadhan.
Padahal, di saat inilah saat-saat yang paling menentukan keberhasilan ibadah Ramadhan kita. Inilah hari-hari yang ditangisi oleh Nabi dan para sahabat karena Ramadhan segera berlalu. Inilah saat-saat Rasulullah dan para sahabat berburu lailatul qadar, dengan bangun malam, shalat, dzikir, membaca al-Qur`an dan tidak tidur kecuali sedikit saja. Rasulullah dan para sahabat ber-i’tikaf, berdiam diri di masjid, konsentrasi penuh untuk menjalankan berbagai aktivitas ibadah.
Ramadhan adalah anugerah untuk kita. Mari kita manfaatkan waktu yang tersisa ini sebaik-baiknya. Tengoklah penyesalan orang-orang yang telah dipanggil kembali oleh Allah. Mereka ingin kembali ke dunia walaupun hanya sesaat. Mereka ingin waktu sebentar saja untuk menebus segala kelalaian seumur hidup.
Mumpung masih ada waktu, jangan sia-siakan Ramadhan ini. Tanpa Ramadhan, terlalu berat bagi kita untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan kita sebelas bulan kemarin. Mari kita bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan kita di tahun-tahun yang lalu. Tak lupa kita berdoa semoga Allah memanjangkan umur kita sehingga bisa berjumpa kembali dengan Ramadhan tahun depan dan kita berharap bisa mempersiapkan diri agar lebih baik lagi.
Saudaraku..
Tidak akan lama lagi, Ramadhan sebagai tamu mulia kita, akan segera pergi.
Sungguh tak terasa begitu cepatnya, Ramadhan kan segera berlalu.
Segala puji bagi Allah, segenap syukur kepada Allah atas semua nikmat-Nya.
Ramadhan akan segera usai, dan akan tertutuplah semua kesempatan mahal yang selama ini terhampar sepanjang satu bulan.
Saudaraku,
Ramadhan akan pergi membawa amal-amal kita.
Ramadhan pergi membawa persaksian atas semua yang kita lakukan.
Entah..
Apakah Ramadhan pergi dengan berbagai kebanggaan, pujian, kebahagiaan dengan amal kita.
Atau, Ramadhan pergi dengan beragam kekecewaan, kesedihan, dan kesia-siaaan.
Saudaraku,
Kini tamu Ramadhan sebentar lagi segera meninggalkan kita.
Padahal rasanya baru saja kemarin kita saling memberi ucapan selamat atas kedatangannya.
Padahal rasanya, baru saja kita bersuka cita menyambut kehadiranya.
Tapi beberapa hari lagi, kita harus berpisah dan ditinggalkan Ramadhan dengan penuh haru dan air mata.
Entah, apakah kita akan dipertemukan lagi oleh Allah dengan Ramadhan?
Atau kita akan terpisah dan tak berjumpa lagi dengan Ramadhan karena kita terhalang oleh “yang menghancurkan semua kenikmatan” ?
Salam untukmu wahai Ramadhan,
wahai bulan shalat malam,
wahai bulan Al Qur’an,
wahai bulan taubat dan ampunan.
Saudaraku,
Mari kita membuka lembar-lembar amal kita bulan ini untuk muhassabah, mengevaluasi, merenungi semuanya.
Apa yang sudah kita lakukan selama satu bulan ini di hari-hari kemarin?
Apakah pengaruhnya pada jiwa kita?
Sejauhmana perubahan yang ada pada amal dan perilaku ketaatan kita?
Pertanyaan yang layak dilontarkan sekarang adalah:
Apakah kita telah mengambil sebab-sebab yang menjadikan amal kita diterima Allah di bulan ini?
Apakah kita bertekad untuk meneruskan amal-amal shalih setelah kepergiannya?
Saudaraku,
Jangan lupa teruskanlah amal-amal shalih itu setelah bulan Ramadhan.
Teruslah keluarkan infaq di jalan Allah.
Teruslah melakukan qiyam lail di hari-hari esok.
Tetaplah jauhi apa yang Allah haramkan sejak hari ini.
Jalin silaturrahim yang baik dengan orang yang kita kenal dan yang tidak kita kenal.
Tetaplah berpuasa sunnah, dan yang paling dekat adalah puasa enam hari di bulan Syawal, setelah Ramadhan.
"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan lalu diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, berarti ia seperti puasa sepanjang waktu." (HR Muslim)
Saudaraku,
Mari pejamkan mata. Tundukkanlah hati dan batin.
Tenggelamkan semua perasaan kita dihadapan kemuliaan dan kuasa Allah yang tak ada batasnya.
Bicaralah pada diri sendiri wahai saudaraku..
Apa yang sudah kita lakukan dalam hari-hari kemarin?
Ya Allah, Jadikanlah kebaikan amal kami itu ada pada akhir hidup kami, dan jadikanlah hari terbaik kami adalah saat kami bertemu dengan-Mu.
Maha suci Engkau ya Allah, dan dengan memujiMu, kami bersaksi tak ada Tuhan selain Engkau, kami memohon ampunan dan bertaubat kepadaMu..
Aamiin Ya Rabb..