KabarMakkah.Com - Dunia adalah ladang akhirat, Begitulah seharusnya prinsip seorang muslim dalam mengarungi kehidupan dunia yang sementara ini. Namun kebanyakan dari kita tak pernah merasa puas dengan harta yang telah kita raih di dunia ini.
Sudah memiliki 1 rumah ingin nambah lagi, sudah mempunyai 1 mobil ingin punya mobil yang lebih bagus lagi, sudah punya tanah dan harta berlimpah, sudah menjadi orang penting di pemerintahan dan seterusnya... namun tetap saja sifat keserakahan manusia tidak akan berhenti selagi nyawa masih menempel di badan.
Kita kembali pada judul diatas, baru-baru ini dikabarkan santer oleh media massa terkemuka di Indonesia, bahwa bapak mantan Direktur Utama PLN yang pernah menjabat sebagai Menteri BUMN di era SBY kini terjerat kasus korupsi dan pencucian uang.
Menurut Kepala Kejati Jakarta, Adi Toegarisman, dalam jumpa pers pada Jumat (5/6) sore. Dahlan Iskan ditetapkan sebagai tersangka dalam posisi sebagai kuasa pengguna anggaran dalam kasus dugaan korupsi pengadaan dan pembangunan gardu induk Jawa-Bali-Nusa Tenggara. Proyek ini bernilai sekitar Rp. 1,063 triliun.
Namun bukan masalah korupsi atau pencucian uang yang yang akan saya bahas disini, Melainkan bagaimana tanggapan resmi beliau setelah dinyatakan sebagai tersangka oleh pihak kejaksaan. mari kita baca bersama-sama.
Apa komentar Dahlan Iskan?
Penetapan saya sebagai tersangka ini saya terima dengan penuh tanggung jawab. Setelah ini saya akan mempelajari apa yang sebenarnya terjadi dengan proyek-proyek gardu induk tersebut karena sudah lebih dari tiga tahun saya tidak mengikuti perkembangannya.
Saya ambil tanggung jawab ini karena sebagai KPA saya memang harus tanggung jawab atas semua proyek itu. Termasuk apa pun yang dilakukan anak buah. Semua KPA harus menandatangani surat pernyataan seperti itu dan kini saya harus ambil tanggung jawab itu.
Saya juga banyak ditanya soal usulan-usulan saya untuk menerobos peraturan-peraturan yang berlaku. Saya jawab bahwa itu karena saya ingin semua proyek bisa berjalan. Saya kemukakan pada pemeriksa bahwa saya tidak tahan menghadapi keluhan rakyat atas kondisi listrik saat itu. Bahkan beberapa kali saya mengemukakan saya siap masuk penjara karena itu.
Kini ternyata saya benar-benar jadi tersangka. Saya harus menerimanya. Hanya saya harus minta maaf kepada istri saya yang dulu melarang keras saya menerima penugasan menjadi Dirut PLN karena hidup kami sudah lebih dari cukup.
Saya akan minta teman-teman direksi PLN untuk mengijinkan saya melihat dokumen-dokumen lama karena saya tidak punya satu pun dokumen PLN. (sumber: kaltengpost)
----------------------------------------------------------------------------
Dahlan Iskan menerima dengan penuh tanggung jawab dan lapang dada setelah mengetahui dirinya ditetapkan sebagai tersangka korupsi, Walaupun sebenarnya beliau tidak tahu menahu dengan apa yang terjadi dan apa yang dilakukan anak buahnya pada proyek pengadaan gardu PLN tersebut.
Dan cobalah baca baik-baik teks yang saya tebalkan diatas. Subhaanallah, Dahlan Iskan merasa telah bersalah pada istrinya karena dulu tidak mau mendengarkan peringatan dari istrinya bahwa semakin tinggi jabatan seseorang maka semakin berat pula tanggungjawab dan amanah yang harus dipikulnya.
Beginilah contoh seorang istri shalihah, Dahlan Iskan seharusnya bangga memiliki seorang istri yang mampu dan berani menegurnya di kala jabatan dan kekuasaan datang ingin bertampuk di pundaknya. Sekalipun suaminya tidaklah gila akan jabatan dan benar-benar berniat membantu rakyat Indonesia.
Aduhai.. Bukankah seorang istri shalihah adalah perhiasan dunia yang terindah?
Namun, apa yang telah terjadi tidak bisa diulang kembali, beliau harus menerima apapun konsekuensinya. Karena seorang pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas semua perbuatan anak buahnya. Walaupun sebenarnya pemimpin tersebut tidak bersalah akan tetapi pertanggungjawaban itu suatu saat pasti akan dipertanyakan, baik di dunia maupun di akhirat.
Dari kisah diatas kita bisa mengambil hikmah, bahwa tak selamanya apa yang dilakukan oleh suami itu pasti benar, pasangan suami istri bagaikan 2 orang yang sedang mengayuh perahu di lautan yang luas, 2 orang tersebut harus mengingatkan antara satu dengan lainnya agar bisa selamat dalam mengarungi kehidupan yang fana ini.
Sudah memiliki 1 rumah ingin nambah lagi, sudah mempunyai 1 mobil ingin punya mobil yang lebih bagus lagi, sudah punya tanah dan harta berlimpah, sudah menjadi orang penting di pemerintahan dan seterusnya... namun tetap saja sifat keserakahan manusia tidak akan berhenti selagi nyawa masih menempel di badan.
Kita kembali pada judul diatas, baru-baru ini dikabarkan santer oleh media massa terkemuka di Indonesia, bahwa bapak mantan Direktur Utama PLN yang pernah menjabat sebagai Menteri BUMN di era SBY kini terjerat kasus korupsi dan pencucian uang.
Dahlan Iskan - Image Of Wikipedia |
Menurut Kepala Kejati Jakarta, Adi Toegarisman, dalam jumpa pers pada Jumat (5/6) sore. Dahlan Iskan ditetapkan sebagai tersangka dalam posisi sebagai kuasa pengguna anggaran dalam kasus dugaan korupsi pengadaan dan pembangunan gardu induk Jawa-Bali-Nusa Tenggara. Proyek ini bernilai sekitar Rp. 1,063 triliun.
Namun bukan masalah korupsi atau pencucian uang yang yang akan saya bahas disini, Melainkan bagaimana tanggapan resmi beliau setelah dinyatakan sebagai tersangka oleh pihak kejaksaan. mari kita baca bersama-sama.
Apa komentar Dahlan Iskan?
Penetapan saya sebagai tersangka ini saya terima dengan penuh tanggung jawab. Setelah ini saya akan mempelajari apa yang sebenarnya terjadi dengan proyek-proyek gardu induk tersebut karena sudah lebih dari tiga tahun saya tidak mengikuti perkembangannya.
Saya ambil tanggung jawab ini karena sebagai KPA saya memang harus tanggung jawab atas semua proyek itu. Termasuk apa pun yang dilakukan anak buah. Semua KPA harus menandatangani surat pernyataan seperti itu dan kini saya harus ambil tanggung jawab itu.
Saya juga banyak ditanya soal usulan-usulan saya untuk menerobos peraturan-peraturan yang berlaku. Saya jawab bahwa itu karena saya ingin semua proyek bisa berjalan. Saya kemukakan pada pemeriksa bahwa saya tidak tahan menghadapi keluhan rakyat atas kondisi listrik saat itu. Bahkan beberapa kali saya mengemukakan saya siap masuk penjara karena itu.
Kini ternyata saya benar-benar jadi tersangka. Saya harus menerimanya. Hanya saya harus minta maaf kepada istri saya yang dulu melarang keras saya menerima penugasan menjadi Dirut PLN karena hidup kami sudah lebih dari cukup.
Saya akan minta teman-teman direksi PLN untuk mengijinkan saya melihat dokumen-dokumen lama karena saya tidak punya satu pun dokumen PLN. (sumber: kaltengpost)
----------------------------------------------------------------------------
Dahlan Iskan menerima dengan penuh tanggung jawab dan lapang dada setelah mengetahui dirinya ditetapkan sebagai tersangka korupsi, Walaupun sebenarnya beliau tidak tahu menahu dengan apa yang terjadi dan apa yang dilakukan anak buahnya pada proyek pengadaan gardu PLN tersebut.
Dan cobalah baca baik-baik teks yang saya tebalkan diatas. Subhaanallah, Dahlan Iskan merasa telah bersalah pada istrinya karena dulu tidak mau mendengarkan peringatan dari istrinya bahwa semakin tinggi jabatan seseorang maka semakin berat pula tanggungjawab dan amanah yang harus dipikulnya.
Baca Juga: Dahlan Iskan Korupsi?
Beginilah contoh seorang istri shalihah, Dahlan Iskan seharusnya bangga memiliki seorang istri yang mampu dan berani menegurnya di kala jabatan dan kekuasaan datang ingin bertampuk di pundaknya. Sekalipun suaminya tidaklah gila akan jabatan dan benar-benar berniat membantu rakyat Indonesia.
Aduhai.. Bukankah seorang istri shalihah adalah perhiasan dunia yang terindah?
Dahlan Iskan Bersama Istri, Hajah Nafsiah Sabri |
Namun, apa yang telah terjadi tidak bisa diulang kembali, beliau harus menerima apapun konsekuensinya. Karena seorang pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas semua perbuatan anak buahnya. Walaupun sebenarnya pemimpin tersebut tidak bersalah akan tetapi pertanggungjawaban itu suatu saat pasti akan dipertanyakan, baik di dunia maupun di akhirat.
Dari kisah diatas kita bisa mengambil hikmah, bahwa tak selamanya apa yang dilakukan oleh suami itu pasti benar, pasangan suami istri bagaikan 2 orang yang sedang mengayuh perahu di lautan yang luas, 2 orang tersebut harus mengingatkan antara satu dengan lainnya agar bisa selamat dalam mengarungi kehidupan yang fana ini.