KabarMakkah.Com - Menjadi tamu Allah merupakan impian bagi setiap muslim. Walaupun perintah haji tidak diwajibkan pada setiap hamba Allah atau bisa dikatakan Ibadah haji hanya diwajibkan pada hambanya yang sudah memiliki kemampuan untuk menunaikannya. Sebagaimana firman Allah SWT:
Jadi hanya orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah yang terkena kewajiban ibadah haji. Kesanggupan yang dimaksud adalah kemampuan dari segi harta dan kesehatan fisik.
Barangsiapa yang telah mempunyai kecukupan harta namun tidak menghiraukan kewajiban tersebut maka dengan ketidakpergiannya Allah tidaklah rugi. Karena Dia-lah yang Maha Kaya tidak memerlukan harta mahkluknya. Bahkan harta yang ada pada sisi mahkluk pada hakekatnya milik-Nya jua. (Lihat: Foto-Foto Haji Tempo Dulu)
Rasulullah SAW bersabda: “orang yang mengerjakan haji dan orang yang mengerjakan umrah adalah tamu Allah azza wa jalla dan para pengunjung-Nya. Jika mereka meminta kepada-Nya niscaya diberi-Nya. Jika mereka meminta ampun niscaya diterima-Nya do’a mereka. Dan jika mereka memeinta syafaat niscaya mereka diberi syafaat”.(HR Ibnu Majah).
Begitu istimewanya perlakuan yang kita dapat sebagai seorang tamu. Tidak sebagaimana manusia, ketika orang yang pernah berbuat salah terhadapnya bertamu maka akan disuguhi dengan secangkir senyum sinis dan sepiring kata-kata menyakitkan. Maka siapa yang tidak mau menjadi tamu Allah. Menjadi tamu Allah adalah kesempatan baik untuk meminta ampunan-Nya. Apalagi disana ada beberapa tempat yang mustajab.
Namun terkadang banyak ujian yang harus ditempuh para tamu Allah tersebut dalam rangka menunaikan rukun iman yang kelima ini. Ujian demi ujian yang menuntut banyak kesabaran tentunya.
Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, serta cukup lamanya waktu untuk menunggu panggilan keberangkatan menuntut dua hal dari hati orang yang hendak menunaikan kewajiban haji yakni ikhlas dan sabar. Ikhlas merelakan besarnya uang untuk dipakai di jalan Allah dan sabar untuk menunggu hingga akhirnya tiba giliran berangkat.
Bisikan syaiton tentu berkata, betapa sayang jika uang sebesar itu melayang begitu saja dipakai biaya perjalanan ditambah waktu menunggu yang lama ada kemungkinan umur tidak sampai, lebih baik uang tersebut dipakai untuk kesenangan sekarang. (Baca Juga: Menyingkap Makna Dan Hakikat Haji)
Namun seorang muslim yang teguh iman tentu tidak akan mengikuti bisikan ini. Ia sadar bahwa uang tersebut bukanlah miliknya tapi hanya titipan dari Robbnya. Dan tentunya Rabbnya akan ridho jika uang tersebut dipakai di jalanNya. Adapun lamanya waktu kita menunggu keberangatan haji tidak ada artinya dibanding banyaknya ni’mat Allah yang telah dicurahkanNya selama ini.
Lamanya jarak perjalanan walaupun ditempuh dengan pesawat yakni sekitar kurang lebih 8 jam menuntut pengorbanan fisik dan kesabaran hati. Rasa lelah yang menyergap kadang membuat seseorang kehilangan kontrol emosi.
Sedikit pemicu kekesalan membuat amarah meledak. Untuk itu kita harus selalu ingat sabda Rasulullah SAW untuk jangan marah. Dan ingat pula firman Allah yang menjanjikan surga seluas langit dan bumi bagi mereka yang dapat menahan amarah.
Sesampainya di tanah suci, padatnya lautan manusia menjadi ujian selanjutnya. Berdesak-desakkan dengan orang dari negeri sebrang yang memiliki perawakan tinggi besar saat Thawaf, sa’i dan melontar jumrah bisa memicu lisan kita untuk mengeluarkan kata-kata tidak pantas. Padahal Allah Swt berfirman:
Berdasarkan ayat tersebut seseorang yang sedang melakukan ibadah haji tidak boleh berkata rafats (jorok), berbuat maksiat dan bertengkar atau berbatah-bantahan. Jadi bersabarlah ketika kakimu terinjak, bersabarlah ketika tubuhmu yang kecil kena sikut orang dan bersabarlah ketika kamu terombang-ambing dalam mengelilingi Ka’bah. (Lihat Juga: Foto Masjidil Haram)
Bahkan bersabarlah ketika hasrat besarmu yang ingin mencium hajar aswad –dalam rangka mengikuti sunnah Nabimu- tidak tercapai. Lakukan saja lambaian tangan sebagai tanda isyarat ke arahnya. Janganlah engkau berbuat dzalim dengan menyakiti dan mendesak manusia hanya untuk menciumnya.
Ada kisah nyata yang terjadi pada ustadz yang penulis kenal yakni ketika beliau tidak berhasil mencium hajar aswad ada seorang wanita yang menghampirinya dan bertanya : “Apakah Bapak sudah berhasil mencim hajar aswad?”.
Beliau menjawab: “belum”. Wanita itu berkata: “kalau begitu, ikuti saya”. Maka beliau pun mengikuti wanita tersebut yang dengan lincahnya menyeruak memecah kerumunan orang. Dengan demikian beliau berhasil mencium hajar aswad. Sang wanita berkata: ” silahkan sekarang bapak sujud syukur”.
Beliaupun sujud syukur menghaturkan rasa terimakasih kepada Allah yang telah memberinya kesempatan mencium hajar aswad dengan perantaraan wanita tersebut.
Namun setelah selesai sujud, wanita tersebut menagih uang jasa sebesar 100 real yang jika dirupiahkan setara dengan uang sebesar Rp. 350.000;. Disanalah beliau mengurut dada, menekankan diri untuk bersabar lalu beristighfar, prihatin akan kondisi ibadah yang dijadikan ladang mencari uang oleh orang lain. (Baca juga: 7 Hotel Yang Paling Dekat Dengan Masjidil Haram)
Demikian diantara beberapa ujian yang dialami para tamu Allah. Banyak yang mengalami ujian yang lebih berat dari ustadz tadi sampai ada yang hilang selama berhari-hari karena terpisah dari rombongan sedangkan kartu identitas, alat komunikasi dan tasnya masih dipegang ketua rombongan. Dan dia baru berhasil ditemukan ketika sudah menjelang kepulangan kembali ke tanah air.
Ujian kesabaran yang sungguh berat tersesat di negeri orang tanpa kartu identitas dan uang sepeserpun. Namun kita harus ingat bahwa tiada balasan bagi haji yang mabrur kecuali surga. Amin Ya Robbal alamin.
فِيهِ آيَاتٌ بَيِّـنَاتٌ مَّقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَن دَخَلَهُ كَانَ آمِناً وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ الله غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Ali-imran : 97)
Jadi hanya orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah yang terkena kewajiban ibadah haji. Kesanggupan yang dimaksud adalah kemampuan dari segi harta dan kesehatan fisik.
Jamaah Haji Sedang Memasak Ketika Sedang Wukuf Di Arafah |
Barangsiapa yang telah mempunyai kecukupan harta namun tidak menghiraukan kewajiban tersebut maka dengan ketidakpergiannya Allah tidaklah rugi. Karena Dia-lah yang Maha Kaya tidak memerlukan harta mahkluknya. Bahkan harta yang ada pada sisi mahkluk pada hakekatnya milik-Nya jua. (Lihat: Foto-Foto Haji Tempo Dulu)
Rasulullah SAW bersabda: “orang yang mengerjakan haji dan orang yang mengerjakan umrah adalah tamu Allah azza wa jalla dan para pengunjung-Nya. Jika mereka meminta kepada-Nya niscaya diberi-Nya. Jika mereka meminta ampun niscaya diterima-Nya do’a mereka. Dan jika mereka memeinta syafaat niscaya mereka diberi syafaat”.(HR Ibnu Majah).
Begitu istimewanya perlakuan yang kita dapat sebagai seorang tamu. Tidak sebagaimana manusia, ketika orang yang pernah berbuat salah terhadapnya bertamu maka akan disuguhi dengan secangkir senyum sinis dan sepiring kata-kata menyakitkan. Maka siapa yang tidak mau menjadi tamu Allah. Menjadi tamu Allah adalah kesempatan baik untuk meminta ampunan-Nya. Apalagi disana ada beberapa tempat yang mustajab.
Namun terkadang banyak ujian yang harus ditempuh para tamu Allah tersebut dalam rangka menunaikan rukun iman yang kelima ini. Ujian demi ujian yang menuntut banyak kesabaran tentunya.
Ujian Keikhlasan dan Kesabaran Sebelum Berangkat
Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, serta cukup lamanya waktu untuk menunggu panggilan keberangkatan menuntut dua hal dari hati orang yang hendak menunaikan kewajiban haji yakni ikhlas dan sabar. Ikhlas merelakan besarnya uang untuk dipakai di jalan Allah dan sabar untuk menunggu hingga akhirnya tiba giliran berangkat.
Bisikan syaiton tentu berkata, betapa sayang jika uang sebesar itu melayang begitu saja dipakai biaya perjalanan ditambah waktu menunggu yang lama ada kemungkinan umur tidak sampai, lebih baik uang tersebut dipakai untuk kesenangan sekarang. (Baca Juga: Menyingkap Makna Dan Hakikat Haji)
Namun seorang muslim yang teguh iman tentu tidak akan mengikuti bisikan ini. Ia sadar bahwa uang tersebut bukanlah miliknya tapi hanya titipan dari Robbnya. Dan tentunya Rabbnya akan ridho jika uang tersebut dipakai di jalanNya. Adapun lamanya waktu kita menunggu keberangatan haji tidak ada artinya dibanding banyaknya ni’mat Allah yang telah dicurahkanNya selama ini.
Kesabaran Dalam Perjalanan
Lamanya jarak perjalanan walaupun ditempuh dengan pesawat yakni sekitar kurang lebih 8 jam menuntut pengorbanan fisik dan kesabaran hati. Rasa lelah yang menyergap kadang membuat seseorang kehilangan kontrol emosi.
Sedikit pemicu kekesalan membuat amarah meledak. Untuk itu kita harus selalu ingat sabda Rasulullah SAW untuk jangan marah. Dan ingat pula firman Allah yang menjanjikan surga seluas langit dan bumi bagi mereka yang dapat menahan amarah.
وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (QS: Ali Imran Ayat: 133)
Kesabaran Sesampainya di Tanah suci
Sesampainya di tanah suci, padatnya lautan manusia menjadi ujian selanjutnya. Berdesak-desakkan dengan orang dari negeri sebrang yang memiliki perawakan tinggi besar saat Thawaf, sa’i dan melontar jumrah bisa memicu lisan kita untuk mengeluarkan kata-kata tidak pantas. Padahal Allah Swt berfirman:
ٱلْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَٰتٌ ۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ ٱلْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِى ٱلْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا۟ مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ ٱللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (QS: Al-Baqarah Ayat: 197)
Suasana Depan Kabah |
Bahkan bersabarlah ketika hasrat besarmu yang ingin mencium hajar aswad –dalam rangka mengikuti sunnah Nabimu- tidak tercapai. Lakukan saja lambaian tangan sebagai tanda isyarat ke arahnya. Janganlah engkau berbuat dzalim dengan menyakiti dan mendesak manusia hanya untuk menciumnya.
Ada kisah nyata yang terjadi pada ustadz yang penulis kenal yakni ketika beliau tidak berhasil mencium hajar aswad ada seorang wanita yang menghampirinya dan bertanya : “Apakah Bapak sudah berhasil mencim hajar aswad?”.
Beliau menjawab: “belum”. Wanita itu berkata: “kalau begitu, ikuti saya”. Maka beliau pun mengikuti wanita tersebut yang dengan lincahnya menyeruak memecah kerumunan orang. Dengan demikian beliau berhasil mencium hajar aswad. Sang wanita berkata: ” silahkan sekarang bapak sujud syukur”.
Beliaupun sujud syukur menghaturkan rasa terimakasih kepada Allah yang telah memberinya kesempatan mencium hajar aswad dengan perantaraan wanita tersebut.
Namun setelah selesai sujud, wanita tersebut menagih uang jasa sebesar 100 real yang jika dirupiahkan setara dengan uang sebesar Rp. 350.000;. Disanalah beliau mengurut dada, menekankan diri untuk bersabar lalu beristighfar, prihatin akan kondisi ibadah yang dijadikan ladang mencari uang oleh orang lain. (Baca juga: 7 Hotel Yang Paling Dekat Dengan Masjidil Haram)
Demikian diantara beberapa ujian yang dialami para tamu Allah. Banyak yang mengalami ujian yang lebih berat dari ustadz tadi sampai ada yang hilang selama berhari-hari karena terpisah dari rombongan sedangkan kartu identitas, alat komunikasi dan tasnya masih dipegang ketua rombongan. Dan dia baru berhasil ditemukan ketika sudah menjelang kepulangan kembali ke tanah air.
Ujian kesabaran yang sungguh berat tersesat di negeri orang tanpa kartu identitas dan uang sepeserpun. Namun kita harus ingat bahwa tiada balasan bagi haji yang mabrur kecuali surga. Amin Ya Robbal alamin.