KabarMakkah.Com - Sudah menjadi pemandangan biasa, kaum wanita duduk-duduk bergerombol sambil asyik mengobrol. Jika kita perhatikan materi yang diobrolkan jauh dari saling menasehati akan kebaikan dan kebenaran. Kebanyakan materinya berkisar seputar keluh kesah kehidupan rumah tangga.
Obrolan nampak semakin seru ketika sudah sampai pada materi seputar kejelekan atau aib orang lain. Bagaimana islam memandang kebiasaan tersebut? Mari kita kupas masalah ini lebih dalam.
Apa itu Aib?
Aib dalam bahasa arab di sebut ma’ib. Pengertiannya menurut bahasa adalah cacat atau kekurangan. Dengan kata lain aib adalah cacat atau kekurangan yang ada pada diri seseorang yang jika diketahui orang lain, orang yang bersangkutan akan merasa malu dan rendah diri.
Larangan Allah SWT mencari-cari aib orang lain
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Al Hujurat: 12)
Berprasangka, mencari-cari keburukan orang lain lalu menggunjingkannya diperintahkan Allah agar dijauhi jika memang merasa diri sebagai hamba Allah yang beriman. Apabila perbuatan-perbuatan tersebut masih kerap dilakukan, maka pertanyakan kembali keimanan yang ada pada diri kita.
Allah sengaja menyeru dengan kalimat- يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا wahai orang-orang yang beriman. Jika kita tidak terpanggil dengan seruan ini berarti kita bukanlah orang beriman. Orang yang beriman akan segera berlomba-lomba memenuhi seruan Allah jika Allah SWT menyeru.
Perumpamaan orang yang memelihara prasangka, mencari-cari keburukan orang lain dan saling menggunjingkan satu sama lain bagaikan orang yang telah memakan daging saudaranya yang telah mati (red. Memakan bangkai manusia). Sungguh suatu perumpaan yang mengerikan. (Baca Juga: Menjaga Lisan Berbuah Syurga)
Tak terbayangkan jika benar pada kenyataannya daging bangkai saudara sendiri dimasukan ke dalam mulut kita untuk dikunyah. Tentu kita merasa jijik dan tidak akan tahan. Maka dari itu berpikirlah dua kali sebelum menceritakan aib orang lain dan ingatlah akan hal ini.
Ancaman Allah SWT bagi para penyebar aib
Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
“Sesungguhnya orang-orang yang sangat menyukai agar tersiar berita keji itu di kalangan orang-orang beriman, bagi mereka siksaan yang pedih di dunia dan di akherat. Dan Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui" (An-Nur: 19)
Menyebarluaskan berita keji mengenai keburukan orang lain padahal hal tersebut belum tentu benar adanya dilarang keras oleh Allah SWT. Dan kalaupun berita itu benar, seorang muslim yang baik harusnya menutupi aib saudara seimannya.
Di dalam sebuah hadis riwayat Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda:
Bagi orang yang malah menyukai menyebarluaskan aib orang lain disediakan siksaan di dunia dan akhirat. Diantara siksaan yang diperolehnya di dunia yakni dengan hilangnya kepercayaan orang lain terhadap dirinya yang tidak bisa menyimpan rahasia aib sesama. Lebih lanjut akan timbul kebencian dari orang yang disebarluaskan aibnya sehingga jika suatu saat dia membutuhkan bantuan, orang tersebut tentu tidak akan menolong. Sedangkan siksaan di akherat telah disediakan berupa azab yang sangat pedih baginya. Naudzu billahi min dzalika.(Baca Juga: Fitnah Akhir Zaman)
Semoga dengan artikel ini dapat merubah kebiasaan buruk ini terutama yang kerap kali dilakukan oleh kaum hawa. Alangkah ;ebih baik jika seorang ibu rumah tangga berusaha untuk memperdalam ilmu agama supaya diajarkan kembali pada anak-anaknya demi lahirnya generasi islam yang cemerlang. Amin Ya Robbal Alamin.
Obrolan nampak semakin seru ketika sudah sampai pada materi seputar kejelekan atau aib orang lain. Bagaimana islam memandang kebiasaan tersebut? Mari kita kupas masalah ini lebih dalam.
Apa itu Aib?
Aib dalam bahasa arab di sebut ma’ib. Pengertiannya menurut bahasa adalah cacat atau kekurangan. Dengan kata lain aib adalah cacat atau kekurangan yang ada pada diri seseorang yang jika diketahui orang lain, orang yang bersangkutan akan merasa malu dan rendah diri.
Larangan Allah SWT mencari-cari aib orang lain
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Al Hujurat: 12)
Berprasangka, mencari-cari keburukan orang lain lalu menggunjingkannya diperintahkan Allah agar dijauhi jika memang merasa diri sebagai hamba Allah yang beriman. Apabila perbuatan-perbuatan tersebut masih kerap dilakukan, maka pertanyakan kembali keimanan yang ada pada diri kita.
Allah sengaja menyeru dengan kalimat- يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا wahai orang-orang yang beriman. Jika kita tidak terpanggil dengan seruan ini berarti kita bukanlah orang beriman. Orang yang beriman akan segera berlomba-lomba memenuhi seruan Allah jika Allah SWT menyeru.
Perumpamaan Orang Yang Suka Ghibah Adalah Seperti Memakan Bangkai Saudara Sendiri |
Perumpamaan orang yang memelihara prasangka, mencari-cari keburukan orang lain dan saling menggunjingkan satu sama lain bagaikan orang yang telah memakan daging saudaranya yang telah mati (red. Memakan bangkai manusia). Sungguh suatu perumpaan yang mengerikan. (Baca Juga: Menjaga Lisan Berbuah Syurga)
Tak terbayangkan jika benar pada kenyataannya daging bangkai saudara sendiri dimasukan ke dalam mulut kita untuk dikunyah. Tentu kita merasa jijik dan tidak akan tahan. Maka dari itu berpikirlah dua kali sebelum menceritakan aib orang lain dan ingatlah akan hal ini.
Ancaman Allah SWT bagi para penyebar aib
Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
إِنَّ الَّذينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشيعَ الْفاحِشَةُ فِي الَّذينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذابٌ أَليمٌ فِي الدُّنْيا وَ الْآخِرَةِ وَ اللهُ يَعْلَمُ وَ أَنْتُمْ لا تَعْلَمُون
“Sesungguhnya orang-orang yang sangat menyukai agar tersiar berita keji itu di kalangan orang-orang beriman, bagi mereka siksaan yang pedih di dunia dan di akherat. Dan Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui" (An-Nur: 19)
Menyebarluaskan berita keji mengenai keburukan orang lain padahal hal tersebut belum tentu benar adanya dilarang keras oleh Allah SWT. Dan kalaupun berita itu benar, seorang muslim yang baik harusnya menutupi aib saudara seimannya.
Di dalam sebuah hadis riwayat Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda:
لاَ يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْداً في الدُّنْيَا إلاَّ سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ القِيَامَةِ
“Tidaklah seorang hamba menutupi (aib) seorang hamba (yang lain) di dunia melainkan Allah akan menutupi (aib)nya di hari kiamat.” [HR Muslim]
Bagi orang yang malah menyukai menyebarluaskan aib orang lain disediakan siksaan di dunia dan akhirat. Diantara siksaan yang diperolehnya di dunia yakni dengan hilangnya kepercayaan orang lain terhadap dirinya yang tidak bisa menyimpan rahasia aib sesama. Lebih lanjut akan timbul kebencian dari orang yang disebarluaskan aibnya sehingga jika suatu saat dia membutuhkan bantuan, orang tersebut tentu tidak akan menolong. Sedangkan siksaan di akherat telah disediakan berupa azab yang sangat pedih baginya. Naudzu billahi min dzalika.(Baca Juga: Fitnah Akhir Zaman)
Semoga dengan artikel ini dapat merubah kebiasaan buruk ini terutama yang kerap kali dilakukan oleh kaum hawa. Alangkah ;ebih baik jika seorang ibu rumah tangga berusaha untuk memperdalam ilmu agama supaya diajarkan kembali pada anak-anaknya demi lahirnya generasi islam yang cemerlang. Amin Ya Robbal Alamin.