KabarMakkah.Com - Dalam sebuah kitab fenomenal tentang dunia tasawuf, Ihya Ulumuddin, Imam Al Ghozali bercerita tentang 2 nelayan yang pergi memancing ikan. Mereka sama- sama sudah berdiri di pinggir sungai, kedua nelayan itu masing-masing melemparkan alat pancingnya ke sungai. Sebelum melemparkan mata kail pancingnya nelayan pertama berdo’a:
Semenjak itu, terlihat lama dia menunggu dan tidak ada satu ekor ikan pun mau memakan umpannya. ikan–ikan di dalam sungai itu seperti menjauh semua darinya. Adapun nelayan kedua saat melempar umpannya dia berdo’a :
Semenjak kail nelayan kedua menyentuh air, maka seketika itu juga ikan – ikan saling berebutan memakan umpannya. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, wadah yang dibawanya dari rumah telah penuh dengan ikan hasil tangkapannya. Dengan penuh keheranan nelayan pertama berkata :
Nelayan Pertama : "Apa yang terjadi? Semenjak aku lemparkan kailku, tidak ada satu ikanpun yang memakannya .
Nelayan Kedua : "Apa yang kamu baca sebelumnya?"
Nelayan Pertama : "Aku membaca doa, Bismillah, dengan menyebut nama Allah aku memancing"
Nelayan Kedua : "Hmm, mungkin karena do’amu itu engkau tidak dapat ikan satu ekorpun. Adapun diriku, aku membaca do’a Bismis Syaithan, atas nama setan aku memancing. Maka aku kemudian mendapatkan banyak ikan karenanya"
Untuk sekedar mendapatkan banyak harta dunia, banyak jalannya. Baik dengan cara yang jujur ataupun tidak. Dengan cara yang baik ataupun tidak. Kisah diatas menggambarkan ternyata cara yang baik belum tentu menghasilkan rejeki yang banyak. Sebaliknya, cara yang buruk dalam mencari nafkah itu ‘terkadang’ malah menghasilkan rejeki yang melimpah ruah. Yang demikian ini tidak perlu di isykali , karena sesungguhnya Allah Ta’ala Dzat yang membagi rejeki mempunyai ‘maksud-maksud’ tersembunyi serta hikmah – hikmah yang tidak kasat mata .
Di riwayatkan ada dua malaikat saling bertemu . Berkatalah salah satunya :
Malaikat Pertama : “Engkau dari mana ? “
Malaikat Kedua : “Aku diutus Tuhanku untuk memudahkan seorang kafir yang lalim untuk mendapatkan minyak zait sebagai rejekinya."
Malaikat Pertama : “Adapun diriku, Tuhan telah memerintahkan aku untuk menjauhkan seorang hamba_Nya yang saleh dari minyak zait yang jadi rejekinya . “
Malaikat Pertama : "Mengapa demikian?"
Malaikat Kedua : "Karena Fulan yang Kafir itu banyak melakukan amal-amal kebaikan dan Allah telah membalasnya di dunia. Tetapi tinggal satu buah kebaikan yang belum Allah balas. Maka Allah inginkan satu kebaikan itu dibalas saat itu juga di dunia dengan jalan ia dimudahkan dalam mendapatkan sesuatu (yakni rejekinya yang berupa minyak zait) sehingga di akhirat kelak tak ada lagi tersisa satu buah kebaikanpun di dalam dirinya.
Malaikat Pertama : "Adapun Fulan yang saleh tersebut sesungguhnya dia mempunyai banyak derajat kemuliaan nanti di surga. Tetapi tersisa satu derajat kemuliaan di surga yang belum bisa menjadi miliknya. Maka Allah kemudian mempersulit satu urusan dirinya di dunia [ yakni rejekinya yang berupa minyak zait tersebut ] sehingga ketika ia menghadap Allah kelak di Akhirat Allah mengganti kesulitan tersebut dengan satu derajat kemuliaan surga yang tersisa, menyebabkan dia menduduki derajat surganya yang tertinggi .
Dengan demikian, Marilah kita merenungkan di jaman sekarang ini banyak kita lihat banyak para pejabat pemerintah atau pengusaha-pengusaha sukses yang semakin hari semakin kaya raya yang hartanya diperoleh dengan cara yang tidak halal seperti menipu, mengakali atau membohongi dan menjatuhkan kawan dan lawannya, bukan berarti Allah meridoi segala macam yang mereka perbuat, tapi itu merupakan ISTIDRAJ yang mana Allah menyempurnakan perolehan rejekinya yang Haram sehingga di akhirat kelak tak ada lagi tersisa satu buah kebaikanpun di dalam dirinya, Naudzubillah Min dzalik.
Sumber : DR Muhajir Madad Salim, Mkub Dosen UMI
Rewriter: Sarkub.Com
Kisah Hikmah Memancing |
Nelayan Pertama : "Bismillah, dengan nama Allah aku memancing …"
Semenjak itu, terlihat lama dia menunggu dan tidak ada satu ekor ikan pun mau memakan umpannya. ikan–ikan di dalam sungai itu seperti menjauh semua darinya. Adapun nelayan kedua saat melempar umpannya dia berdo’a :
Nelayan Kedua : "Bismis syaithan , dengan nama setan aku memancing …"
Semenjak kail nelayan kedua menyentuh air, maka seketika itu juga ikan – ikan saling berebutan memakan umpannya. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, wadah yang dibawanya dari rumah telah penuh dengan ikan hasil tangkapannya. Dengan penuh keheranan nelayan pertama berkata :
Nelayan Pertama : "Apa yang terjadi? Semenjak aku lemparkan kailku, tidak ada satu ikanpun yang memakannya .
Nelayan Kedua : "Apa yang kamu baca sebelumnya?"
Nelayan Pertama : "Aku membaca doa, Bismillah, dengan menyebut nama Allah aku memancing"
Nelayan Kedua : "Hmm, mungkin karena do’amu itu engkau tidak dapat ikan satu ekorpun. Adapun diriku, aku membaca do’a Bismis Syaithan, atas nama setan aku memancing. Maka aku kemudian mendapatkan banyak ikan karenanya"
Untuk sekedar mendapatkan banyak harta dunia, banyak jalannya. Baik dengan cara yang jujur ataupun tidak. Dengan cara yang baik ataupun tidak. Kisah diatas menggambarkan ternyata cara yang baik belum tentu menghasilkan rejeki yang banyak. Sebaliknya, cara yang buruk dalam mencari nafkah itu ‘terkadang’ malah menghasilkan rejeki yang melimpah ruah. Yang demikian ini tidak perlu di isykali , karena sesungguhnya Allah Ta’ala Dzat yang membagi rejeki mempunyai ‘maksud-maksud’ tersembunyi serta hikmah – hikmah yang tidak kasat mata .
Di riwayatkan ada dua malaikat saling bertemu . Berkatalah salah satunya :
Malaikat Pertama : “Engkau dari mana ? “
Malaikat Kedua : “Aku diutus Tuhanku untuk memudahkan seorang kafir yang lalim untuk mendapatkan minyak zait sebagai rejekinya."
Malaikat Pertama : “Adapun diriku, Tuhan telah memerintahkan aku untuk menjauhkan seorang hamba_Nya yang saleh dari minyak zait yang jadi rejekinya . “
Malaikat Pertama : "Mengapa demikian?"
Malaikat Kedua : "Karena Fulan yang Kafir itu banyak melakukan amal-amal kebaikan dan Allah telah membalasnya di dunia. Tetapi tinggal satu buah kebaikan yang belum Allah balas. Maka Allah inginkan satu kebaikan itu dibalas saat itu juga di dunia dengan jalan ia dimudahkan dalam mendapatkan sesuatu (yakni rejekinya yang berupa minyak zait) sehingga di akhirat kelak tak ada lagi tersisa satu buah kebaikanpun di dalam dirinya.
Malaikat Pertama : "Adapun Fulan yang saleh tersebut sesungguhnya dia mempunyai banyak derajat kemuliaan nanti di surga. Tetapi tersisa satu derajat kemuliaan di surga yang belum bisa menjadi miliknya. Maka Allah kemudian mempersulit satu urusan dirinya di dunia [ yakni rejekinya yang berupa minyak zait tersebut ] sehingga ketika ia menghadap Allah kelak di Akhirat Allah mengganti kesulitan tersebut dengan satu derajat kemuliaan surga yang tersisa, menyebabkan dia menduduki derajat surganya yang tertinggi .
Dengan demikian, Marilah kita merenungkan di jaman sekarang ini banyak kita lihat banyak para pejabat pemerintah atau pengusaha-pengusaha sukses yang semakin hari semakin kaya raya yang hartanya diperoleh dengan cara yang tidak halal seperti menipu, mengakali atau membohongi dan menjatuhkan kawan dan lawannya, bukan berarti Allah meridoi segala macam yang mereka perbuat, tapi itu merupakan ISTIDRAJ yang mana Allah menyempurnakan perolehan rejekinya yang Haram sehingga di akhirat kelak tak ada lagi tersisa satu buah kebaikanpun di dalam dirinya, Naudzubillah Min dzalik.
Sumber : DR Muhajir Madad Salim, Mkub Dosen UMI
Rewriter: Sarkub.Com