KabarMakkah.Com - Saat ini banyak fitnah dan berita bohong berseliweran. Tak jarang berita itu disebarkan oleh media raksasa indonesia. Padahal fitnah dan bohong itu ciri munafik. Dan jika kita menyebar dusta juga, khawatirnya kita ikut berdosa. Oleh sebab itu ada baiknya kita mengkaji ajaran Islam bagaimana kita bisa mendapat berita yang benar sehingga tidak sampai mendzalimi satu kaum.
Baru-baru ini indonesia dihebohkan dengan sebuah video yang di upload di youtube berjudul "Ancaman Wahabi terhadap Polisi, TNI dan Densus 88, Banser" dan banyak media raksasa indonesia (tak perlu saya sebutkan) yang mengeksposnya tanpa menganalisa dulu sebuah kejadian sebelum mempostingkan sebuah kabar.
Melihat judulnya saja saya hanya tertawa dalam hati, kok ya bisa-bisanya banyak yang emosi setelah melihat video ancaman tersebut. bahkan komentar di laman youtubenya sendiri mencapai ribuan. sebagai pengetahuan saja, Wahabi kalau mau nyerang mah kagak usah ngancam bro... Lha wong TKW indonesia yang mau dihukum qishos aja langsung dibabat lehernya tanpa konfirm ke pemerintah indonesia.
Seharusnya media raksasa yang menyebarkan berita ini paham betul tentang apa dan bagaimana isi suatu postingan yang akan diterbitkan. apakah sesuai dengan fakta dan realita atau tidak? atau kabar angin ini hanya sekedar ingin memancing dalam air keruh?
Dibawah ini adalah Video "Ancaman Wahabi terhadap Polisi, TNI dan Densus 88, Banser" yang bikin heboh indonesia:
Adakalanya sebelum membuat sesuatu postingan hendaknya harus mengetahui betul, apakah benar Wahabi adalah ISIS? Apakah Mufti dan raja Saudi mendukung ISIS? Siapakah yang mengambil keuntungan dari konflik syria? Sebenarnya yang harus bertanggung jawab atas konflik suriah, Wahabi atau Syiah? Saya tidak akan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tadi, tapi saya akan memberikan beberapa tips yang mungkin berguna bagi pembaca agar tidak kabur dan gagal paham dalam memahami suatu permasalahan.
1. Tabayyun ke Pihak yang Dituduh / Difitnah
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. ” [Al Hujuraat 6]
2. Cover Both Sides of a Story
Tanyakan informasi dari kedua-belah pihak. Seandainya ada pihak A bilang si B itu begini, kita jangan percaya begitu saja. Tabayyun ke B apa dia benar dia begitu. Dengan menerima informasi dari 2 pihak yang bertikai, baru kita bisa menimbang dengan adil siapa yang benar.
Bila dua orang yang bersengketa menghadap kamu, janganlah kamu berbicara sampai kamu mendengarkan seluruh keterangan dari orang kedua sebagaimana kamu mendengarkan keterangan dari orang pertama. (HR. Ahmad)
Jangan cuma menerima informasi dari 1 sisi saja misalnya dari kelompok kita saja, sementara dari kelompok lain kita anggap tidak benar, munafik musuh Islam, dsb. Ini sudah bertentangan dengan hadits Nabi di atas dan sudah ‘Ashobiyyah / Fanatisme Golongan.
Bukan termasuk umatku siapa saja yang menyeru orang pada ‘ashabiyah (HR Abu Dawud).
“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar Ruum:32]
Kalau sudah fanatik seperti itu, mereka menganggap pemimpinnya seperti Tuhan yang tidak pernah salah. Bahkan mematuhi perintah pemimpinnya meski bertentangan dengan perintah Allah dan RasulNya.
3. Bersikap Adil
Tak jarang karena kita benci pada satu kaum, akhirnya kita menganggap kaum tersebut pasti pendusta, pasti jahat, dsb. Padahal kita tetap harus adil meski kita benci mereka. Ingat, di setiap kelompok biasanya ada yang jahat dan ada pula yang baik. Harusnya kita tetap adil meski terhadap kaum yang kita benci:
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Al Maa-idah:8]
Janganlah hendaknya seorang hakim mengadili antara dua orang dalam keadaan marah. (HR. Muslim)
4. Dapatkan Berita dari Sebanyak Mungkin Sumber
Boleh dibilang tak ada Media yang netral 100%. Umumnya mereka membawa kepentingan kelompok mereka. Oleh karena itu kita harus mendapat berita dari berbagai sumber. Harus dari berbagai pihak. Sebab meski ada 10 media, tapi kalau masih dari 1 kelompok, sama juga bohong.
Jika ada Media yang sering melontarkan Fitnah dan Dusta, lebih baik diblack-list saja. Cari alternatif lain yang lebih dipercaya.
Semakin banyak sumber, satu Hadits makin dipercaya karena dianggap Mutawattir. Apalagi kalau isinya sohih. Berita pun demikian. Berita Mutawattir lebih kuat daripada Berita Ahad.
Iqro'! Bacalah Jangan menutup mata kita dari Media hanya karena mereka ingin mencuci-otak kita… Itulah cara mendapat berita yang benar.
Jika 1 berita hanya memuat informasi dari 1 pihak saja, sementara pihak yang dituduh melakukan kejahatan sama sekali tidak diwawancarai, apalagi ternyata beritanya meski ada di beberapa Media (apalagi Media Online Abal-abal) cuma di jaringan kelompok / aliran yang sama dan tidak ditemukan di Media Massa Nasional dan Internasional (walaupun yang skala nasional dan internasional pun masih bisa "dibeli") meski Media tersebut memakai label “Islam”, kemungkinan besar isinya cuma fitnah kesana kemari. Apalagi jika menyangkut politik yang berkaitan dengan kepentingan kelompoknya. Jadi harus cermat dan hati-hati.
–akhir kutipan
Semoga bermanfaat. Kecerdasan menyaring informasi tidak hanya berkaitan dengan urusan ‘mereka’, tapi juga urusan kita rakyat Indonesia yang sangat rentan dipecah belah oleh para penguasa yang bekerja sama dengan kekuatan asing. Syeikh sudais itu juga Wahabi.. beliau sering berkunjung ke indonesia. nah kalau beliau datang ke indonesia bisa-bisa ditikam tuh sama orang "awam" yang fanatik NU atau banser. jadi hati-hati jika menyebarkan sebuah informasi yang hanya ingin memancing di air keruh.
Baru-baru ini indonesia dihebohkan dengan sebuah video yang di upload di youtube berjudul "Ancaman Wahabi terhadap Polisi, TNI dan Densus 88, Banser" dan banyak media raksasa indonesia (tak perlu saya sebutkan) yang mengeksposnya tanpa menganalisa dulu sebuah kejadian sebelum mempostingkan sebuah kabar.
Melihat judulnya saja saya hanya tertawa dalam hati, kok ya bisa-bisanya banyak yang emosi setelah melihat video ancaman tersebut. bahkan komentar di laman youtubenya sendiri mencapai ribuan. sebagai pengetahuan saja, Wahabi kalau mau nyerang mah kagak usah ngancam bro... Lha wong TKW indonesia yang mau dihukum qishos aja langsung dibabat lehernya tanpa konfirm ke pemerintah indonesia.
Video Ancaman Wahabi |
Seharusnya media raksasa yang menyebarkan berita ini paham betul tentang apa dan bagaimana isi suatu postingan yang akan diterbitkan. apakah sesuai dengan fakta dan realita atau tidak? atau kabar angin ini hanya sekedar ingin memancing dalam air keruh?
Lihat Juga: Video Eksekusi ISIS Terbaru
Dibawah ini adalah Video "Ancaman Wahabi terhadap Polisi, TNI dan Densus 88, Banser" yang bikin heboh indonesia:
Adakalanya sebelum membuat sesuatu postingan hendaknya harus mengetahui betul, apakah benar Wahabi adalah ISIS? Apakah Mufti dan raja Saudi mendukung ISIS? Siapakah yang mengambil keuntungan dari konflik syria? Sebenarnya yang harus bertanggung jawab atas konflik suriah, Wahabi atau Syiah? Saya tidak akan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tadi, tapi saya akan memberikan beberapa tips yang mungkin berguna bagi pembaca agar tidak kabur dan gagal paham dalam memahami suatu permasalahan.
1. Tabayyun ke Pihak yang Dituduh / Difitnah
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. ” [Al Hujuraat 6]
2. Cover Both Sides of a Story
Tanyakan informasi dari kedua-belah pihak. Seandainya ada pihak A bilang si B itu begini, kita jangan percaya begitu saja. Tabayyun ke B apa dia benar dia begitu. Dengan menerima informasi dari 2 pihak yang bertikai, baru kita bisa menimbang dengan adil siapa yang benar.
Bila dua orang yang bersengketa menghadap kamu, janganlah kamu berbicara sampai kamu mendengarkan seluruh keterangan dari orang kedua sebagaimana kamu mendengarkan keterangan dari orang pertama. (HR. Ahmad)
Jangan cuma menerima informasi dari 1 sisi saja misalnya dari kelompok kita saja, sementara dari kelompok lain kita anggap tidak benar, munafik musuh Islam, dsb. Ini sudah bertentangan dengan hadits Nabi di atas dan sudah ‘Ashobiyyah / Fanatisme Golongan.
Bukan termasuk umatku siapa saja yang menyeru orang pada ‘ashabiyah (HR Abu Dawud).
“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar Ruum:32]
Kalau sudah fanatik seperti itu, mereka menganggap pemimpinnya seperti Tuhan yang tidak pernah salah. Bahkan mematuhi perintah pemimpinnya meski bertentangan dengan perintah Allah dan RasulNya.
3. Bersikap Adil
Tak jarang karena kita benci pada satu kaum, akhirnya kita menganggap kaum tersebut pasti pendusta, pasti jahat, dsb. Padahal kita tetap harus adil meski kita benci mereka. Ingat, di setiap kelompok biasanya ada yang jahat dan ada pula yang baik. Harusnya kita tetap adil meski terhadap kaum yang kita benci:
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Al Maa-idah:8]
Janganlah hendaknya seorang hakim mengadili antara dua orang dalam keadaan marah. (HR. Muslim)
4. Dapatkan Berita dari Sebanyak Mungkin Sumber
Boleh dibilang tak ada Media yang netral 100%. Umumnya mereka membawa kepentingan kelompok mereka. Oleh karena itu kita harus mendapat berita dari berbagai sumber. Harus dari berbagai pihak. Sebab meski ada 10 media, tapi kalau masih dari 1 kelompok, sama juga bohong.
Jika ada Media yang sering melontarkan Fitnah dan Dusta, lebih baik diblack-list saja. Cari alternatif lain yang lebih dipercaya.
Semakin banyak sumber, satu Hadits makin dipercaya karena dianggap Mutawattir. Apalagi kalau isinya sohih. Berita pun demikian. Berita Mutawattir lebih kuat daripada Berita Ahad.
Iqro'! Bacalah Jangan menutup mata kita dari Media hanya karena mereka ingin mencuci-otak kita… Itulah cara mendapat berita yang benar.
Jika 1 berita hanya memuat informasi dari 1 pihak saja, sementara pihak yang dituduh melakukan kejahatan sama sekali tidak diwawancarai, apalagi ternyata beritanya meski ada di beberapa Media (apalagi Media Online Abal-abal) cuma di jaringan kelompok / aliran yang sama dan tidak ditemukan di Media Massa Nasional dan Internasional (walaupun yang skala nasional dan internasional pun masih bisa "dibeli") meski Media tersebut memakai label “Islam”, kemungkinan besar isinya cuma fitnah kesana kemari. Apalagi jika menyangkut politik yang berkaitan dengan kepentingan kelompoknya. Jadi harus cermat dan hati-hati.
–akhir kutipan
Semoga bermanfaat. Kecerdasan menyaring informasi tidak hanya berkaitan dengan urusan ‘mereka’, tapi juga urusan kita rakyat Indonesia yang sangat rentan dipecah belah oleh para penguasa yang bekerja sama dengan kekuatan asing. Syeikh sudais itu juga Wahabi.. beliau sering berkunjung ke indonesia. nah kalau beliau datang ke indonesia bisa-bisa ditikam tuh sama orang "awam" yang fanatik NU atau banser. jadi hati-hati jika menyebarkan sebuah informasi yang hanya ingin memancing di air keruh.