Di tengah-tengah pelaksanaan ibadah haji yang penuh keseriusan, ternyata cukup banyak kisah lucu. Beberapa di antaranya diungkapkan oleh Wakil Amirul Haj, KH Hasyim Muzadi, saat mengenang pengalamannya mendampingi jemaah asal Jawa Timur.
Mereka kebanyakan berasal dari kampung-kampung, lugu-lugu, dan baru keluar negeri untuk pertama kalinya. Ibaratnya, mereka tembak langsung ke Mekah dari desanya. Persoalannya adalah sejak di pesawat banyak jemaah yang tidak paham bagaimana menggunakan toilet. Toilet di pesawat menjadi bau karena jemaah ada yang pipis di lantai kamar mandi. Ada juga yang buang air besar tidak disiram karena tidak tahu cara menekan tombol penggelontornya.
Begitu juga yang terjadi di pemondokan. Hasyim menemukan ada bau pesing di wastafel tempat cuci tangan dan cuci muka sehingga bisa dipastikan ada yang pipis di situ. Jemaah yang ditanya tidak ada yang mau mengaku. Lalu ia mengumpulkan jemaahnya untuk mencari tahu siapa yang kencing tidak pada tempatnya itu.
Namun agar tidak ada yang curiga, Hasyim berpura-pura meminta pendapat jemaah soal kondisi kamar mandi di pemondokan mereka. “Apakah tempat kencing di pemondokan ini sudah baik?” tanya Hasyim memancing. Seorang kakek menjawab dengan lugunya, “Sebenarnya yang sekarang sudah baik Pak Kyai, cuma terlalu tinggi. Tadi pagi saya kencing susah, karena ketinggian saya bawa kursi ke kamar mandi.” Maka tahulah Hasyim siapa oknum jemaah yang kencing di wastafel.
Cerita lucu lain dari mantan Ketua PB NU ini adalah saat dia mengobrol dengan jemaah bernama Saleh yang akan berangkat haji untuk kali ketiga. “Apakah sekarang ini Pak Saleh hajinya haji ifrad atau haji tamattu?” tanya Hasyim. “Bukan dua-duanya kyai. Saya tetap Haji Saleh. Nggak pernah ganti nama,” jawab Saleh yang tidak mengerti apa itu haji ifrad atau haji tamattu'. Haji ifrad adalah mereka yang langsung mengambil haji termasuk wukuf dan melempar jumrah tanpa umroh terlebih dahulu. Sebaliknya, haji tamattu adalah mereka yang melakukan umroh baru kemudian mengambil hajinya.
Kisah lucu lain ditemui langsung oleh wartawan saat bersama Kepala Informasi dan Humas Kemenag Zubaidi meninjau kelompok jemaah haji asal Grobogan yang terkena musibah akibat bus yang ditumpangi menabrak pembatas jalan. Salah satu korban yang menderita luka parah adalah Sukirno, 84. Kaki kanannya patah sehingga harus dioperasi dan dipasang alat penyambung tulang.
Ketika kami menengok di kamarnya, Sukirno tergolek di tempat tidur meski kondisinya sudah jauh lebih baik. Oleh karena tidak bisa jalan, Sukirno tidak bisa banyak beribadah seperti salat di Masjidil Haram seperti teman-temannya. Ia hanya bisa beraktivitas di seputar kamar saja. “Pak Kirno itu haji ‘tamatu,’ tangi, mangan, turu. Kerjaannya cuma bangun, makan dan tidur saja,” kata teman sekamar Sukirno.
Pengalaman unik dan lucu tidak hanya dialami jemaah, tapi juga oleh petugas haji termasuk wartawan. Seorang wartawan yang bertugas di Media Center Haji (MCH), sebut saja namanya Haji Warta, percaya betul akan hukum karma dan keajaiban-keajaiban yang bisa dialami oleh jemaah saat menjalankan ibadah haji. Misalnya saja, kalau di Indonesia dia seorang yang murah hati suka bagi-bagi rejeki, maka di Tanah Suci tiba-tiba banyak orang tak dikenal kasih-kasih dia apa saja, dari mulai sekedar makanan, cenderamata sampai uang riyal.
Ada juga wartawan yang sombong karena sudah sering ke luar negeri lalu menganggap enteng bisa pulang sendiri dari Masjidil Haram ke pemondokannya. “Eh, dia ternyata tersesat. Biasanya wartawan memberitakan jemaah yang tersesat, ternyata wartawannya sendiri tersesat,” kata Haji Warta.
Khusus hukum karma yang dia alami sendiri, Haji Warta menceritakan pengalamannya. Ia mengaku doyan kentut. Kalau sudah mau buang gas, dia tidak bisa menahan diri. Haji Warta bisa kentut di mana saja, kapan saja, dan bagi siapa saja seperti iklan minuman kaleng. Di ruang kerja kentut, saat rapat kentut, bahkan di lift dia mengaku sering kentutin orang. “Tahu nggak pak? Di Tanah Suci saya dibalas dikentutin orang melulu,” cerita Haji Warta.
Ia mengatakan baru saja dikentutin jemaah haji berkulit hitam berbadan tinggi dan besar. Saat habis tawaf dan sedang berjalan meninggalkan Masjidil Haram, tiba-tiba seorang jemaah haji asal Afrika bergegas melewatinya. Begitu terlewati dan berada persis di depan Haji Warta, si Afika berhenti sebentar dan “brutttt….” buang gas persis ke muka Haji Warta. “Celakanya, habis kentut begitu, dia menengok ke saya dan tersenyum-senyum. Habis itu, dia jalan begitu saja,” kisahnya. (solopos)
Mereka kebanyakan berasal dari kampung-kampung, lugu-lugu, dan baru keluar negeri untuk pertama kalinya. Ibaratnya, mereka tembak langsung ke Mekah dari desanya. Persoalannya adalah sejak di pesawat banyak jemaah yang tidak paham bagaimana menggunakan toilet. Toilet di pesawat menjadi bau karena jemaah ada yang pipis di lantai kamar mandi. Ada juga yang buang air besar tidak disiram karena tidak tahu cara menekan tombol penggelontornya.
Begitu juga yang terjadi di pemondokan. Hasyim menemukan ada bau pesing di wastafel tempat cuci tangan dan cuci muka sehingga bisa dipastikan ada yang pipis di situ. Jemaah yang ditanya tidak ada yang mau mengaku. Lalu ia mengumpulkan jemaahnya untuk mencari tahu siapa yang kencing tidak pada tempatnya itu.
Namun agar tidak ada yang curiga, Hasyim berpura-pura meminta pendapat jemaah soal kondisi kamar mandi di pemondokan mereka. “Apakah tempat kencing di pemondokan ini sudah baik?” tanya Hasyim memancing. Seorang kakek menjawab dengan lugunya, “Sebenarnya yang sekarang sudah baik Pak Kyai, cuma terlalu tinggi. Tadi pagi saya kencing susah, karena ketinggian saya bawa kursi ke kamar mandi.” Maka tahulah Hasyim siapa oknum jemaah yang kencing di wastafel.
Cerita lucu lain dari mantan Ketua PB NU ini adalah saat dia mengobrol dengan jemaah bernama Saleh yang akan berangkat haji untuk kali ketiga. “Apakah sekarang ini Pak Saleh hajinya haji ifrad atau haji tamattu?” tanya Hasyim. “Bukan dua-duanya kyai. Saya tetap Haji Saleh. Nggak pernah ganti nama,” jawab Saleh yang tidak mengerti apa itu haji ifrad atau haji tamattu'. Haji ifrad adalah mereka yang langsung mengambil haji termasuk wukuf dan melempar jumrah tanpa umroh terlebih dahulu. Sebaliknya, haji tamattu adalah mereka yang melakukan umroh baru kemudian mengambil hajinya.
Kisah lucu lain ditemui langsung oleh wartawan saat bersama Kepala Informasi dan Humas Kemenag Zubaidi meninjau kelompok jemaah haji asal Grobogan yang terkena musibah akibat bus yang ditumpangi menabrak pembatas jalan. Salah satu korban yang menderita luka parah adalah Sukirno, 84. Kaki kanannya patah sehingga harus dioperasi dan dipasang alat penyambung tulang.
Ketika kami menengok di kamarnya, Sukirno tergolek di tempat tidur meski kondisinya sudah jauh lebih baik. Oleh karena tidak bisa jalan, Sukirno tidak bisa banyak beribadah seperti salat di Masjidil Haram seperti teman-temannya. Ia hanya bisa beraktivitas di seputar kamar saja. “Pak Kirno itu haji ‘tamatu,’ tangi, mangan, turu. Kerjaannya cuma bangun, makan dan tidur saja,” kata teman sekamar Sukirno.
Pengalaman unik dan lucu tidak hanya dialami jemaah, tapi juga oleh petugas haji termasuk wartawan. Seorang wartawan yang bertugas di Media Center Haji (MCH), sebut saja namanya Haji Warta, percaya betul akan hukum karma dan keajaiban-keajaiban yang bisa dialami oleh jemaah saat menjalankan ibadah haji. Misalnya saja, kalau di Indonesia dia seorang yang murah hati suka bagi-bagi rejeki, maka di Tanah Suci tiba-tiba banyak orang tak dikenal kasih-kasih dia apa saja, dari mulai sekedar makanan, cenderamata sampai uang riyal.
Ada juga wartawan yang sombong karena sudah sering ke luar negeri lalu menganggap enteng bisa pulang sendiri dari Masjidil Haram ke pemondokannya. “Eh, dia ternyata tersesat. Biasanya wartawan memberitakan jemaah yang tersesat, ternyata wartawannya sendiri tersesat,” kata Haji Warta.
Khusus hukum karma yang dia alami sendiri, Haji Warta menceritakan pengalamannya. Ia mengaku doyan kentut. Kalau sudah mau buang gas, dia tidak bisa menahan diri. Haji Warta bisa kentut di mana saja, kapan saja, dan bagi siapa saja seperti iklan minuman kaleng. Di ruang kerja kentut, saat rapat kentut, bahkan di lift dia mengaku sering kentutin orang. “Tahu nggak pak? Di Tanah Suci saya dibalas dikentutin orang melulu,” cerita Haji Warta.
Ia mengatakan baru saja dikentutin jemaah haji berkulit hitam berbadan tinggi dan besar. Saat habis tawaf dan sedang berjalan meninggalkan Masjidil Haram, tiba-tiba seorang jemaah haji asal Afrika bergegas melewatinya. Begitu terlewati dan berada persis di depan Haji Warta, si Afika berhenti sebentar dan “brutttt….” buang gas persis ke muka Haji Warta. “Celakanya, habis kentut begitu, dia menengok ke saya dan tersenyum-senyum. Habis itu, dia jalan begitu saja,” kisahnya. (solopos)